Dalam visi Agustinus tentang pengetahuan manusia, Tuhan bukan hanya sang pencipta, tetapi juga pelaku aktif di dalam alam semesta. Menurut Agustinus, wahyu melalui Kitab Suci amatlah penting untuk memahami sepenuhnya rencana ilahi dan tempat manusia di dalam rencana tersebut.
Namun demikian, pengalaman-pengalaman kita terhadap dunia alamiah dapat juga menunjukkan kita ke arah kebenaran religious (Solomon dan Higgins, 2003: 226). Agustinus menganggap filsafat sebagai suatu aktivitas yang meliputi teknik-teknik penalaran, dan juga suatu pendekatan menuju kebijaksanaan dan kebenaran tertinggi tentang kehidupan.
Baca juga : Mencari Inspirasi dari Seni Iluminasi Manuskrip Nusantara
Dengan mengikuti Agustinus yang mempertahankan bahwa tidak mungkin ciptaan-ciptaan sama kekal (co-eternal) dengan pencipta. Aliran Agustinus menolak kemungkinan penciptaan dari kekekalan (creatio ab qetermo). Agustinus mempertahankan bahwa kesatuan jiwa dengan Allah adalah terutama melalui kehendak. Â Â
Bahkan Agustinus menekankan bahwa iman kristiani merupakan landasan atau titik berangkat seluruh refleksi-refleksi filsafat bagi pengetahuan manusia. Hal ini terlihat jelas di dalam semboyannya yang terkenal yaitu fides querens intellectum (iman mencari pengertian atau pemahaman).
Baginya ini adalah kebenaran mendasar yang mengatasi segala kebimbangan atau kebingungan intelektual. Ia meyakini bahwa ada kebenaran absolut atas dasar iman sebagai landasan pijak.
Key Words
Agustinus, Illuminatio (penerangan ilahi), Creatio ex Nihilo, Penciptaan dan Manusia.
Tesis Dasar
Agustinus mempertahankan kekristenan agar tidak terpengaruh filsafat dualisme dari Plato sekalipun dia sendiri adalah murid Plato. Salah satu caranya adalah dengan menerapkan teori pengetahuan dan doktrin iluminasi dari Tuhan untuk kepastian pengetahuan sejati yang sudah manusia dapatkan.
Problematika