Mohon tunggu...
Agustinus Yokit
Agustinus Yokit Mohon Tunggu... Animator - Stay on my way

Belajar dari pengalaman untuk lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Pandangan St. Agustinus tentang Manusia sebagai Ciptaan dalam Konteks Illuminatio

30 November 2019   21:47 Diperbarui: 25 Juni 2021   02:17 3552
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Namun demikian, pengalaman-pengalaman kita terhadap dunia alamiah dapat juga menunjukkan kita ke arah kebenaran religious (Solomon dan Higgins, 2003: 226). Agustinus menganggap filsafat sebagai suatu aktivitas yang meliputi teknik-teknik penalaran, dan juga suatu pendekatan menuju kebijaksanaan dan kebenaran tertinggi tentang kehidupan.

Dengan mengikuti Agustinus yang mempertahankan bahwa tidak mungkin ciptaan-ciptaan sama kekal (co-eternal) dengan pencipta. Aliran Agustinus menolak kemungkinan penciptaan dari kekekalan (creatio ab qetermo). Agustinus mempertahankan bahwa kesatuan jiwa dengan Allah adalah terutama melalui kehendak.   

Bahkan Agustinus menekankan bahwa iman kristiani merupakan landasan atau titik berangkat seluruh refleksi-refleksi filsafat bagi pengetahuan manusia. Hal ini terlihat jelas di dalam semboyannya yang terkenal yaitu fides querens intellectum (iman mencari pengertian atau pemahaman).

Bagi nya ini adalah kebenaran mendasar yang mengatasi segala kebimbangan atau kebingungan intelektual. Ia meyakini bahwa ada kebenaran absolut atas dasar iman sebagai landasan pijak.

Penutup

Topik 'terbaik' untuk memikirkan relasi iman dan rasio ini ialah menyangkut eksistensi Tuhan. Bahwa beban pembuktian atasnya, selain melibatkan dua 'kondisi natural' (iman dan rasio) manusia itu, juga merupakan perdebatan yang menimbulkan pro dan kontra.

Agustinus berpendapat bahwa pengertian yang diproses oleh rasio (akal budi) adalah upah dari iman. Hanya orang yang beriman yang dapat berpikir lurus. Karena upah bagi tindakan menerima pernyataan Allah dengan iman adalah bahwa orang mempunyai pengertian yang lebih utuh dan lengkap tentang kebenaran.

Artinya hanya dengan membangun premis-premis berpikirnya berdasarkan wahyu maka manusia akan dapat sampai kepada kebenaran yang sejati. Allah yang tidak berubah tidak mungkin dapat di pahami oleh akal manusia yang selalu berubah. Dan akal yang berubah tidak mungkin menjadi landasan untuk memahami Allah secara benar.

Oleh karena itu manusia membutuhkan sesuatu yang absolut untuk mengenal Allah, yaitu wahyu Allah sendiri yang absolute dan tidak berubah. Lebih jauh Agustinus menyatakan bahwa iman dan akal berasal dari sumber kebenaran yang sama yaitu Allah. dimana filsafat dapat digunakan untuk menafsirkan kitab suci dan sebaliknya kitab suci dapat digunakan untuk memberikan suatu gambaran terhadap filsafat.

Dalam konteks ini, dapat dipahami selanjutnya bahwa iman adalah langkah pemahaman. Langkah di mana manusia dapat  mencapai kebenaran utuh dan universal tentang Allah, yang tak mampu dipahami dan diselami oleh akal budi (rasio).

Agustinus kemudian menegaskan bahwa pengertian merupakan upah atau pemberian dari iman akan Allah. pemberian dari tindakan menerima kehadiran Allah dengan iman, secara tidak langsung mengarahkan manusia atau subjek itu terarah pada pengertian yang lebih luas, mendalam, utuh, universal, absolut dan tak terbatas tentang kebenaran ilahi yang diwahyukan oleh Allah sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun