Sampai dengan kurang ajarnya dulu menyebut soto semarang sangat tidak enak. Padahal bukan tidak enak, namun tidak terbiasa saja sehingga agak berbeda dari selera soto yang saya santap biasanya. Sedangkan sekarang, saya justru sering kangen dengan Soto Semarang karena soto ini menyimpan memori tersendiri bagi saya.
Soto semarang ini juga membuat saya terbiasa menerima dan mencintai perbedaan. Eits, bukan hanya perihal perbedaan soto aja lho. Tapi perihal lain yang bertendensi memberikan culture shock. Jadi jika harus menjelaskan bagaimana soto menurutku, maka witing tresno jalaran soko soto menjadi kalimat yang saya pilih untuk menjelaskan hal ini. mengapa?.Â
Karena saya jadi cinta dan terbiasa dengan  banyak hal berbeda karena perihal soto Semarang ini. Soto semarang membuat saya mengenal dan sadar bahwa banyak hal berbeda yang berjalan beriringan dengan kehidupan.Â
Hidup bukan tentang diri sendiri, melainkan ada banyak perbedaan yang akan kita temukan dalam perjalanan kehidupan. So, hei soto Semarang yang saya makan beberapa tahun silam, terima kasih ya, karena kamu adalah "gerbang" bagi saya untuk mengenal, menghargai, dan mencintai perbedaan.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI