Menurut Aristotle, kepemimpinan yang baik adalah manifestasi dari tindakan etis dan kebajikan (virtue). Dalam pandangannya, seorang pemimpin yang ideal tidak hanya menguasai keterampilan manajerial atau strategi politik, tetapi lebih penting lagi, ia harus bertindak berdasarkan kebajikan moral. Kepemimpinan seperti ini berfokus pada kebaikan bersama dan diarahkan untuk mencapai eudaimonia (kesejahteraan atau kebahagiaan tertinggi) bagi masyarakat.
1. Tindakan Etis sebagai Landasan Kepemimpinan:
Bagi Aristotle, setiap tindakan manusia, termasuk kepemimpinan, harus didasarkan pada prinsip etis yang baik. Tindakan etis ini mengacu pada perilaku yang mengedepankan kebajikan dan sesuai dengan nilai-nilai moral. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang membuat keputusan yang adil, bertindak dengan bijaksana, dan menunjukkan integritas dalam segala aspek kehidupan publik maupun pribadi. Tindakan etis ini bukan hanya soal mengikuti aturan, tetapi lebih dalam dari itu, yakni bertindak demi kebaikan tertinggi bagi semua orang.
Keberanian: Seorang pemimpin harus memiliki keberanian untuk bertindak benar, bahkan dalam situasi yang sulit atau berisiko. Keberanian sebagai kebajikan ada di tengah-tengah antara pengecut dan nekat.
Keadilan: Pemimpin harus memperlakukan semua orang dengan adil, memberi setiap individu haknya, dan memastikan keseimbangan dalam masyarakat. Keadilan adalah kebajikan utama dalam tindakan kepemimpinan.
 Moderasi: Pemimpin harus menyeimbangkan keputusan dan tindakan, tidak bertindak terlalu ekstrem di satu sisi atau terlalu lemah di sisi lain. Moderasi ini memastikan bahwa keputusan diambil secara rasional dan tidak berdasarkan emosi yang berlebihan.
2. Kepemimpinan Sebagai Perwujudan Kebajikan:
Aristotle menekankan bahwa kepemimpinan bukan hanya soal otoritas atau kekuasaan, tetapi juga soal menghidupi kebajikan. Pemimpin yang baik menjadi contoh kebajikan moral bagi masyarakatnya. Dengan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai kebajikan seperti keadilan, kebijaksanaan praktis, kemurahan hati, dan keberanian, seorang pemimpin akan menginspirasi orang lain untuk mengikuti jejaknya. Kebajikan ini memungkinkan pemimpin untuk memandu masyarakat menuju kehidupan yang lebih baik dan mencapai tujuan bersama.
Phronesis (Kebijaksanaan Praktis): Kebijaksanaan praktis adalah kemampuan untuk membuat keputusan yang baik dan tepat dalam situasi sehari-hari. Phronesis penting dalam kepemimpinan karena memungkinkan pemimpin untuk menerapkan pengetahuan etis dalam tindakan nyata. Ini melibatkan evaluasi situasi dengan baik dan memilih jalan tengah yang benar antara dua ekstrem.
Kebaikan bersama (Common Good): Kepemimpinan berbasis kebajikan selalu diarahkan pada pencapaian kebaikan bersama, bukan keuntungan pribadi. Pemimpin berfokus pada kesejahteraan seluruh masyarakat dan memandu mereka untuk mencapai kebahagiaan dan kemakmuran.
3. Tindakan Kepemimpinan Sebagai Perwujudan Eudaimonia: