Mohon tunggu...
Nicho Kosip
Nicho Kosip Mohon Tunggu... Penulis - Nulis kalo mood-nya ngumpul :)

Lulusan Ilmu Komunikasi angkatan 2018 Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Meniru Sikap Nasionalisme dari Sepenggal Kisah Pahlawan Film "Wonder Woman" dan "Aquaman"

15 Desember 2020   13:12 Diperbarui: 17 Desember 2020   14:01 475
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Diana menilai semua kehancuran yang ada di bumi disebabkan oleh Ares, yang mana kakaknya sendiri. Oleh sebab itu, ia mencarinya dan ingin menumpasnya. 

Dalam perjalanan mencari Ares, rintangan dan peperangan juga kerap Diana temui. Namun, ia tak kunjung menyerah dan tetap berjuang mati-matian. Sikap nasionalis dan dedikasinya yang tinggi mampu membawanya menemukan Ares. Hingga pertarungan hebat pun terjadi di akhir cerita.

fandangonow.com
fandangonow.com

Mengangkat Isu Komunikasi Feminisme, Film Wonder Women (2017) yang sudah rilis 3 tahun silam membuat sebuah pandangan baru mengenai kepahlawanan. 

Kepahlawanan atau seorang hero yang biasanya digambarkan atau tercermin dari diri seorang laki-laki, nyatanya mampu digeser bahwa tak selamanya demikian. Dengan menjadikan Diana sebagai seorang pahlawan dalam film Wonder Women, tak membuat film ini kehilangan paras seksinya.

Feminisme merupakan gerakan dan ideologi yang memperjuangkan kesetaraan bagi kaum perempuan baik dari segi politik, ekonomi, budaya, ruang pribadi dan ruang publik (Novaya, 2019). 

Isu feminisme yang terus digaungkan di zaman ini memiliki peluang yang lebih besar. Salah satu alasannya adalah dengan menggunakan film sebagai sarana perkenalan ideologi. Dengan hadirnya film Wonder Women ini secara tidak langsung mampu meruntuhkan benteng mengenai patriarki yang selama ini tumbuh dan berkembang di masyarakat.

amazon.com
amazon.com
Berbeda halnya dengan film Wonder Woman, film Aquaman (2018) yang tayang 2 tahun lalu mengangkat isu komunikasi mengenai strukturasi. Dalam teori strukturasi Giddens, struktur dan agensi tidak dipandang sebagai dua hal yang terpisah (dualisme). Keduanya harus dipandang sebagai dualitas (duality) seperti dua sisi mata uang yang sama (Ashaf, A. F, 2006). 

Apabila dianalisis secara detail diceritakan bahwa Arthur adalah hasil atau buah dari perkawinan seorang ayah (Thomas Curry) yang mana adalah seorang manusia biasa. 

Berbeda dengan ibunya (Atlanna) yang merupakan seorang ratu bangsa bawah laut Atlantis. Perkawinan yang ada ini akhirnya ditentang oleh seluruh keluarga laut Atlantis yang mana memiliki peraturan tidak boleh menikah dengan manusia (bukan dari bangsa yang sejenis). 

Strukturasi di sini dapat dilihat dari orang tua Arthur yang memiliki latar belakang yang berbeda. Dalam teori strukturasi Giddens, inilah yang disebut dualisme. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun