Sampai suatu hari, nyonya Jingga mendengar kabar bahwa musuh hariannya, nyonya putih, akan diberikan kalung cantik oleh manusia sebagai tanda identitas binatang kesayangan. Menurut adat istiadat yang berlaku di kampung komunitas binatang di lingkungan itu, apabila ada dari mereka yang mendapat kalung identitas dari manusia, itu berarti binatang itu sangat istimewa dan akan disegani banyak binatang lain. Mereka semua juga tahu bahwa dari sekian banyak binatang yang berkumpul di lingkungan itu, kucing adalah satu-satunya binatang yang memiliki banyak peluang. Seperti Tikus, semut, cicak, ayam, bebek, kodok, semuanya tak ada yang memiliki peluang yang sama seperti kucing. Oleh karenanya kucing senang berlomba-lomba untuk menjadi hewan lebih unggul satu sama lain agar menjadi binatang yang paling disayangi manusia.
Berita inipun telah menyebar cepat ke seluruh penjuru kampung itu. Bahwa nyonya putih akan menerima penghargaan bergengsi yang diidam-idamkan semua binatang.
Mendengar berita ini, nyonya Jingga jelas tidak terima. Dia tidak akan membiarkan musuh bebuyutannya menang atas keberuntungan yang akan segera diterimanya. Dia merasa harus melakukan sesuatu agar penghargaan itu tidak jadi jatuh ke tangan nyonya Putih.
“Hendak kemana nyonya Jingga?” Sapa Tikus dari atap genteng disela-sela perjalanan sibuk nyonya Jingga menuju suatu tempat.
“Hey kau, Tikus kecil. Turunlah. Aku ingin bicara sebentar." Bukannya menjawab to the point pertanyaan Tikus malah menjawab dengan gelagat yang menakuti Tikus.
“Maaf Nyonya Jingga. Memangnya aku ini bodoh bisa kau perdaya. Kalau aku turun, bisa saja aku akan menjadi santapan lezatmu siang ini," Tikus menjawab dengan nada sekenanya.
“Percayalah, aku sedang tidak lapar sekarang. Aku sedang butuh kawan untuk diskusi” jawab nyonya Jingga.
“Tidak. Kalau kau mau berbicara, silahkan darisana, akan kudengarkan dari sini” jawab Tikus masih tidak percaya.
“Baiklah-baiklah. Apa kau juga sudah mendengar berita tentang penobatan istimewa si Putih besok?” Tanya nyonya Jingga membuka diskusinya.
“Iya sudah. Sampaikan ucapan selamatku pada nyonya Putih ya” jawab Tikus dengan senyuman terkesan mengejek.
“Apa menurutmu si Putih secantik itu hingga dia pantas mendapat kalung identitas?” Bukannya nyonya Jingga marah dengan jawaban nyeleneh Tikus, dia malah terlihat semakin sendu.