"Koq tumben sampai jam segini kamu tidak memberiku kabar? Kamu tidak rindu denganku?."
"Enggak".
Selesai tanpa respon lanjutan.
"DID disebut juga keribadian ganda. Kepribadian ganda adalah kondisi dimana seseorang memiliki dua atau lebih kepribadian yang berbeda. Umumnya disebabkan oleh pengalaman traumatis yang terjadi secara berulang-ulang di masa kanak-kanak."
Aku yakin ada yang salah dengan istilah yang kugunakan untuk memaknai perubahan sikapnya. Aku yakin sekali dia bukan pengidap DID. Aku cukup tahu siapa dia. Aku memang belum lama mengenalnya, tapi siapa dia dan latar belakang keluarganya sedikit sudah kuketahui. Tidak mungkin ada trauma masa kecil. Tambah tidak mungkin lagi kalau dia memiliki lebih dari dua kepribadian.
Lalu?
"Zaya, kamu berubah 270 derajat. Aku salah apa?"
"Kamu bilang aku yang berubah? Bukannya sebaliknya. Dari kemarin aku menunggumu. Kamu bilang ingin menelponku karena ada yang ingin kamu katakan. Tapi mana? Kamu malah tidak menghubungiku sama sekali seharian. Di kampus juga gitu. Kita bertemu, tapi kamu sama sekali tidak menyapaku. Aku salah apa? Bukankah jelas kalau kamu yang berubah?"
"Maafin aku, Zaya. Iya aku salah. Aku memang cuek. Aku sudah pernah bilang kan?"
"Kalau nyatanya kamu cuek, kenapa kemarin-kemarin kamu menaruh perhatian sama aku? Kamu mau menemaniku kemanapun aku pergi. Tak pernah ada hari kulewatkan tanpa kabarmu. Tapi sekarang kenapa berubah?"
"Iya, Zaya. Aku akan berusaha untuk memperbaiki kesalahanku. Besok kamu libur kan? Aku telpon beneran ya."