Mohon tunggu...
Nida Iliyun
Nida Iliyun Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa STAI Al-Anwar Sarang

Mahasiswa aktif STAI Al-Anwar Sarang

Selanjutnya

Tutup

Hukum

ODHA Tak Berhak Dijauhi dan Didiskriminasi: Menghapus Stigma Sosial

29 Juni 2024   08:08 Diperbarui: 29 Juni 2024   08:16 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ODHA TAK BERHAK DIJAUHI DAN DIDISKRIMINASI: MENGHAPUS STIGMA SOSIAL

 

 

Di Indonesia, ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) masih menjadi isu yang penuh stigma dan diskriminasi. Mereka sering menghadapi tantangan yang luar biasa, bukan hanya karena kondisi mereka, tetapi juga karena stigma sosial yang melekat pada penyakit tersebut. Stigma ini dapat mempengaruhi kehidupan mereka secara mendalam, mulai dari pendidikan hingga hubungan sosial dan kesehatan mental. Mereka juga sering kali menghadapi penolakan dan isolasi dari masyarakat, termasuk keluarga, teman, dan lingkungan sekitar. Hal ini tidak hanya akan memperburuk kondisi psikologis mereka, tetap juga menghambat upaya penanganan dan pencegahan HIV/AIDS. Padahal, ODHA tak seharusnya dijauhi.

 

Untuk menghapus stigma sosial ini, dibutuhkan kesadaran, pendidikan, dan dukungan dari seluruh lapisan masyarakat agar ODHA bisa hidup dengan martabat dan kesetaraan. Sebagaimana pandangan John Rawls mengenai keadilan yang dipahami sebagai Justice as Fairness. Konsep fairness sendiri dipahami sebagai Kemampuan untuk bersikap dan bertindak yang dapat diterima dan didukung secara timbal balik.

 

Mengapa Stigma dan Diskriminasi Masih Terjadi?

 

Stigma adalah pandangan negatif yang diberikan kepada individu atau kelompok berdasarkan ciri-ciri tertentu yang dianggap tidak sesuai dengan norma masyarakat. Dalam konteks HIV/AIDS, stigma ini sering berasal dari ketakutan yang tidak berdasar dan kurangnya pemahaman tentang penyakit tersebut. Akibatnya, ODHA bisa mengalami diskriminasi, penolakan, dan isolasi sosial.

 

Stigma terhadap ODHA sering kali berakar dari kurangnya pemahaman mengenai HIV/AIDS. Banyak orang masih percaya pada mitos-mitos yang salah, seperti HIV dapat menular melalui kontak biasa seperti berjabat tangan atau berbagi peralatan makan. Padahal, HIV hanya dapat menular melalui cairan tubuh tertentu seperti darah, air mani, cairan vagina, dan air susu ibu. Ketidaktahuan ini membuat banyak orang takut dan menghindari ODHA.

 

Selain itu, ODHA sering dikaitkan dengan perilaku yang dianggap tidak bermoral, seperti penggunaan narkoba suntik atau hubungan sosial tanpa kondom. Pandangan moralistik ini membuat ODHA dianggap sebagai pelaku dosa yang pantas dijauhi, bukan sebagai individu yang membutuhkan dukungan dan perawatan medis.

 

Dampak Stigma Pada ODHA

 

  • Isolasi Sosial 

ODHA sering kali merasa terasingkan dari lingkungan sosialnya, termasuk keluarga dan teman-teman dekatnya. Hal ini dapat menyebabkan rasa kesepian dan depresi

  • Kesulitan dalam Akses Layanan Kesehatan

Ketakutan dan diskriminasi membuat banyak ODHA enggan untuk mencari bantuan medis atau menjalani tes HIV, yang pada akhirnya memperburuk kesehatan mereka.

  • Peluang Ekonomi dan Pendidikan

Diskriminasi di tempat kerja dan institusi pendidikan dapat membatasi kesempatan ODHA untuk bekerja dan belajar, yang pada akhirnya menghambat potensi mereka untuk hidup mandiri dan produktif.

  • Penghambat Penanggulangan HIV/AIDS

Stigma membuat banyak orang takut untuk menjalani tes HIV dan mengetahui status mereka. Akibatnya, penularan HIV semakin sulit dikendalikan.

Menghapus Stigma: Apa yang Bisa Kita Lakukan?

 

Untuk menghapus stigma terhadap ODHA, perlu adanya upaya bersama dari berbagai pihak. Mulai dari pemerintah, lembaga kesehatan, organisasi masyarakat, hingga individu. Berikut beberapa langkah yang dapat dilakukan:

 

  • Penyuluhan dan Edukasi

Masyarakat perlu diberikan pemahaman yang benar tentang HIV/AIDS, cara penularannya, dan bagaimana cara berdampingan dengan ODHA. Edukasi ini dapat dilakukan melalui kampanye di media, program sekolah, dan kegiatan komunitas.

  • Dukungan Psikologis dan Sosial

ODHA perlu mendapatkan dukungan psikologis untuk menghadapi stigma dan diskriminasi. Kelompok dukungan, konseling, dan terapi dapat membantu ODHA merasa lebih kuat dan termotivasi untuk menjalani pengobatan.

  • Penegakan Hukum terhadap Diskriminasi

Pemerintah harus tegas dalam menegakkan hukum yang melindungi ODHA dari diskriminasi. Lembaga-lembaga kerja, layanan kesehatan, dan institusi lainnya harus memastikan bahwa tidak ada diskriminasi terhadap ODHA.

  • Peran Media

Media memiliki peran penting dalam membentuk opini publik. Liputan yang berimbang dan positif tentang ODHA dapat membantu mengurangi stigma dan meningkatkan pemahaman masyarakat.

  • Penguatan Komunitas ODHA

Komunitas ODHA perlu diperkuat agar mereka dapat saling mendukung dan memperjuangkan hak-hak mereka. Keterlibatan ODHA dalam advokasi dan pengambilan keputusan juga sangat penting.

  

Penutup

ODHA tidak berhak dijauhi atau didiskriminasi. Stigma dan diskriminasi terhadap ODHA hanya akan memperburuk situasi mereka dan menghambat upaya global untuk mengendalikan HIV/AIDS. Dengan cara yang sudah disebutkan di atas, kita dapat menghapus stigma sosial terhadap ODHA dan memastikan bahwa mereka dapat hidup dengan martabat dan tanpa diskriminasi. Hanya dengan demikian, kita dapat menciptakan masyarakat yang inklusif dan adil bagi semua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun