Secara umum, pertanggungjawaban kita dalam bekerja adalah kepada perusahaan. Namun kita memiliki orang lain di dalamnya yang kita sebut atasan/bos atau istilah lainnya lagi adalah karyawan manajerial (dalam perusahaan) yang peranannya adalah merealisasikan tujuan perusahaan melalui rencana dan kebijakan kerja yang diberikannya. Kita sebagai bawahannya, atau anak buahnya bertugas untuk melaksanakan rencana dan kebijakannya tersebut untuk mencapai tujuan dan target perusahaan.
Faktanya, semua pekerjaan yang kita lakukan di perusahaan diatur dengan kerja tim. Karena dilakukan atas kerja bersama, maka perlu sekali mendapatkan persetujuan banyak pihak, terutama atas kehendak dan persetujuan final dari atasan sebagai ketua tim. Dan sering kali standar ketercapaian target setiap orang itu berbeda-beda. Kadang kala kita menganggap apa yang kita kerjaan sudah yang terbaik atas usaha maksimal, namun menurut rekan kerja, itu perlu dilakukan perbaikan. Dan saat sudah sampai di ketua tim kerja, perlu lagi adanya perbaikan untuk kedua kalinya.
Maka supaya dalam bekerja tidak muncul banyak konflik, agar urusan cepat selesai, kita perlu menghargai dan menghormati pendapat atau keputusan orang lain, terutama keputusan atasan dan menganggapnya sebuah kebijakan terbaik. Bukankah atasan kita adalah penanggungjawab utama pekerjaan tim kepada perusahaan? Maka tidak salah apabila kita perlu menghormati segala keputusannya.
Suasana kerja yang minim konflik, akan memunculkan sebuah harmoni. Setelah munculnya harmoni, akan muncul kekompakan, etos kerja tinggi dari setiap anggota tim, lalu terlaksanalah program kerja sesuai yang direncanakan, lalu tercapailah tujuan perusahaan. Apabila tujuan perusahaan secara umum tercapai, maka atasan kita pasti akan bahagia.
Singkatnya yang perlu kita lakukan untuk mewujudkan kebahagiaan atasan adalah dengan melaksanakan pekerjaan dengan baik dan profesional, menghormati keputusannya, bekerja dengan semangat, kerja cerdas, serta memenuhi segala pekerjaan yang ditugaskan di kantor dengan penuh tanggung jawab. Sebuah disharmoni dalam pekerjaan tidak bisa kita pungkiri kemunculannya, namun setidaknya kita perlu melakukan sesuatu untuk meminimaliasir kemunculannya.
- Berguna bagi orang lain yang membutuhkan.
Saya percaya bahwa setiap dari kita pasti memiliki peranannya masing-masing. Ada keahlian yang kita miliki yang kebetulan sangat dibutuhkan oleh orang lain disekitar kita.
Misalnya seorang tukang kayu, yang terampil dalam produksi berbagai peralatan rumah tangga dari bahan kayu. Maka dengan keahlian itu, bisa digunakan untuk menyediakan stok peralatan rumah tangga yang dibutuhkan oleh masyarakat sehari-hari. Misalnya lagi, kita ahli dalam bahasa asing atau mata pelajaran anak-anak sekolah, maka mengapa tidak, kita bisa menggunakan keahlian kita itu untuk memberikan bimbingan belajar gratis kepada adik-adik yang membutuhkan.
Ya namanya juga pengabdian, membantu tanpa mengharapkan imbalan, maka kalau bisa kita benar-benar mengusahakan supaya daya guna kita terhadap orang lain itu lebih bernilai daripada sekedar materi. Seperti kata pak guru dulu masih inget sekali di mata pelajaran Aqidah Akhlak MTs, beliau mengatakan, “Apasih yang lebih berguna dari menjadikan diri kita bermanfaat bagi orang lain”. Kalau kita memiliki keahlian yang sangat dibutuhkan orang lain, mengapa tidak untuk didayagunakan dalam rangka membahagiakan mereka. Saya sendiri juga masih belajar untuk hal ini. hehe
Kesimpulannya, berbagi kebahagiaan itu merupakan upaya untuk menyenangkan orang lain dan memudahkan urusannya. Apabila kita bisa membantu orang lain dengan harta, why not? Tetapi bila kita memiliki sesuatu yang lain yang memiliki daya guna yang sama bahkan lebih, maka mengapa tidak juga kita berikan.
Finally, terimakasih kepada JNE 3 Dekade Bahagia Bersama yang telah memberikan kesempatan untuk memaknai arti berbagi kebahagiaan selain daripada materi.
Sekian,
Jepara, 10 Desember 2020