Mohon tunggu...
Nihayatu Saadah
Nihayatu Saadah Mohon Tunggu... Penulis - A life-long learner

Trying to be active in Kompasiana^^ [IG:fforcess]

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Cewek Membenci Asap Rokok, Salahkah?

27 Juni 2020   07:41 Diperbarui: 27 Juni 2020   08:32 457
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi: instragram/aul.018

Sebelum tulisan ini berlanjut, sepertinya perlu banget aku tekankan bahwa yang cewek benci disini bukanlah orang yang merokok, apalagi batang rokoknya. Tapi asapnya. Kita para cewek itu nggk suka asap rokok. Jangankan asap rokok, asap kendaraan bermotor, asap sampah plastik, asap pembakaran sampah organik, dan macem-macem asap itu kebanyakan nggk bersahabat dengan kita. Kita yang indah ini, tidak bisa disandingkan dengan asap. Ngerti nggk sih? Kalau misalnya kalian, wahai para cowok, yang akhirnya menjadi sebab dari kemunculan asap rokok, maka jangan salahkan kami bila kalian ikut-ikutan kebawa bencinya kita ke asap.

Bukankah sudah menjadi wacana umum, bahwa merokok itu memang berbahaya. Entah sudah berapa puluh kali aku menemukan fakta bahwa tidak ada happy ending dari kebiasaan merokok. Dari banyak sumber penelitian, dan juga pengalaman banyak orang, mereka telah mengatakan bahwa merokok itu suatu kebiasaan yang buruk. Dampaknya bisa dari banyak hal; kesehatan menjadi taruhan, ekonomi jadi korban ketidakstabilan, sampai kehidupan socialpun bisa jadi terganggu. Itupun, dampaknya tidak hanya mengenai si perokok aktif saja, orang-orang yang berada di sekitarnya juga kena imbasnya (perokok pasif).  Lalu apa coba yang diharapkan lagi dari kebiasaan buruk ini?

Sebenarnya alasanku menuliskan tema ini, adalah sebagai pengungkapan kekesalanku pada orang-orang disekitar yang tidak memahami tata cara dan tata krama merokok yang baik. Dikira bertamu doang yang harus punya tata krama? Merokok juga harus. 

Seharusnya, orang-orang yang tidak ingin dinilai egois, mau menghargai hak orang lain, dan paham akan kondisi disekitarnya, mereka tidak akan merokok sembarangan. Merokok boleh kok sembarangan, boleh disembarang tempat. Asalkan tempat yang menjadi lokasi merokoknya itu sama-sama di lingkungan ummat perokok. Ummat yang tidak mempermasalahkan asap rokoknya sama sekali.

Lha kasus disekitarku tidak begitu. Banyak banget mereka yang enjoy merokok di dalam ruangan. Masak merokok di dalam kamar mandi umum? Di dalam dapur umum? yang posisinya dekat dengan ruangan kerja orang lain. Itu kalau asapnya tidak sampai ke ruangan kerja, tidak mungkin aku jadi rewel begitu. Masa iya aku harus meninggalkan ruanganku dan pekerjaanku demi menunggu mereka merokok?

Plis lah,, disini kita hidup bersama-sama. Kita berdampingan.  Kita memiliki kebutuhan dan keperluan masing-masing. Mohon juga bisa menghargai kebutuhan dan hak orang lain. Kalo misalnya mereka merokoknya di luar ruangan, katakanlah masih di beranda ruanganku. Bisa jadi aku tidak akan mempermasalahkannya semacam ini. 

Sejauh itu tidak akan mengepul ke dalam ruangan. Bukankah seharusnya tempat merokok yang baik adalah di ruang ruangan? biar tidak mengganggu orang lain yang berada di dalam ruangan tersebut. Lha ini kok kaya tidak punya dosa merokok di dalam ruangan, yang disitu sudah tahu akan mengepul ke ruangan lainnya. Lebih parahnya lagi, sudah diberi tahu beberapa kali untuk tidak merokok di area tersebut, masih saja diulangi. Masya Allah… Semoga Allah mengampuni dosa-dosanya.

Mengapa aku membenci asap rokok?

Aku sungguh tidak meminta orang-orang yang merokok disekitarku itu untuk menghargai hak pribadiku saja sebagai salah seorang yang membenci asap rokok. Tapi aku tetap meyakini bahwa orang yang membenci asap rokok, bukan hanya aku saja. Hanya saja mereka memilih diam, tidak ingin berkomentar hingga terlihat jelas, dan mungkin juga cukup ingin mewakilkan perasaan bencinya terhadap asap rokok  melalui aku. Hmmm…

Atau misalnya, ada banyak juga orang yang tidak sependapat denganku. Mereka fine-fine saja dengan asap rokok, meskipun mereka perokok atau bukan, itu hak mereka. Begitu pula denganku, yang juga memiliki hak untuk membencinya. Berikut ini adalah beberapa alasan pribadiku mengapa aku sangat membenci asap rokok.

  1. So pasti karena faktor kesehatan.

Bagiku ini adalah faktor pertama dan paling utama. Sejak aku mengenal ilmu bahaya merokok bagi kesehatan ,yang itu entah mulai kapan, aku selalu mengusahakan untuk menjauhi yang namanya asap rokok. Siapa sih yang mau sakit kanker, kena serangan jantung, impotensi, kena gangguan kehamilan dan janin. Aku sampai hafal penyebutan penyakit-penyakit mengerikan itu karena sejak kecil aku sudah mengenal peringatan bahaya rokok tersebut yang sampai sekarang masih tertera di bungkus rokok. Siapapun pasti ingin sehat. Bila ada banyak kebiasaan sehat yang bisa kita lakukan untuk menjaga kesehatan, kenapa harus memiliki kebiasaan yang bikin sakit?

  1. Kunilai sebagai pemborosan.

Mencoba berpikir lebih dewasa sedikit setelah mengetahui fakta nomor 1  diatas, aku mulai mempertimbangkan bahwa merokok juga tidak akur dengan sector ekonomi. Dalam hal ini adalah ekonomi keluarga. Bagaimanapun keadaan ekonomi dari si perokok itu, baik dia berekonomi menengah keatas maupun menengah kebawah, menurutku akan lebih baik uang yang sehari-harinya dibelikan rokok, mending digunakan untuk membeli sesuatu yang lain, yang lebih bermanfaat atau berharga pastinya. Bukankah jelas bila uang itu dibelikan untuk rokok, bukannya membuat tubuh kita semakin sehat dan kuat, malah semakin tidak sehat dan lemah.

  1. Keluargaku tidak ada yang merokok.

Bapakku tidak merokok. Aku tidak memiliki saudara laki-laki. Dan semua kakak iparku tidak ada yang merokok juga. Berawal dari lingkungan dan pembiasaan inilah, yang membuatku terbiasa dengan lingkungan sehat dan bersih, terbebas dari asap rokok.

  1. Mindset buruk .

Sejak aku mengenal banyak penyakit yang bisa disebabkan oleh asap rokok, hingga aku benar-benar tidak ingin terjangkit oleh penyakit-penyakit  tersebut, sejak itu pula aku ingin mengindari paparan asap rokok. Artinya, semua itu bermula dari pengetahuan, kemudian mengundang perbuatan, hingga menjadi pembiasaan, dan lama kelamaan menjadi pola pikir atau mindset yang mengakar. 

Dari berbagai sumber terpercaya, dari pengalaman hidup, serta efek yang kurasakan sendiri setelah terhirup asap rokok, sudah terbukti memang asap rokok itu tidak nyaman dirasakan oleh tubuh. Sejauh inipun, aku belum menemukan 1 dokterpun yang mengatakan padaku bahwa merokok itu membuat tubuh kita sehat. Kalau misalnya memang bisa begitu, kenapa seluruh dunia tidak merokok saja? Darisini aku berpikir bahwa mindset burukku terhadap rokok itu tidak salah sama sekali.

  1. Kenyataan disekitar.

Di poin ini, aku ingin mengajak kalian untuk melihat beberapa kondisi disekitarku, dimana cukup miris sekali (secara pribadi) aku melihat dan merasakan bahwa asap rokok memang berpengaruh buruk terhadap kesehatan.

Situasi pertama; Lima tahun lalu, saudaraku ada yang masuk rumah sakit. Ternyata menurut diagnose dokter, saudaraku terkena gangguan pernafasan berat akibat kebiasaan merokok yang telah bertahun-tahun dilakukannya. Entah sampai bagaimana rasa sakit yang dirasakan saudaraku itu, hingga akhirnya ia memutuskan untuk mengikuti saran dokter untuk berhenti merokok. Syukurlah. Setelah hari itu, dia benar-benar berhenti dan cukup sukses hari ini dia telah dapat berhenti total.

Situasi kedua; beberapa bulan yang lalu, kampus tercintaku baru kehilangan sosok yang cukup berpengaruh disana. Beliau Bapak dosen yang masih cukup muda, yang selama ini aku kenal gagah, sehat, dan selalu semangat dalam setiap kesempatan, tidak menyangka akan meninggalkan kita secara mendadak. 

Dari keterangan pihak keluarga, beliau sebelum meninggal, tidak menunjukkan tanda-tanda sakit apapun. Hingga aku agak curiga saja. Jangan-jangan ini semacam serangan jantung, yang ada hubunganya dengan kebiasaan beliau yang selama ini menjadi perokok aktif. Memang, dalam setiap kesempatan, yang aku lihat selama ini, beliau cukup rajin merokoknya. Sebagai seorang yang tidak bersahabat dengan asap rokok, aku sampai ngeri melihatnya.  

Situasi ketiga; tetangga dekatku beberapa bulan yang lalu juga meninggal. Dipastikan meninggalnya akibat penyakit saluran pernapasan akut yang telah lama diidapnya. Memang sebelum itu, beliau sudah bolak balik puskesmas dan rumah sakit, mendapat perawatan sakit infeksi paru-parunya. 

Hanya saja beliau belum bisa menghilangkan kebiasaan merokok itu dan dengan dibarengi tuntutan pekerjaan yang keras. Sampai akhirnya penyakit itu kumat tiba-tiba di akhir waktunya dan menyebabkan beliau tidak tertolong lagi. Percaya atau tidak, akibat merokok beliau itu, ternyata berdampak pada anaknya. Sejak bayi anak itu terkena penyakit gangguan pernapasan juga. Walau hanya penyakit asma, tapi tetap saja bila kumat, itu cukup mengkhawatirkan.

Dari bebrapa contoh fakta situasi diatas, aku membuat kesimpulan bahwa merokok itu benar berbahaya. Asapnya benar-benar mampu melumpuhkan siapa saja yang ikut menghirupnya. Bahkan orang-orang yang tidak berdosa sekalipun. Mereka yang tidak paham apa-apa, maksud hati ingin menghindarinya, malah ikut-ikutan sakit. Itu kalau sakit masih diabaikan, lalu bagaimana dengan yang meninggal mendadak karena serangan jantung? Taukah kamu bahwa keluargalah yang paling sedih. Yang meninggal sih tinggal meninggal, lha yang ditinggalkan bagaimana?

Oh iya, baru-baru ini aku habis membaca berita bahwa korban meninggal Covid-19 itu kebanyakan pria loh. Dan yang menjadi sebabnya adalah kebiasaan merokok. (sumber)

Dampak buruk rokok terhadap kesehatan

Sebuah topik lama, tapi selalu penting untuk dibahas. Aku sangat yakin bahwa faktor kesehatan adalah faktor penyebab yang paling utama bagi siapa saja yang tidak bersahabat dengan asap rokok.  Betul tidak?

Aku harap kalian tidak bosan mempelajari lagi bahan-bahan yang terkandung di dalam sebatang rokok dan akibatnya terhadap kesehatan kita. Semoga saja uraian dibawah ini ada manfaatnya (sumber);

Karbon monoksida (CO). CO merupakan gas beracun yang tidak boleh terhirup oleh manusia dalam jangka waktu yang lama. Karena senyawa ini dapat mengikat sel darah merah yang akan berakibat pada turunnya fungsi otot dan jantung. Apabila ini terjadi, seseorang akan mengalami kelelahan, lemas, dan pusing. Akan sangat berbahaya bila zat ini sampai mengenai penderita penyakit paru-paru.

Ingat ya, disekitar anda ada banyak perokok pasif. Jadi jangan lupakan hak mereka untuk tidak ingin menghirup gas beracun ini.

Nikotin (C10H14N2). Zat inilah yang memiliki efek candu, menyenangkan dan menenangkan. Jadi, tidak heran bila semua perokok merasa nyaman dan ingin lagi dan lagi melakukan kebiasaannya itu. Nikotin juga dapat merangsang tubuh memproduksi hormone adrenalin sehingga menyebabkan peningkatan tekanan darah, denyut jantung, dan pernapasan. Dengan ini, sejenak mereka akan merasakan semangat dan kekuatan besar didalam dirinya. 

Mereka akan merasa, kemampuan pekerjaan mereka akan dapat dilakukan secara maksimal setelah mengonsumsinya. Tapi sayangnya, kandungan rokok lain yang bersifat karsinogenik dan tidak baik untuk tubuh juga secara bersamaan bekerja. Jadi dalam waktu bersamaan, si perokok merasa tubuhnya semangat dan mampu bekerja maksimal sekaligus merusak organ lain dalam tubuhnya.

Tar. Inilah zat pada rokok yang dapat kita lihat jejaknya melalui noda kuning yang tertinggal di gigi dan jari. Zat ini juga tidak kalah berbahaya karena sifatnya tertimbun di paru-paru sehingga dapat menyebabkan penyakit kanker paru-paru dan emfisema (kerusakan alveolus paru-paru). Dalam jangka waktu yang lama, Tar akan menyebabkan masalah gusi dan kanker mulut.

Hidrogen Sianida (HCN). Zat ini normalnya digunakan industri tekstil, plastik, kertas, bahan asap pembasmi hama, dan sebagainya. Akan tetapi, ternyata zat ini juga terkandung di dalam sebatang rokok. Zat ini dapat melemahkan paru-paru, menyebabkan cepat lelah, sakit kepala, dan mual.

Benzena. Ini adalah residu pembakaran rokok. Konsumsi jangka panjang dapat menurunkan jumlah sel darah merah, merusak sum-sum tulang, dan merusak sel darah putih sehingga menurunkan daya tahan tubuh.

Wah… capek-capek kita berusaha meningkatkan daya tahan tubuh supaya bisa terhindar dari paparan virus Corona, malah dirusak semena-mena oleh asap rokok.

Formaldehida. Zat ini juga merupakan residu pembakaran rokok. Paparan jangka pendek menyebabkan iritasi pada mata, hidung dan tenggorokan. Sedangkan pada jangka panjang dapat meningkatkan risiko kanker nasofaring (tenggorokan).

Arsenik. Paparan arsenik tingkat tinggi dapat meningkatkan risiko kanker kulit, kanker paru-paru, kanker saluran kemih, kanker ginjal, dan kanker hati.

Kadmium. Kita dapat menemukan zat ini di dalam asap rokok yang otomatis terserap masuk ke paru-paru. Kadar Kadmium yang tinggi dapat menimbulkan ganggun sensorik, muntah, diare, kejang, kram otot, gagal ginjal, meningkatkan risiko kanker.

Amonia. Ini merupakan gas beracun, tidak berwarna, namun berbau tajam. Dalam jangka pendek menghirup dan terpapar amonia dapat mengakibatkan napas pendek, sesak napas, iritasi mata, dan sakit tenggorokan. Jangka panjang dapat mengakibatkan pneumonia dan kanker tenggorokan.

Bagaimana? Apakah akan berubah pikiran untuk berhenti merokok? Kalau misalnya disni masih ada yang tidak setuju dengan dampak buruk rokok untuk kesehatan, aku mau tanya. Mengapa disetiap bungkus rokok saat ini terdapat gambar menakutkan akibat merokok beserta dengan peringatan bahaya merokok untuk kesehatan ? 

Bukankah kalau misalnya itu sebuah berita bohong (hoaks) atau berita provokasi semata, tidak akan mungkin dijadikan peraturan? Kamu harus tahu bahwa itu adalah peraturan Negara kita. Itu merupakan kewajiban bagi produsen atau pengimpor produk tembakau ke Indonesia untuk menyantumkan peringatan bahaya merokok yang diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif berupa Produk Tembakau bagi kesehatan.  (sumber 1)(sumber 2)

Yuk girls, berpikir logis bagaimana bila asap rokok selalu disekitar kita

Pertama-tama, aku ingin menyatakan untuk yang kesekian kalinya, bahwa memang tidak semua cewek membenci asap rokok. Akan tetapi presentase suka dan tidak sukanya itu lebih besar yang tidak sukanya. Menurut sumber yang membahas tentang kata perempuan soal lelaki perokok, “sebuah penelitian menemukan 70% perempuan menolak lelaki yang merokok, dan 56% mengatakan tidak akan berkencan dengan perokok” (Suara.com, 23/05/2018).

Berbicara mengenai cewek yang tidak suka perokok, tentu saja ini ada kaitannya dengan masa depan kehidupannya bersama lelaki tersebut. Coba saja bayangkan, apabila setiap hari pasangan kita merokok. Merokok itu bersifat candu. Jadi rumusnya merokok itu aktifitas yang berkelanjutan. 

Seorang perokok tidak akan mungkin merokok satu minggu atau satu bulan sekali. Memangnya arisan. Pasti harus minimal sehari dengan jumlah batang rokok tertentu. Nggk kebayang kan paparan asapnya akan mengenai kita, anak-anak, dan anggota keluarga kita yang lain yang berada disekitarnya. Coba bayangkan bagaimana asap berbahaya itu akan merusak kesehatan seluruh anggota keluarga kita. Berapa banyak biaya yang akan dihabiskan untuk pengobatan mereka? dan sudah siapkah kita kehilangan orang-orang yang kita sayangi? Belum lagi kalau nanti kita hamil? Amat sangat beresiko sekali, girls.

Katakanlah apabila pasangan kita itu menyadari akan bahayanya, sehingga dia bersedia merokok di tempat tersembunyi supaya tidak mengenai anggota keluarga sebagai perokok pasif. Tapi tetap saja girls. Adalah dia yang akan terkena akibatnya sendiri. Dia akan terkena dampak dari rokok tersebut sendirian. Yang artinya kita akan melihat pasangan kita sakit-sakitan. Bukankah ini akan lebih merepotkan? Kenapa kita harus mau menerima kerepotan itu apabila bisa mencegahnya dari awal.

Itu yang terkait dengan dampak kesehatan. Sekarang yang berkaitan dengan urusan keuangan. Sebagaimana sudah terpaparkan diatas bahwa aktifitas merokok itu akan berlangsung setiap hari. Jadi, dia akan membeli sebungkus atau bahkan berbungkus-bungkus untuk konsumsinya setiap yang dia inginkan. Harga sebungkus rokok yang umumnya dikonsumsi oleh khalayak muda, itu minimal seharga Rp 12.000 ribu rupiah/bungkus. 

Atau berapalah itu, aku tidak terlalu paham. Anggap saja segitu harganya. Silahkan saja kalikan. Berapa uang yang akan dia habiskan untuk memenuhi kebutuhan merokoknya itu. Katakanlah dia merokok minimal menghabiskan 6 batang rokok sehari. Itu berarti, 1 bungkus rokok bisa untuk 2 hari. Maka dalam seminggu, dia akan menghabiskan minimal Rp 36.000, atau Rp 144.000 sebulan. Itu baru angka minimalnya. Bagaimana bila dia benar-benar memiliki tingkat kecanduan yang tinggi akan kebutuhan merokok setiap harinya? Bisa-bisa uang belanja sehari-hari kita akan kalah dengan pemenuhan kebutuhannya yang sama sekali tidak bermanfaat itu.

Bukankah survey juga sudah membuktikan, kalau seorang laki-laki yang perokok akan mengalami gangguan kesehatan lebih awal dari laki-laki non-perokok. Bahkan baru di usia 35 tahun, laki-laki perokok sudah mengalami ketidakberesan di dalam kesehatannya, meskipun baru penyakit yang sifatnya ringan. Seperti sesak napas, badan sering lemas, batuk, gigi rusak, dan lain sebagainya. Tetap saja yang namanya mengidap penyakit itu tidak enak.

Aku yakin, cewek yang paham akan pentingnya aset kesehatan keluarga seharusnya langsung menghindarkan diri dari gangguan asap mematikan ini. Minimal menanamkan di dalam diri sebuah komitmen besar untuk lebih baik tidak menjalin hubungan dengan cowok perokok. Apabila komitmen itu sudah tertanam, dengan sendirinya diri akan merasa harus menjauhi mereka dari pada akan terkena risiko kesehatan yang tidak pernah diinginkan oleh siapapun itu.

Kesimpulan

Jadi pilih mana? Mau jadi cewe realistis, yang lebih memikirkan kebaikan masa depan, demi memiliki kesehatan yang lebih baik, atau hanya memerdulikan hidup sekarang dan sengsara pada akhirnya?

Tidak perlu memedulikan pandangan orang lain soal ketidak-sukaan kita terhadap asap rokok. Toh niat kita sebenarnya baik, yaitu ingin sekali menghindarkan diri kita dan keluarga dari serangan penyakit.

Pilihan jatuh di tanganmu sendiri, girls. Terkadang pandangan orang memang berbeda-beda. Tergantung pada prinsip hidup masing-masing. Semoga dirimu bisa memutuskan yang terbaik untuk kebahagiaanmu sendiri. Sejatinya kita diberi pilihan untuk kebaikan kita nanti kedepannya. Tinggal bagaimana kita sebagai pemegang pilihan itu untuk mengaturnya.

Dan satu lagi, pesan untuk para perokok yang budiman. Mohon kerjasamanya. Jangan karena kesenanganmu sendiri, kamu senang membuat orang lain jadi insecure (tidak aman). Untuk kamu yang masih single, coba deh kamu tanya teman-teman cewekmu apakah mereka suka cowok perokok? Disitu kamu akan menemukan jawaban yang aku maksud.

Terima Kasih.

Salam sehat Nihayatu Sa’adah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun