Part-1
"Loe pilih mana? Duit atau rokok yang ada di kantong Loe?" ancam Ryo pada seorang siswa yang sedang berjalan menuju kelas.
"Saya enggak ngerokok, Yo." Siswa tersebut ketakutan.
"Halah, enggak usah pura-pura deh. Ton, Ben, periksa kantong dan tasnya! Emang Loe kira mata gue buta? Sebelum masuk gerbang Loe mampir ke warung Bang Bejo, kan?" Ryo memaksa. Dua teman yang namanya disebutkan menggeledah kantong celana dan baju seragam siswa tersebut.
"Nih, Yo. Ada lima batang, Men!" seru Toni yang menemukan di kantong celana kanan siswa tersebut.
"Udah, masuk sana! Awas kalo Loe laporin gue!" Ryo melepas siswa tersebut dan mengancamnya.
Suasana pagi hari di sekolah mulai ramai dengan kedatangan para siswa dan siswi serta guru. Mario Cassanov adalah seorang siswa SMU Teladan di Jakarta Pusat. Ia sebenarnya memiliki otak yang cerdas dan fisik yang mendekati sempurna. Tubuhnya atletis dengan otot mengencang pada beberapa titik di tubuhnya. Wajahnya sangat tampan seperti seorang model remaja masa kini. Hidung mancung dan bibir tipis kemerahan yang dimilikinya membuat semua kaum hawa terpesona. Akan tetapi, kesempurnaan itu hanya secara fisik belaka. Karena hati dan perilakunya sangat jauh dari fisiknya.
Sifat angkuh dan sombongnya membuat ia menjadi ketua geng ribut, bersama dengan dua teman satu kelasnya. Ia berbuat sesuka hati dan tidak kenal ampun pada siapapun. Namun, tak ada satu pun guru yang menghukumnya. Karena menurut para guru, Ryo anak yang baik. Ia tidak pernah sekalipun membolos dan selalu mendapat nilai yang memuaskan. Para guru lebih mengelu-elukannya ketimbang menerima laporan kenakalan yang dibuat Ryo.
Sehingga membuat seluruh siswa dan siswi yang diganggunya merasa jera untuk melaporkannya. Memang kenakalan Ryo dan gengnya tidak sampai melukai mereka. Hanya bentuk usil dan ketidaksukaan Ryo terhadap beberapa siswa tertentu. Ia pun terkenal dingin dan ketus terhadap lawan jenis. Maka para siswi bersiap patah hati jika mengharapkan Ryo memiliki perasaan pada mereka.
"Pagi, Ryo!" sapa seorang siswi dengan pakaian sedikit mengetat di bagian tertentu.
"Benerin tuh pakaian Loe, biar otak cowo gak pada ngeres!" Bukan menjawab dengan ramah, Ryo menceramahi siswi tersebut yang segera menutupi dengan jaket yang dibawanya.