1Pov: Amor
Pukul 13.00, ini memang waktunya kembali ke depan layar. Waktu istirahat siang sudah selesai. Bagi Amor, ketepatan waktu itu penting. Setidaknya dia sedang mencoba menerapkan kedisiplinan dalam satu hal ini. Yang lainnya, nanti disesuaikan lagi.
‘Klunting’…Terdengar nada notifikasi dari gawainya. Tapi dia tidak segera mengecek. Deadline laporan lebih penting mendapat perhatiannya kali ini. Dia lebih harap-harap cemas kalau laporan itu tidak selesai sore ini, dia harus meneruskannya besok. Weekend apa boleh buat. Toh sepertinya itu bukan notifikasi pesan WhatsApp. Dia hafal betul itu.
“Gimana? Mau lembur malam ini atau besok?” Tanya koleganya menunggu keputusan Amor.
Memang di dalam tim kerjanya, Amor termasuk senior. Catatan kepegawaian lebih dulu ada namanya daripada koleganya yang lain. Sehingga, untuk urusan kejar proyek, hampir semua keputusan Amor lebih dipertimbangkan. Namun bukan berarti dia berusia tua. Dia bahkan masih kacau dalam hubungan asmara.
“Kita maksimalkan saja sampai setelah Isya, gimana?” Balas Amor terlihat lelah.
“Oke Boss. Anytime.”
2Pov: Zaya
Semua sudah siap. Everything has been inside the suitcase. Baju, make-up, dompet, kaos kaki, masker, hp, buku diary; oke lengkap.
Masih seperti mimpi Zaya sebentar lagi akan meninggalkan kota kelahirannya untuk mengejar cita-citanya melanjutkan S2. Meski tidak perlu mengadakan visa perjalanan, tapi dia cukup bangga sekaligus mellow. Harus bangga karena akhirnya bisa lolos beasiswa S2. Mellow karena dia akan meninggalkan keluarga tercinta dalam jarak yang meresahkan. Bagi anak rumahan seperti dirinya, jarak adalah lawan. Katanya hobi traveling, tapi rumah harus kembali menjadi tempat tidurnya setelah seminggu kedepan. Terserah dia.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!