a.Masalah sosial di wilayah yang terkena dampak bencana.
b.Membeli tanah dan bangunan dari daerah yang terkena dampak bencana.
c.Menawarkan bantuan keuangan kepada para petani yang lahannya terkena dampak lumpur panas.
d.Dukungan finansial bagi petani yang sawahnya digunakan untuk menyimpan lumpur panas.
e.Kompensasi untuk karyawan yang dirumahkan oleh pabrik yang terkena dampak bencana.
f.Pembiayaan usaha kecil.
g.Bantuan untuk relokasi agar pabrik dapat mulai beroperasi.
h.Pendanaan bantuan bencana untuk rumah.
i.Infrastruktur dan layanan publik ditawarkan di tempat penampungan.
j.Fasilitas dan layanan untuk kesehatan penduduk yang direlokasi.
k.Pembayaran asuransi jiwa dan bantuan untuk daerah yang terkena dampak bencana.
l.Pengawasan gas berbahaya (H2S dan hidrokarbon).
m.Memberikan dukungan keamanan kepada mereka yang membangun barikade dan mengoperasikan sumur bantuan.
Kendala yang dihadapi dalam pengembangan objek wisata Lumpur Sidoarjo
Kementerian Pariwisata harus menghadapi sejumlah kesulitan dan rintangan. Kementerian Pariwisata telah mengidentifikasi beberapa kesulitan dan rintangan berikut dalam pertumbuhan pariwisata Indonesia. Tidak adanya toilet di tempat tujuan wisata, jauhnya jarak antar objek wisata, kelangkaan pemandu wisata yang menguasai bahasa selain bahasa Inggris, tidak meratanya distribusi Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) Pariwisata di seluruh provinsi di Indonesia, tidak adanya konektivitas, layanan dasar dan infrastruktur untuk melayani wisatawan, higienitas dan sanitasi, terjadinya bencana alam yang memaksa penutupan perlintasan batas negara Indonesia, (Prodjo, 2016).
Berdasarkan pengakuan Menteri Pariwisata, dapat ditarik kesimpulan bahwa kendala yang dihadapi oleh hampir seluruh objek wisata di Indonesia adalah sama. Begitu juga dengan wisata Lumpur Lapindo Sidoarjo, di lokasi wisata kurangnya pelayanan yang memadai, baik dari segi pelayanan dasar maupun infrastruktur.
Seperti halnya, hanya ada ojek motor dengan biaya tinggi untuk sekali sewa, serta keterbatasan infrastruktur, pada kawasan wisata ini hanya tersedia tangga kecil yang terbuat dari papan kayu, seperti pada gambar. Sedangkan dari segi kebersihan dan kesehatan, wisata Lumpur Lapindo Sidoarjo tidak ditemukan adanya kamar kecil, jadi pengunjung akan kesulitan jika mereka membutuhkannya.
Dampak terhadap masyarakat sekitar dengan adanya objek wisata Lumpur Sidoarjo
Bukan kesalahan manusia, tetapi kesalahan pengeboran yang menyebabkan semburan lumpur Lapindo. Dia memproyeksikan bahwa semburan akan berlangsung dalam waktu yang sangat lama, mungkin antara 26 dan 30 tahun. “Semburan akan terus berlanjut” menurut Richard Davis, Inggris.
Lumpur Lapindo Sidoarjo yang awalnya berdampak negatif bagi warga sekitar, karena kerugian yang sangat besar. Selain itu, Lumpur Lapindo Sidoarjo juga terdapat hal positif yang dapat dimanfaatkan oleh korban bencana dan warga sekitar. Dampak positif bagi warga porong dari adanya bencana Lumpur Lapindo Sidoarjo ialah banyak masyarakat berdatangan yang ingin berkunjung dan menyaksikan Lumpur Lapindo Sidoarjo sehingga oleh warga Porong dijadikan tempat “Wisata Lumpur Lapindo Sidoarjo” dan oleh warga Porong dapat dijadikan sumber penghasilan mereka.
Setiap pengunjung yang ingin medekekat untuk melihat atau berfoto di kawasan Lumpur Lapindo Sidoarjo, terkena beberapa pungutan biaya, diantaranya adalah biaya parkir kendaraan dan masuk ke lokasi sebesar Rp15.000/kendaraan. Jika pengunjung ingin menggunakan jasa ojek untuk melihat pusat semburan yang berada di tengah kawasan dikenakan biaya sebesar Rp25.000/orang. Uang keamanan menuju pusat semburan sebesar Rp5.000/kendaraan yang masuk . Sehingga total perkiraan biaya yang harus dikeluarkan oleh para pengunjung “Wisata Lumpur Lapindo Sidoarjo” sebesar Rp.45.000.
Kota Sidoarjo yang awalnya dikenal dengan sebutan “Kota Udang”, kini dengan adanya Lumpur Lapindo yang telah menjadi lautan membuat kota Sidoarjo kini juga dikenal dengan sebutan “Kota Lumpur”. Lumpur Lapindo menjadi menjadi daya tarik utama bagi masyarakat untuk datang dan berkunjung menyasikan secara dekat. Para pengunjung yang datang tidak hanya berasal dari dalam provinsi Jawa Timur, namun juga banyak yang berasal dari luar Jawa Timur.
Pengunjung yang berdatangan bukan hanya dari kalangan orang dewasa, namun juga dari kalangan anak kecil. Sehingga warga yang menjaga tempat wisata Lumpur Lapindo memberikan batasan waktu untuk berkunjung. Penjaga hanya memperbolehkan pengunjung masuk dan menyaksikan Lumpur Lapindo secara dekat hanya pada waktu pagi dan sore hari sebelum matahari terbenam. Batasan waktu tersebut diberikan untuk mencegah hal-hal buruk terjadi.