Mohon tunggu...
Nida Fauziah
Nida Fauziah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah mahasiswa prodi Ilmu Komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Tinjauan dan Perspektif Nilai Pancasila: Kontroversi Viral Gus Miftah Akibat Ucapan Tidak Senonoh yang Membuat Geram Netizen

12 Desember 2024   22:54 Diperbarui: 12 Desember 2024   22:59 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto pada saat kejadian, Gus Miftah dan Bu Yati. https://tiktok.com

Akibat videonya yang baru-baru ini viral karena meremehkan penjual Es Teh. Kini muncul sebuah video lawas yang memperlihatkan candaan pendakwah Gus Miftah terhadap Bu Yati. Dalam video yang beredar di media sosial, Gus Miftah memberikan pernyataan menohok pada Bu Yati kala itu. Gus Miftah mengucapkan "Kulo niki bersyukur Bude Yati elek. Nek ayu dadi lonte, to? (Saya bersyukur Bude Yati jelek. Kalau ayu jadi PSK kan?)". Hal tersebut memicu reaksi publik, yang menilai ucapan tersebut tidak pantas dilontarkan karena dianggap merendahkan fisik dan juga menghina Bu Yati, serta tidak mencerminkan sikap seorang tokoh agama.

Pada saat kejadian berlangsung Bu Yati langsung diam tertegun. Karena dia tak menyangka Gus Miftah akan melontarkan ucapan seperti itu. "Saiki kok dadi suarane koyo ngono. Oh untung Gus, saiki sampeyan ora dadi ustad, ora kiai. (Sekarang kok ngomongnya kayak gitu. Oh untung Gus, sekarang di sini kamu bukan ustad, bukan kiai)," kata Bu Yati. 

Bu Yati, seorang seniman senior, mengungkapkan rasa tidak terimanya terhadap candaan yang dilontarkan Gus Miftah. Ia merasa ucapan tersebut tidak hanya melukai harga dirinya, tetapi juga menunjukkan sikap kurangnya penghormatan terhadap nilai-nilai kemanusiaan dan Bu Yati menegaskan pentingnya menjaga adab dan etika, terutama ketika berbicara di hadapan banyaknya audiens.

Candaan yang dilontarkan oleh Gus Miftah sangat-sangat tidak etis, karena tidak mencerminkan sikap seorang tokoh agama yang seharusnya menjadi panutan.

Jika dikaitkan dengan Kelima Nilai-Nilai Pancasila, yaitu sebagai berikut:

1. Sila Pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa:

Pada sila pertama sebagai tokoh agama, Gus Miftah diharapkan mampu mencerminkan nilai-nilai keimanan dalam sikap dan ucapannya. Setiap individu yang beriman diajarkan untuk menjaga kehormatan orang lain, karena menghina sesama berarti melanggar nilai-nilai ajaran agama. Ucapan yang tidak pantas bertentangan dengan nilai ketuhanan yang mengajarkan kasih sayang dan penghormatan.

2. Sila Kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab:

Pada sila kedua, diharapkan setiap individu diajarkan untuk menghormati martabat manusia dengan menunjukkan sikap sopan dan berbudi pekerti luhur. Ucapan yang merendahkan fisik seseorang bertentangan dengan nilai kemanusiaan yang menjunjung tinggi martabat manusia. Setiap individu memiliki hak untuk dihormati tanpa diskriminasi. 

3. Sila Ketiga, Persatuan Indonesia:

Pada sila ketiga, sebagai bangsa yang beragam, menjaga keharmonisan adalah hal yang penting. Ucapan atau tindakan yang merendahkan orang lain dapat memecah persatuan karena menimbulkan rasa tidak nyaman atau konflik. Peristiwa ini menjadi pengingat bahwa persatuan hanya dapat tercapai jika ada rasa saling menghormati antar sesama.

4. Sila Keempat, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan:

Pada sila keempat, sebagai tokoh agama, Gus Miftah diharapkan mampu memberikan teladan dalam bertutur kata yang bijaksana dan mencerminkan penghormatan terhadap hak asasi manusia. Ucapan yang mencerminkan penghormatan dan kebijaksanaan dapat memperkuat kepercayaan masyarakat terhadap pemimpin, baik di bidang agama maupun sosial.

5. Sila Kelima, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia:

Pada sila kelima, terlepas dari latar belakangnya, setiap individu berhak diperlakukan secara adil. Candaan yang merendahkan fisik seseorang menunjukkan ketidakadilan, karena dapat menimbulkan stigma negatif dan merugikan martabat individu tersebut. Sila kelima menekankan pentingnya keadilan dalam setiap aspek kehidupan, termasuk dalam berkomunikasi.

Berita ini menjadi ajaran penting bagi masyarakat agar terus senantiasa menjunjung nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Humor atau candaan yang dilontarkan harus tetap dalam batasan yang tidak melukai atau merendahkan orang lain. Dengan menerapkan nilai-nilai Pancasila, Indonesia dapat menjadi bangsa yang adil, harmonis, dan saling menghormati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun