Secara komprehensif dapat terlihat dengan jelas bagaimana kontestasi politik saat ini belum melahirkan pencerdasan politik sebagaimana yang dicita-citakan sebuah negara demokrasi.Â
Para politisi senior masih sibuk sikut-menyikut untuk menjadi King Maker di pemilihan umum mendatang yang mengakibatkan para calon presiden yang telah dideklarasikan belum mampu menyuarakan gagasan.
"Politik adalah seni mencari masalah, menemukannya di mana-mana, mendiagnosisnya secara salah, dan menerapkan solusi yang salah." - Groucho Marx
Meskipun kick-off pemilihan umum belum di mulai namun pra kampanye saat ini dapat dijadikan wadah edukasi bagi masyarakat untuk meningkatkan literasi politiknya sehingga menghasilakn pola pikir yang visioner dan objektif untuk menentukan calon pemimpinnya 5 tahun mendatang.Â
Ancang-ancang menuju pembentukan koalisi dan tim sukses mulai dimasifkan oleh setiap calon sehingga mampu mendongkrak popularitasnya serta menutupi track record buruk masa lalu yang mungkin mereka lakukan.
Sejarah panjang pemilihan umum di negri ini akan menemukan titik terang dengan diadakannya pemilihan umum serentak di seluruh lapisan pemerintahan di tahun yang sama.Â
Hal tersebut tentunya akan mengarahkan fokus masyarakat untuk melihat calon presiden dan wakil presiden yang berpotensi melemahkan konsentrasi masyarakat terhadap pemilihan legislatif maupun eksekutif tingkat daerah.
Edukasi politik sangat diperlukan guna meminimalisir terjadi conflict of interest di kemudian hari atau bahkan mengakibatkan polarisasi yang lebih buruk ketimbang pemilihan umum sebelumnya. Beragam isu mulai di giring oleh para pihak untuk menjatuhkan lawannya.Â
Dalam demokrasi menyampaikan track record yang senyatanya benar terjadi meskipun berkonotasi negatif nyatanya sah-sah saja namun ada etika politik yang tidak tersirat yang menggambarkan tindakan tersebut bagian dari black campaign.
Jika melihat dari ketiga calon presiden yang telah dideklrasaikan oleh masing-masing partai maka tidak berlebihan jika masyarakat dapat menemukan celah yang menunjukan track record buruk calon tersebut.Â
Ganjar Pranowo merupakan tokoh politik yang saat ini menduduki peringkat satu dengan elektabilitas tertinggi di berbagai lembaga survei yang kemudian diikuti oleh Prabowo Subianto dan Anies Baswedan.Â
Jika mengacu pada track record Ganjar Pranowo yang banyak dihabiskan di lingkungan legislatif dan eksekutif maka kita akan menemukan beragam prestasi sebagaimana yang dimiliki calon lainnya namun kita juga dapat menemukan sisi negatif kinerjanya yang mungkin akan digunakan oleh calon lain untuk saling menyerang.
Ganjar Pranowo
Jika melihat dari letak goegrafis maka Ganjar Pranowo diuntungkan sebagai kepala daerah di provinsi Jawa Tengah yang memiliki jumlah suara cukup banyak dan berasal dari suku jawa yang jumlahnya mayoritas di Indonesia.Â
Jika mengacu pada faktor antropologi setidaknya Ganjar telah memenangkan simpul suara masayarakt Jawa yang mungkin akan di topang oleh partai pengusungnya kelak.Â
Meskipun dirinya menjadi pemenang Pilkada Jawa Tengah namun terdapat faktor antropologi lainnya yang membuat dirinya memiliki tugas lebih berat dibanding calon lainnya karena Jawa Tengah merupakan basis pemilih PDIP yang dapat diartikan bahwa kompleksitas basis suara yang dimenangkan Ganjar tidak serumit Pilkada DKI yang dimenangkan Anies Baswedan.
Nama Ganjar Pranowo beberapa saat mengalami penurunan. Puncaknya adalah ketika dirinya melakukan penolakan terhadap kedatangan timnas Israel untuk berlaga di Indonesia pada ajang Piala Dunia U-20 yang mengakibatkan batal terlaksananya event tersebut di Indonesia sehingga masyarakat banyak mencap buruk atas kebijakan Ganjar tersebut.
Meskipun pada akhirnya dapat menegembalikan posisinya sebagai calon presiden dengan elektabilitas tertinggi pasca di deklarasikan PDIP sebagai calon presiden di pemilihan umum 20 24.
Prabowo Subianto
Mungkin diantara dua nama lainnya Prabowo Subianto merupakan tokoh paling senior yang telah menempatkan dirinya sebagai calon presiden selama dua periode sebelumnya.Â
Dengan fakta politik tersebut tidak dapat dibantah jika Prabowo telah memiliki basis pemilih yang mengakar dan terorganisir dengan baik. Namun isu yang kerap menimpa dirinya adalah posisi dirinya yang di pecat dari kesatuan TNI akibat melakukan pelanggaran HAM.Â
Hal tersebut merupakan isu yang paling kerap di angkat menjelang pemilihan umum namun perlahan dirinya mulai menempatkan posisi sebagai seorang negarawan yang nasionalis yang mendapatkan atensi publik yang cukup tinggi ketika dirinya bergabung di dalam kabinet pemerintahan Jokowi yang menjadi rivalnya dalam dua kali kontestasi politik memperebutkan jabatan sebagai presiden.
Dengan kehadirannya di dalam internal pemerintahan membuat dirinya lebih leluasa untuk melakuk kerja-kerja politiknya dan membuat sorotan media tidak akan berpaling darinya.Â
Dirinya kerap menampilkan personal branding yang menjadi trending topic seperti saat pembahasan anggaran pembelian alutista bersama DPR RI hingga kerap terlihat mendampingi Jokowi di sejumlah tugas kenegaraan yang menjadi tanggungjawab dirinya sebagai menteri.Â
Eksistensi Prabowo semakin stabil ketika Jokowi kerap melakukan endors terhadap Prabowo di sejumlah kesempatan, sehingga beredar tanggapan bahwa pendukung Jokowi akan ada yang berpihak kepada Prabowo di pemilihan umum mendatang.
Anies Baswedan
Seorang cendikiawan dan merupakan menteri di era Jokowi namun saat ini menjadi berlawan dengan Jokowi membuat ruang gerak dirinya semakin sempit karena melawan kekuasaan.
Semasa dirinya menjabat sebagai gubernur DKI membuat dirinya kerap menjadi sorotan media dan pembicaraan publik mulai dari program OKOC, DP 0 % atau 0 Rupiah, hingga upayanya mengatasi banjir. Sederet fakta tersebut membuat dirinya kerap menjadi korban bully netizen.Â
Di lain sisi dirinya kerap dianggap sebagai wadah perlawanan terhadap berbagai pihak yang tidak sependapat di rezim Jokowi saat ini.
Namun pasca habisnya masa jabatan sebagai Gubernur DKI membuat dirinya berpikir keras untuk tetap mempertahankan eksistensi dirinya di kancah perpolitikan Indonesia, terlebih dirinya beberapa kali menempati posisi calon presiden dengan elektabilitas tinggi di sejumlah lembaga survei yang digadang-gadang dapat menjadi calon presiden potensial di pemilu mendatang.
Pasca dideklarasikannya Anies sebagai calon presiden dari Partai Nasdem membuat posisi tawar dan elektabilitasnya menguat, namun pasca deklarasi tersebut nampaknya manuver politik Anies cenderung stagnan.Â
Banyak spekulasi beranggapan bahwa hal tersebut diakibatkan karena dirinya diusung oleh salah satu partai pendukung pemerintahan yang menempatkan dirinya di dalam keterbatasan dan ruang yang sangat sempit karena tidak memungkinkan bagi dirinya untuk mengkritik pemerintah, sedangkan partai pendukungnya bukan oposisi pemerintah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H