Film tersebut juga adalah sebuah film yang kembali ditayangkan, setelah pernah difilmkan pada tahun 1989. Hanya, ada beberapa perbedaan, namun tidak terlalu mencolok dan dengan jalan cerita yang sama.
Dalam film tahun 1989, yang tewas kemudian dibangkitkan lagi adalah anak laki-lakinya, yaitu Gage, yang kemudian menjadi sosok haus darah. Tapi, di film versi remake, yang meninggal kemudian dibangkitkan adalah kakaknya, Ellie. Namun, jalan cerita tetap sama dan tidak mengurangi keseramannya. Bahkan, mungkin yang sekarang akan jadi lebih menakutkan.
Memang, menurut si penulis novelnya, Stephen King, cerita ini adalah cerita karangannya yang paling menakutkan. Bahkan, sampai-sampai ia awalnya tidak mau menerbitkannya karena unsur kesedihan dan ketakutannya. Namun, pada akhirnya --karena alasan bisnis-- novel ini jadi terbit di tahun 1983, yang kemudian seperti kita ketahui: difilmkan pada tahun 1989 dan kini dibuat film kembali di tahun 2019.
Anda masih ingat paragraf pertama tulisan ini? Kalau tidak ingat, mari dilihat dan dibaca lagi.... Ya, 'Sometimes, dead is better. Kadang-kadang, kematian itu lebih baik.'
Saya menebak, Anda akan jadi setuju dengan ungkapan ini setelah menonton film Pet Sematary, atau membaca novelnya. Saya kira Anda akan memilih opsi pertama. Menonton film, lebih menarik dan menyenangkan, kadang dianggap juga lebih murah, daripada opsi yang kedua. Benar? Jika jawabnya "ya", berarti benar survei yang menyatakan bahwa Indonesia peringkat 2 terendah dari 61 negara dalam hal literasi.
_____________________________
Instagram:Â @nicopurwanto
Twitter:Â @nicoerdi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H