Sometimes, dead is better. Kadang-kadang, kematian itu lebih baik.
Sangat mungkin Anda akan berkata tidak untuk ungkapan tadi. Tetapi, cobalah menonton film Pet Sematary yang saat ini sedang tayang di bioskop. Setelah menontonnya, bisa jadi Anda akan mengiyakan ungkapan tersebut.
Pet Sematary. Belakangan, kata kunci 'pet sematary' menjadi hal yang paling banyak dicari di mesin pencari Google. Sebabnya adalah sedang tayangnya film yang diadaptasi dari novel horor karya Stephen King, dengan judul yang sama.
Film tersebut mengisahkan keluarga Louis Creed yang baru saja pindah dari keramaian Boston ke rumah yang ada di pedesaan yang sepi di Maine. Satu-satunya keramaian cuma truk yang sesekali melintas di jalan depan rumah baru itu.
Tujuan mereka pindah rumah adalah Louis dan istrinya, Rachel Creed, ingin lebih banyak waktu dengan anak-anak mereka, Ellie Creed dan Gage Creed. Mereka turut membawa kucing peliharaan mereka yang dinamai Church.
Tak lama setelah pindah, kucing peliharaan mereka mati karena tertabrak truk yang sering melintas di jalan depan rumah barunya. Keanehan muncul setelah kucing tersebut tiba-tiba muncul lagi setelah dikuburkan di area belakang rumah mereka. Namun, Church muncul dengan perangai yang berbeda.
Kemudian, suatu hari tepat di hari ulang tahunnya, Ellie tewas karena kecelakaan. Teringat akan Church, Louis mencoba membuat hal yang sama pada Ellie. Memang berhasil, tapi lagi-lagi sama seperti kucing peliharaannya tadi, putri sulungnya itu kembali dalam rupa yang sama tapi dengan jiwa yang berbeda.
Setelah dua hal tadi, berbagai kengerian dan masalah muncul. Sebenarnya, penyebabnya sederhana: hati Louis yang tidak rela. Tidak rela melihat anaknya sedih karena kehilangan Church, tidak rela dirinya dan istrinya kehilangan putrinya tersebut ketika tiada.
Karena tidak rela hati, dan didasarkan cinta, yang sebenarnya adalah ambisi pribadi, Semua masalah menhinggapi dirinya. Andai jika Louis Creed lebih mengikhlaskan kepergian putrinya juga kucing kesayangannya itu, tentu cerita akan berbeda.
Memang, kadang-kadang kematian lebih baik, asal ada kerelaan hati untuk melepas kepergian....
Film tersebut juga adalah sebuah film yang kembali ditayangkan, setelah pernah difilmkan pada tahun 1989. Hanya, ada beberapa perbedaan, namun tidak terlalu mencolok dan dengan jalan cerita yang sama.
Dalam film tahun 1989, yang tewas kemudian dibangkitkan lagi adalah anak laki-lakinya, yaitu Gage, yang kemudian menjadi sosok haus darah. Tapi, di film versi remake, yang meninggal kemudian dibangkitkan adalah kakaknya, Ellie. Namun, jalan cerita tetap sama dan tidak mengurangi keseramannya. Bahkan, mungkin yang sekarang akan jadi lebih menakutkan.
Memang, menurut si penulis novelnya, Stephen King, cerita ini adalah cerita karangannya yang paling menakutkan. Bahkan, sampai-sampai ia awalnya tidak mau menerbitkannya karena unsur kesedihan dan ketakutannya. Namun, pada akhirnya --karena alasan bisnis-- novel ini jadi terbit di tahun 1983, yang kemudian seperti kita ketahui: difilmkan pada tahun 1989 dan kini dibuat film kembali di tahun 2019.
Anda masih ingat paragraf pertama tulisan ini? Kalau tidak ingat, mari dilihat dan dibaca lagi.... Ya, 'Sometimes, dead is better. Kadang-kadang, kematian itu lebih baik.'
Saya menebak, Anda akan jadi setuju dengan ungkapan ini setelah menonton film Pet Sematary, atau membaca novelnya. Saya kira Anda akan memilih opsi pertama. Menonton film, lebih menarik dan menyenangkan, kadang dianggap juga lebih murah, daripada opsi yang kedua. Benar? Jika jawabnya "ya", berarti benar survei yang menyatakan bahwa Indonesia peringkat 2 terendah dari 61 negara dalam hal literasi.
_____________________________
Instagram:Â @nicopurwanto
Twitter:Â @nicoerdi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H