Mohon tunggu...
Tatang Tarmedi
Tatang Tarmedi Mohon Tunggu... Jurnalis - Untuk share info mengenai politik, ekonomi, sosial dan budaya.

Hidup akan jauh lebih bernilai, jika kau punya sebuah tujuan penting.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerita Cinta di Dunia Maya

16 Januari 2021   14:52 Diperbarui: 16 Januari 2021   15:17 1199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebenarnya aku malas untuk pergi. Apalagi semalaman tak tidur. Tapi, aku takut dimarah Pemred, bila tugasnya tak dikerjakan. Pagi itu memaksakan aku meluncur ke lokasi kejadian. Satu sekolah SD rubuh. Untung, kata masyarakat setempat, kejadiannya malam hari. Siswa tampaknya diliburkan. Guru-guru pun tak ada satu pun. Penasaran aku datangi kantor UPTD Pendidikan. Di kantor UPTD pun lengang tak ada orang. Dari ibu kantin,aku dapat kabar, karyawan UPTD sedang  melayat Bu Tiara guru meninggal.

" Maksud ibu, guru itu meninggal tertimpa reruntuhan sekolah ?" Tanyaku. Ibu kantin menjelaskan bahwa Bu Tiara telah lama ngidap kanker darah;" Kasihan, mana ia tak bersuami." Katanya. Aku sedikit penasaran. Ibu kantin dicecar pertanyaanku, akhirnya aku ingin membuktikan siapa yg meninggal. Hatiku mulai tak enak, mungkinkan Bu Tiara itu, Mutiara, kekasihku dalam dunia maya.

Setengah ngebut aku meluncur ke alamat Bu Tiara. Benar di halaman rumah banyak pelayad. Aku bergegas nyerobot melewati jubelan orang di halaman dan di dalam rumah. Ada seorang tersengol, ia menggerutu," Mau kemana bung" ketusnya. Tak hiraukan omongan mereka. Sesampainya di pinggir tubuh terbujur kaku. Aku buka selimut yg menutupi jenajah, Ternyata, sepertinya bukan Mutiara yg pernah kutahu di media fb. Tapi, betapa tersentak ketika melihat ke dinding kamar yg pintunya terbuka. Ada foto profil Mutiara dan foto profil aku di Fb dibuat dalam figura ukuran besar. Di bawah foto, ada tulisan besar,dibuat dengan tinta merah ," Kenapa kau datang terlambat, kekasihku. Aku menanti kehadiranmu dari dulu..".

Setelah membaca tulisan itu, aku langsung memeluk jenajah. Tangis tak bisa kuhindari. Air mata membanjiri muka jenajah yg pucat. Ia meninggal, dengan mulut yg seolah tersenyum manis ke arahku. Maafkan aku terlambat datang kekasihku. Doakan kau bisa tentram di disisi Tuhanmu. Aku berdiri, ada seseorang mendekatiku, dia berkata, " Almarhumah begitu ingin bertemu kamu. Namun, memang ini telah jadi kehendakNya, pertemuan pertama yg harus jadi pertemuan terakhir buat kalian," tutur lelaki itu. Mutiara sekali lagi maafkan aku. Selamat jalan Mutiara. ( Tatang Tarmedi )

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun