Mohon tunggu...
Nico Erdi Purwanto
Nico Erdi Purwanto Mohon Tunggu... Penjelajah -

Ecclesia et Patria - Ora et Labora ||| Ikuti saya di Instagram melalui akun @nicopurwanto

Selanjutnya

Tutup

Bola

Masa Lalu yang Mengalir dalam Timnas Jerman

18 Juni 2018   15:55 Diperbarui: 18 Juni 2018   16:03 996
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jadi, kesimpulan saya, Jerman hanya kurang beruntung di pertandingan tersebut. Jika dikomparasikan dengan tiga tim lain yang juga menjadi semifinalis di Piala Dunia sebelumnya, yaitu Argentina dan Brazil, --maaf, saya tidak akan menyebut Belanda---,  semuanya mendapat hasil yang minor.

Argentina, di laga pembuka lalu diimbangi Islandia 1-1. Sekilas tidak ada yang salah, tapi bagi publik Argentina, hal tersebut adalah sama dengan kalah! Terlebih Islandia adalah tim debutan, plus yang perlu diingat juga adalah Messi gagal mengeksekusi penalti.

Kemudian Brazil, hasil yang sama dengan Argentina, yaitu ditahan imbang Swiss 1-1. Bagi Brazil yang katanya adalah unggulan pertama di turnamen ini, hasil tersebut juga berarti kekalahan.

Dan yang terakhir: Jerman. ini sudah saya sebut di awal tulisan tadi dan saya yakin Anda sudah tahu hasilnya: kalah, iya kalah sungguhan! Jangankan imbang rasa kalah, ini adalah suatu kekalahan menyakitkan di mana sebenarnya Jerman unggul secara permainan atas Meksiko. Hanya, takdir berkata lain. Hasil akhir tak sesuai harapan, apalagi statistik.

Namun, Jerman tidak perlu galau kemudian seolah ini sudah akhir dari perjuangan menuju mimpi mereka mempertahankan trofi Piala Dunia. Sekali lagi, masih melalui ungkapan di awal tadi, Joachim Loew perlu memotivasi anak buahnya untuk melihat masa lalu bahwa Italia dan Brazil pernah mengangkat trofi Piala Dunia secara berturut-turut dalam dua edisi dan melihat masa lalu yang lain bahwa Jerman adalah Jerman, Der Panzer tetaplah Panser, tim kuat yang merupakan spesialis turnamen.

Loew perlu menginspirasi dan memotivasi. Bahwa masa lalu yang baik itu juga akan seperti sungai, yang akan terus mengalir hingga kepada skuat timnas Jerman saat ini yang dibawa ke Rusia, yang baik saja yang mengalir, bukan kutukannya yang mengalir.

Saya kira, hampir mustahil Joachim Loew akan membaca tulisan ini. Dan selain itu, rasanya aneh juga jika kita bukan orang Jerman tapi mendukung Jerman, dalam hal ini: timnas Jerman. Tapi, masih bisa diwajarkan, karena Indonesia sendiri tidak lolos ke Piala Dunia.

Dan sebagai penutup, jangan nonton bola tanpa Kacang Garuda, ya! Bukan, saya tidak sedang iklan, karena 'sepertinya' saya kurang laku jika untuk jadi pelaku endorse. Ini saran saja, daripada Anda nonton sendirian dan tanpa ditemani camilan.

@nicopurwanto

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun