Besok paginya....tanpa kabar.
Malam harinya...tanpa kabar.
Jam 20.30 ...masih tanpa kabar.
"Amor, kamu jadi menelponku?"
"Sepertinya tidak jadi."
"Oh, ya sudah."
Ucapan perpisahan satu bulan lalu yang kukatakan padanya juga masih jelas teringat. Aku sudah terlanjur mengatakan itu, yang sebenarnya sangat aku sesali sampai kini. Aku seperti terjebak dalam dua bongkahan batu yang hampir membelah. Keduanya akan sama-sama menyelamatkanku, namun tetap meninggalkan luka dimasing-masing pilihan. Bila aku tidak mengatakannya, maka aku akan terus terjebak dalam perasaan cinta dan harapan yang kuciptakan sendiri. Tapi bila aku mengucapkannya, kini aku mungkin akan kehilangan dia untuk selamanya. Lelaki pilihan yang kudamba dalam setiap untaian sholawatku.
Ah, mungkin karena aku sudah terlanjur menaruh harap padanya. Apa itu namanya? Baperan bukan? Siapa yang tahu bila beberapa waktu lalu dia hanya sedang melakukan percobaan menjadi sosok Dilanku di dunia nyata yang hanya hadir untuk menciptakan keromantisan sementara. Sebagaimana Milea yang hanya bahagia sesaat atas kehadiran Dilan dalam hidupnya. Akhirnya mereka tidak berjodoh bukan?
Tapi setidaknya Dilan tidak pernah sengaja menyakiti hati Milea dan sengaja membuatnya menyimpan berjuta tanya. Semua hanya tentang kesalahpahaman.
Lalu bagaimana dengannya?
Aku masih ingin tahu. Oleh karenanya saat ini aku masih sibuk mencari jawaban. Begitupun tentang 'duality', sepertinya aku sangat membutuh sosok ahli untuk mengartikannya dan untuk ketepatan penggunaan mengistilah ini untuknya.