Mohon tunggu...
Nihayatu Saadah
Nihayatu Saadah Mohon Tunggu... Penulis - A life-long learner

Trying to be active in Kompasiana^^ [IG:fforcess]

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Apa Kabar Normal Baru? Apa Kabar Generasi Z dan Alpha?

4 Juli 2020   15:43 Diperbarui: 4 Juli 2020   16:24 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tapi apakah dengan tuntutan pembelajaran yang dilakukan dari rumah saja ini, yang mana belum diketahui secara pasti kapan pandemic akan berakhir. Apakah orang tua sudah bijak di dalam menjalankan peran pengganti sekolah dalam menuntun pendidikan anak? Dapat dipastikan, peran orang tua selama pandemi ini akan semakin kompleks, dan multi-peran. Tidak hanya dalam pendidikan agama dan karakter yang perlu diperhatikan, namun juga ilmu teoritis sebagaimana yang diajarkan di sekolah,seperti  ilmu pengetahuan umum, ilmu pengetahuan sosial dan alam, ilmu bahasa dan eksak, serta ilmu seni dan kesehatan, setidaknya orang tualah yang dapat memantau mereka dengan maksimal dalam keberhasilan pembelajaran anak. Meskipun kita tahu pembelajaran selama pandemi ini tetap dilaksanakan secara online oleh pihak sekolah dan pemerintah, namun apakah ada hasil signifikan yang diperoleh anak sebagaimana ketika mereka belajar secara luring di sekolah? Disinlah peran orang tua yang sangat mendasar yang hendaknya disadari dan kemudian dilaksanakan sebagimana mestinya.

Apalagi dengan zaman yang sudah serba teknologi ini, sebagaimana yang dirasakan oleh anak generasi Z dan Alpha. Disamping segudang kemudahan yang telah disajikan oleh perangkat teknologi, tidak terkecuali di bidang pendidikan, namun perlu diwaspadai pula bahwa teknologi juga membawa peranan buruk dalam keseharian anak. Marilah kita jujur saja bahwa para generasi Z dan Alpha ini sudah terdominasi kesehariannya dengan gadget atau perangkat teknologi yang canggih. Sangat berbeda sekali dengan generasi sebelumnya, yang masih memiliki bebarapa waktu untuk menikmati kesenangan di lingkungan terbuka, bukan di dunia maya. Berapakah jumlah anak didik sekarang yang sudah memiliki HP pintar (smartphone), yang mereka minta dari orang tua atas dasar semua teman-teman sebayanya telah memilikinya. Dan juga segudang alasan, kenapa orang tua pada akhirnya menyetujui membelikan anak gadget yang mereka minta.

Tidak ada yang salah dengan mengikuti perkembangan zaman. Bahkan apabila kita tidak mampu mengikutinya, kita yang akan tertinggal jauh dari perkembangan , yang akan memberi dampak  tidak mengenakkan di masa yang akan datang. Akan tetapi, menjadi orang tua cerdas itu lebih penting. Kita harus mampu mengatur dan mengarahkan anak dengan bijaksana sesuai dengan porsi kebutuhan masing-masing.

Seperti yang terjadi saat ini, dimana waktu anak sangat banyak di rumah. Yang berarti, peluang menggunakan gadget diluar akses pendidikan juga semakin banyak, sehingga orang tua harus ektra perhatian terhadap mereka dalam menggunakan gadgetnya. Orang tua yang cerdas akan mampu membuat rencana dalam mendidik anaknya di zaman serba teknologi ini. Kapan waktu yang tepat memperkenalkan gadget kepada mereka, kapan waktu memberikan akses gadget dalam sehari, apasa ja yang dilakukan anak dengan gadget tersebut, dan mampu memastikan bahwa perangkat teknologi canggih itu hendaknya lebih diarahkan untuk kebutuhan yang pendukung potensi, pengembangan skills,  dan untuk proses pembelajaran. Bukannya sebaliknya, malah dibiarkan saja gadget tersebut dimanfaat apa saja oleh anak.

Percayalah semua orang tua pasti bisa melakukannya. Orang tua pasti mampu menjadi pengontrol terbaik anak dalam rangka mengarahkan hidup mereka menjadi lebih baik lagi. Tidak ada orang tua yang gagal mendidik anak. Ini hanya tentang strategi yang perlu selalu diperbaharui dengan menyesuaikan zaman yang ada. Tapi jangan lupakan waktu, bahwa semakin kecil usia anak, disitulah pembiasaan dan pengajaran orang tua lebih efektif. Anak akan lebih mudah dibimbing sedari kecil yang akan membawa pembiasaan baik itu hingga mereka dewasa. Berbeda bila orang tua justru mendidiknya ketika usia mereka lebih dewasa, maka bila diibaratkan sebuah lidi tua, dia akan patah bila dibengkokkan.

Begitulah kabar kotaku dan generasi pandeminya. Bagaimana kabar kotamu ?

Salam

Nihayatu Sa'adah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun