Mohon tunggu...
Nicson Poli
Nicson Poli Mohon Tunggu... Guru - Guru

Belajar itu Berjuang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Model Pembelajaran Thomas H. Groome

24 Agustus 2023   07:44 Diperbarui: 24 Agustus 2023   07:48 2421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: https://ost.edu/thomas-h-groome-2/

B. Lima komponen dalam model pembelajaran Shared Christian Praxis menurut Thomas Groome

Lima komponen dalam model pembelajaran Shared Christian Praxis menurut Thomas Groome adalah sebagai berikut:

  • Pengalaman: Komponen ini melibatkan siswa dalam berbagi pengalaman mereka secara terbuka dan menghargai pengalaman orang lain dalam konteks kehidupan agama Kristen. Siswa diajak untuk menceritakan pengalaman mereka yang terkait dengan iman, gereja, ibadah, doa, atau momen-momen penting lainnya. Melalui berbagi pengalaman, siswa dapat belajar dari satu sama lain dan memperluas wawasan mereka tentang kehidupan beriman.
  • Refleksi: Tahap refleksi melibatkan siswa dalam merenungkan pengalaman mereka dan mencari hubungannya dengan ajaran agama Kristen. Siswa ditantang untuk memikirkan makna dan nilai-nilai yang terkandung dalam pengalaman mereka, serta mempertanyakan bagaimana pengalaman tersebut dapat membentuk dan menghubungkan dengan keyakinan dan praktik agama Kristen. Refleksi ini membantu siswa untuk memahami lebih dalam dan mengaitkan pengalaman mereka dengan kerangka pemahaman agama Kristen yang lebih luas.
  • Teori: Komponen ini melibatkan pembelajaran teoritis tentang ajaran agama Kristen yang terkait dengan pengalaman siswa. Siswa diajak untuk mempelajari konsep, nilai, dan prinsip agama Kristen yang relevan dengan pengalaman mereka. Melalui pemahaman teoritis ini, siswa dapat mengaitkan pengalaman mereka dengan landasan teologis dan doktrinal agama Kristen. Mereka diberikan bahan ajar, membaca sumber-sumber agama Kristen, atau berdiskusi tentang konsep-konsep agama Kristen yang terkait dengan pengalaman mereka.
  • Tindakan: Tahap tindakan mendorong siswa untuk merenungkan bagaimana mereka dapat mengaplikasikan ajaran agama Kristen dalam kehidupan mereka sehari-hari. Siswa didorong untuk mengidentifikasi tindakan konkret yang dapat mereka lakukan untuk menerapkan nilai-nilai agama Kristen dalam perilaku dan interaksi sehari-hari. Ini bisa meliputi praktik spiritual, pelayanan sosial, atau berbuat baik dalam hubungan antarmanusia. Siswa diundang untuk menjadi agen perubahan yang membawa ajaran agama Kristen ke dalam praktik nyata.
  • Evaluasi: Komponen evaluasi melibatkan siswa dalam mengevaluasi pengalaman mereka dan memikirkan bagaimana mereka dapat memperbaiki dan memperkaya pengalaman tersebut di masa depan. Siswa diajak untuk refleksi kritis tentang efektivitas pengalaman pembelajaran, keberhasilan dalam menerapkan ajaran agama Kristen, serta tantangan dan hambatan yang mereka hadapi. Evaluasi ini membantu siswa untuk terus tumbuh dan berkembang dalam iman Kristen serta mengarah pada perbaikan dan pengembangan pengalaman pembelajaran di masa mendatang.

C. Tahap Pembelajaran Dalam Model Pembelajaran Shared Christian Praxis oleh Thomas Groome

Dalam model pembelajaran Shared Christian Praxis oleh Thomas Groome, terdapat empat tahap pembelajaran yang dirancang untuk membantu siswa memahami, menginternalisasi, dan menerapkan ajaran agama Kristen dalam kehidupan sehari-hari. Berikut adalah pengembangan materi untuk setiap tahap:

  • Tahap Pengalaman: Pada tahap ini, siswa diminta untuk berbagi pengalaman mereka. Guru menciptakan lingkungan yang aman di mana siswa merasa nyaman untuk berbicara dan berbagi tentang pengalaman hidup mereka yang terkait dengan iman Kristen. Melalui berbagi pengalaman, siswa dapat memperluas wawasan mereka, menggali pemahaman yang lebih dalam, dan membangun hubungan yang lebih kuat dalam komunitas pembelajaran.
  • Tahap Refleksi: Setelah siswa berbagi pengalaman, tahap berikutnya adalah refleksi. Siswa diberikan kesempatan untuk merenungkan pengalaman mereka dan mencari hubungannya dengan ajaran agama Kristen. Mereka diajak untuk mempertanyakan dan memeriksa makna dan nilai yang terkandung dalam pengalaman mereka, serta mencari tahu bagaimana pengalaman tersebut dapat membentuk dan menghubungkan dengan keyakinan dan praktik agama Kristen.
  • Tahap Teori: Pada tahap ini, siswa diajak untuk mempelajari ajaran agama Kristen yang terkait dengan pengalaman mereka. Guru menyampaikan materi pelajaran tentang konsep, nilai, dan prinsip agama Kristen yang relevan dengan pengalaman siswa. Melalui pemahaman teoritis ini, siswa dapat mengkaitkan pengalaman mereka dengan kerangka pemahaman agama Kristen yang lebih luas dan mendalam.
  • Tahap Tindakan: Tahap terakhir adalah tindakan. Siswa diberikan waktu untuk merenungkan bagaimana mereka dapat mengaplikasikan ajaran agama Kristen dalam kehidupan mereka sehari-hari. Mereka didorong untuk mengidentifikasi tindakan konkret yang dapat mereka lakukan untuk menerapkan nilai-nilai agama Kristen dalam perilaku dan interaksi sehari-hari. Ini bisa meliputi praktik spiritual, pelayanan sosial, atau berbuat baik dalam hubungan antarmanusia.

Penting untuk dicatat bahwa empat tahap ini tidak harus berurutan linier dan dapat berlangsung dalam siklus yang berulang. Setelah tahap tindakan, siswa dapat kembali ke tahap pengalaman untuk berbagi pengalaman baru yang muncul dari tindakan mereka, dan proses refleksi dan pembelajaran dapat terus berlanjut. Melalui empat tahap ini, model pembelajaran Shared Christian Praxis memberikan pendekatan holistik dan terintegrasi dalam mengembangkan pemahaman dan praktik keagamaan siswa. Ini mendorong siswa untuk terlibat secara aktif, menginternalisasi keyakinan agama Kristen, dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari dengan cara yang relevan dan bermakna.

D. Penerapan Model Shared Christian Praxis Dalam Pendidikan Agama Kristen

  • Penerapan Model Shared Christian Praxis dalam Pendidikan Agama Kristen dapat dilakukan dengan mengikuti beberapa langkah praktis berikut:
  • Menggali pengalaman hidup peserta didik: Mulailah dengan membangun hubungan yang baik dengan peserta didik dan ajak mereka berbagi pengalaman hidup mereka yang terkait dengan iman Kristen. Dalam konteks pendidikan agama Kristen, peserta didik dapat berbagi pengalaman mereka dalam kehidupan gereja, kegiatan ibadah, doa, pembacaan Alkitab, atau momen-momen penting lainnya dalam kehidupan rohani mereka.
  • Refleksi atas pengalaman: Bantu peserta didik untuk merenungkan pengalaman hidup mereka dalam konteks iman Kristen. Dorong mereka untuk menghubungkan pengalaman tersebut dengan keyakinan dan nilai-nilai Kristen yang mereka anut. Ini bisa dilakukan melalui diskusi kelompok, jurnal refleksi, atau kegiatan seni seperti melukis atau menulis puisi yang mencerminkan pengalaman rohani mereka.
  • Eksplorasi tradisi iman Kristen: Ajak peserta didik untuk menjelajahi tradisi iman Kristen yang relevan dengan pengalaman mereka. Ini bisa meliputi studi Alkitab, pembelajaran tentang doktrin Kristen, mengenal tokoh-tokoh agama, atau mempelajari ritual dan praktik gereja. Tujuannya adalah untuk membantu peserta didik memahami konteks teologis dan sejarah dari keyakinan mereka.
  • Integrasi pengalaman dan tradisi: Bantu peserta didik untuk mengintegrasikan pengalaman hidup mereka dan tradisi iman Kristen dalam kehidupan sehari-hari mereka. Dorong mereka untuk menjawab pertanyaan seperti, "Bagaimana nilai-nilai Kristen mempengaruhi cara saya berinteraksi dengan orang lain?", "Bagaimana iman Kristen membentuk pemahaman saya tentang tanggung jawab sosial?", atau "Bagaimana ajaran gereja mempengaruhi pandangan saya tentang keadilan dan kebenaran?".
  • Penerapan dalam tindakan dan keputusan hidup: Ajak peserta didik untuk menerapkan hasil integrasi tersebut dalam tindakan dan keputusan hidup mereka. Dorong mereka untuk melihat bagaimana iman Kristen dapat mempengaruhi hubungan mereka dengan orang lain, pilihan karir, pilihan gaya hidup, dan pelayanan gereja. Dalam konteks ini, peserta didik dapat terlibat dalam kegiatan pelayanan sosial, aksi sosial, atau proyek-proyek komunitas yang mendorong mereka untuk menerapkan nilai-nilai Kristen dalam praktik nyata.

Dalam menerapkan model ini, penting untuk menciptakan lingkungan yang mendukung, di mana peserta didik merasa aman untuk berbagi, berdiskusi, dan menerapkan nilai-nilai Kristiani dalam tindakan nyata. Guru atau fasilitator juga perlu menjadi contoh yang baik dalam menerapkan nilai-nilai Kristiani dalam kehidupan mereka sendiri.

E. Implementasi Model Pembelajaran Thomas Groome Dalam Pembelajaran

Implementasi model pembelajaran Thomas Groome dapat dilakukan dalam konteks pendidikan formal dan non-formal. Dalam konteks pendidikan formal, model ini dapat diterapkan dalam Pendidikan Agama Kristen di sekolah dan integrasi nilai-nilai Kristen dalam kurikulum sekuler. Dalam konteks pendidikan non-formal, model ini dapat diterapkan dalam katekese dan pendidikan agama di gereja serta kelompok studi Alkitab dan pengembangan iman di komunitas Kristen.

Implementasi model pembelajaran Thomas Groome memerlukan langkah-langkah yang terstruktur dan terencana. Berikut adalah beberapa langkah penting yang dapat diambil untuk mengimplementasikan model ini:

  • Menyiapkan Materi yang Relevan: Guru perlu mempersiapkan materi pembelajaran yang relevan dengan kepercayaan agama siswa. Hal ini meliputi pemahaman yang mendalam tentang keyakinan agama mereka, ajaran-ajaran penting, serta praktik-praktik spiritual yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Materi pembelajaran harus disusun dengan mempertimbangkan konteks budaya dan sosial siswa.
  • Menciptakan Lingkungan Terbuka dan Mendukung: Guru harus menciptakan lingkungan kelas yang terbuka dan mendukung untuk semua siswa. Ini berarti menghormati keragaman kepercayaan agama dan kebudayaan siswa serta memberikan ruang bagi setiap siswa untuk berbagi pengalaman dan pemahaman mereka tanpa takut dihakimi atau diabaikan. Lingkungan yang aman dan terbuka akan mendorong partisipasi aktif dan dialog yang produktif.
  • Mendorong Kolaborasi dan Partisipasi: Model ini mendorong kolaborasi dan partisipasi aktif siswa. Guru perlu menciptakan kesempatan bagi siswa untuk bekerja secara kelompok, berdiskusi, dan berbagi pengalaman mereka. Dalam proses pembelajaran, siswa harus diajak untuk saling mendengarkan, menghargai pandangan orang lain, dan bekerja sama untuk mencapai pemahaman yang lebih dalam.
  • Memberikan Teladan dan Umpan Balik: Guru harus menjadi teladan dalam menerapkan nilai-nilai agama dalam tindakan nyata. Mereka harus menunjukkan contoh konkret tentang bagaimana nilai-nilai agama dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, guru juga perlu memberikan umpan balik yang konstruktif kepada siswa dalam proses pembelajaran. Umpan balik yang efektif akan membantu siswa untuk terus berkembang dan memperbaiki pemahaman serta penerapan nilai-nilai agama.
  • Mengintegrasikan Refleksi dan Evaluasi: Refleksi kritis adalah komponen penting dalam model pembelajaran ini. Guru perlu memberikan waktu dan ruang bagi siswa untuk merenungkan pengalaman mereka dalam menerapkan nilai-nilai agama. Refleksi ini dapat dilakukan melalui diskusi kelompok, jurnal, atau kegiatan reflektif lainnya. Selain itu, guru juga perlu melakukan evaluasi secara berkala untuk melihat perkembangan siswa dalam memahami dan menerapkan nilai-nilai agama.
  • Membangun Keterlibatan dengan Orang Tua dan Komunitas: Implementasi model pembelajaran ini dapat diperkuat dengan melibatkan orang tua dan komunitas dalam proses pembelajaran. Guru dapat mengundang orang tua untuk berbagi pengalaman atau pengetahuan mereka tentang kepercayaan agama. Siswa juga dapat diajak untuk melakukan kunjungan ke tempat-tempat ibadah atau terlibat dalam kegiatan sosial bersama komunitas.
  • Menyesuaikan Pembelajaran dengan Tingkat perkembangan siswa: Penting bagi guru untuk memahami tingkat perkembangan siswa dan menyesuaikan pendekatan pembelajaran sesuai dengan itu. Setiap tahap perkembangan memiliki kebutuhan dan kemampuan yang berbeda. Guru perlu menggunakan strategi pembelajaran yang sesuai untuk memfasilitasi pemahaman dan penerapan nilai-nilai agama secara efektif.
  • Mengintegrasikan Teknologi dan Sumber Daya Tersedia: Dalam era digital, guru dapat memanfaatkan teknologi dan sumber daya yang tersedia untuk memperkaya pembelajaran. Penggunaan teknologi, seperti multimedia, video, atau platform pembelajaran online, dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang nilai-nilai agama dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari.
  • Menjalin Kerjasama dengan Komunitas Keagamaan: Guru dapat menjalin kerjasama dengan komunitas keagamaan setempat untuk mendukung implementasi model pembelajaran ini. Melibatkan tokoh agama atau anggota komunitas keagamaan sebagai pembicara tamu atau mentor dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa dan membantu mereka memperdalam pemahaman tentang nilai-nilai agama.
  • Evaluasi dan Peningkatan Berkelanjutan: Penting untuk melakukan evaluasi secara berkala terhadap implementasi model pembelajaran Thomas Groome. Guru dapat melibatkan siswa dalam proses evaluasi untuk mendapatkan umpan balik tentang keefektifan pembelajaran. Dengan adanya evaluasi dan refleksi berkelanjutan, guru dapat terus meningkatkan pendekatan pembelajaran dan menciptakan pengalaman pembelajaran yang lebih baik bagi siswa.

Dengan mengikuti langkah-langkah ini, implementasi model pembelajaran Thomas Groome dapat memberikan pengalaman pembelajaran yang bermakna bagi siswa. Mereka dapat mengembangkan pemahaman yang lebih dalam tentang kepercayaan agama, mempraktikkan nilai-nilai agama dalam tindakan nyata, dan mengintegrasikan kepercayaan agama dalam kehidupan sehari-hari mereka. Model ini juga dapat membantu siswa untuk mengembangkan keterampilan sosial, memperluas wawasan mereka tentang kepercayaan agama lain, dan membentuk sikap yang terbuka dan saling menghormati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun