Singkat cerita akhirnya perjalanan berlanjut dan kami sempat membeli bekal nasi rames di rumah warga sebelum berangkat menuju pos satu.
Perjalanan berlangsung seperti pendakian gunung pada umumnya. Jalanan menanjak, jalanan berbatu, halang rintang ranting pohon, dan lain sebagainya.
Canda tawa dan gurau dari para pendaki lain juga terdengar sepanjang perjalanan. Hingga kemudian satu per satu rombongan mulai membuat jarak yang semakin jauh.
Sesampainya di pos dua, kami beristirahat sejenak dan makan bekal yang sudah kami beli sebelumnya. Mengingat perjalanan masih panjang, tak lama kemudian kami melanjutkan perjalanan menuju pos tiga.
Di sinilah rintangan terberat harus kami lalui. Jalanan yang semakin berat dan menanjak, bahkan licin dan juga melelahkan. Semua harus ditambah dengan dinginnya udara dan air hujan yang kala itu turun cukup deras.
Mau tidak mau, perjalanan harus tetap berlanjut walau dengan tempo yang sedikit melambat. Dengan sisa-sisa tenaga, kami lanjut menapakkan langkah menuju pos tiga. Pos tiga merupakan area camp di mana kami bisa mendirikan tenda di sana sebelum menemui puncak.
Dalam perjalanan menuju pos tiga, terdapat sebuah mata air di mana air nya dapat kami ambil untuk minum dan membersihkan diri. Ini menjadi tempat istirahat dan menghela nafas terbaik. Walau sesekali kami harus terpeleset sebelum sampai di sana.Â
Bahkan kakiku juga sempat terkantuk batang kayu tua yang melintang di tengah jalan. Ya rasanya cukup sakit walau hanya disentuh, apalagi sampai lebam saat itu.
Namun aku tahu ini belum usai…