Mohon tunggu...
Nicola Cornelius A Simarmata
Nicola Cornelius A Simarmata Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

Mencoba menuangkan pikiran

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Dekonstruksi Stereotip: Menyingkap Peran Literasi Media Digital Pada Optimalisasi Pemberdayaan Perempuan dalam Politik

12 Agustus 2024   21:53 Diperbarui: 13 Agustus 2024   11:23 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perempuan membawa perspektif yang beragam dalam proses pengambilan keputusan politik. Mereka dapat membawa isu-isu yang mungkin diabaikan oleh pria, seperti isu-isu perempuan, kesejahteraan keluarga, dan perawatan lingkungan. 

Partisipasi perempuan dalam politik penting untuk menciptakan pengambilan keputusan yang lebih berimbang, mencerminkan keragaman populasi dan memastikan bahwa kebijakan yang dihasilkan relevan bagi semua, walaupun terdapat stereotip mengenai kemampuan perempuan, stereotype dibuat berdasarkan budaya dan kondisi masyarakat tertentu, ia dapat berubah sesuai dengan perkembangan zaman (Budianta, 1998:6)

Stereotype perempuan dengan segala feminitasnya dan penggunaan perasaan ketimbang rasio menjadi salah satu paling diunggulkan untuk mematahkan semangat perempuan dalam ilmu pengetahuan. Ilmu eksakta yang mementingkan rasionalitas dijauhkan dari perempuan. 

Perempuan dipaksa untuk lebih tertarik pada ilmu sosial dan urusan domestik. Semua ini tidak terlepas dari konstruksi kerja berdasarkan jenis kelamin (sex based division of labor) (Saguni, 2014, hlm. 196). 

Dekonstruksi sosial dan reorientasi diperlukan untuk merubah pemahaman hubungan gender seperti yang selama ini disosialisasikan. Orientasi baru dalam pemahaman hubungan gender yang harus disosialisasikan secara luas adalah hubungan gender yang seimbang dan harmonis.

Rentan Pada Kejahatan Digital Dan Kurangnya Akses 

Menurut riset yang dilakukan oleh firma kemanan digital, Norton, 76% dari 1.000 responden wanita yang berusia dibawah 30 tahun pernah mengalami pelecehan seksual secara online (Aprillia, 2017). 

Kekerasan terhadap perempuan tidak hanya terkungkung pada batasan seksual dan psikis, tapi juga penyempitan makna oleh opini publik, sehingga kebebasan untuk menyatakan jati diri terbungkam. 

Dalam hal penggunaan media sosial Instagram penyematan feminitas sebagai sifat perempuan yang seolah kodrati, kerap berujung pada dikotomi "baik" dan "tidak baik". Media sosial yang ada pada saat ini tentu saja mempengaruhi kehidupan kaum perempuan, sebagaimana diketahui ternyata penggunaan media sosial didominasi kaum perempuan. 

Hasilnya menegaskan bahwa ada masalah dengan digital literasi media dan kesenjangan digital gender terkait dengan kesenjangan kemampuan di Indonesia. Beberapa wanita Indonesia juga demikian pengguna internet aktif namun literasi media digital mereka masih rendah.

Beberapa kendala yang dihadapi perempuan Indonesia dalam menggunakan media digital ditemukan antaa lain rendahnya latar belakang pendidikan, kurangnya kemampuan, kurangnya fasilitas, kurangnya lokakarya/pelatihan TIK untuk perempuan, dan juga pengaruh budaya patriarki.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun