Mohon tunggu...
Daniel PoyLado
Daniel PoyLado Mohon Tunggu... Freelancer - Tenaga lepas yang bekerja untuk Tuhan dan sesama serta dunia

Murid Tuhan.....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Rumahnya Anak

23 Juli 2020   21:01 Diperbarui: 23 Juli 2020   21:02 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Wajah mungil dengan jiwa penuh kepolosan

Selalu berharap penuh pada orangtua atau mereka yang lebih besar

Semua hal selalu mesti dibantu dalam takaran yang seharusnya

Meminta dan menangis dalam bahasamu yang khas

Engkau adalah kebanggaan keluarga waktu adamu

Hadirmu selalu dinanti dengan hati yang merona

Ketika belum adamu dunia terasa losing kasih berdua

Ketika engkau ada rumahmu menjadi penuh dan berwarna

Engkau menjadi makota dalam keluarga

Engkau menjadi harapan masa depan keluarga

Engkau dididik dan dicintai dengan total oleh keluarga

Engkau akan ke mana saja saat hatimu pergi

Tapi tidak semua keluarga mempunyaimu

Banyak yang terus berharap dengan doa yang berkanjang

Bila belum ada juga tanda yang menandai hadirmu

Mereka tetap berpasrah dan berserah kepadanya 

Engkau lahir dengan tangisan yang merdu

Engkau dikasihi dengan air mata cinta sejati

Jujur nasibmu tidak selalu baik ditangan mereka

Masih banyak yang mengabaikanmu

Masih ada hati yang membuangmu tanpa kasih

Masih ada yang mengorbankanmu demi kehormatan 

Mungkinkah murah dirimu di mata yang merindukanmu

Tidak dan tetap bukan itu tujuan hadirmu

Masa indahmu terkadang tak pernah menenunmu

Situasi dan nasib keluarga memaksamu menjadi dewasa

Engkau akhirnya mengakhiri masa kecil dan masa depan

Engkau harus menukar hidup dalam kapasitas sebagai anak

Anak yang seharusnya bermain mesti bekerja keras 

Duniamu seakan bukan duniamu lagi dalam arus zaman ini

Mungkinkah masa kecilmu masih ramah seperti ramahnya rahim bunda

Bila saat ini masih ada tangan yang mengorbankamu

Mintalah pada ibu dan bapa agar tidak  melahirkanmu lagi

Bila hingga detik ini masih ada yang mengharapkan hadirmu lagi

Biarlah mereka tetap menjadi rahim yang ramah dan suci bagimu

Maafkanlah mereka yang tidak mampu menjagamu sebagai anak

Doakanlah mereka yang terus melukaimu dengan sikap dan kata-kata

Bangunlah masa depanmu dengan hati mungilmu nan kuat

Jangan menangis lagi karena masa depan harus engkau tapaki sendiri

Berserahlah kepada dia yang kasih dan cinta nya tak pernah kering

Nasib hidupmu tidak pernah sama dan ramah dengan dunia yang membesarkanmu

Lindungilah dirimu, harapanmu dan dunia demi masa depan yang lebih baik dan pasti.. 

Selamat hari Anak.... 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun