Strategi-strategi yang diterapkan oleh negara-negara tersebut menunjukkan bahwa keberhasilan PJJ sangat bergantung pada kesiapan infrastruktur, kebijakan pemerintah yang inklusif, serta dukungan terhadap guru dan siswa. Dengan mengadopsi praktik terbaik dari negara-negara tetangga ini, Indonesia memiliki peluang untuk meningkatkan efektivitas PJJ dan mengurangi dampak ketimpangan pendidikan selama pandemic (Simanjuntak., dkk. 2021).
4. Dampak PJJ terhadap Kualitas Pendidikan di Indonesia
Pembelajaran jarak jauh (PJJ) selama pandemi COVID-19 telah memberikan dampak yang signifikan terhadap kualitas pendidikan di Indonesia, baik dalam aspek positif maupun negatif. Di satu sisi, pandemi memaksa sistem pendidikan untuk beradaptasi dengan teknologi, yang sebenarnya membuka peluang transformasi digital dalam dunia pendidikan. Namun, di sisi lain, implementasi yang terburu-buru tanpa persiapan matang menciptakan berbagai masalah yang memengaruhi kualitas pembelajaran (Pertiwi., dkk. 2021).
Dampak negatif yang paling menonjol adalah learning loss, yaitu hilangnya kesempatan belajar yang berdampak pada penurunan kemampuan akademik siswa. Hal ini terutama dirasakan oleh siswa di daerah terpencil yang memiliki akses terbatas terhadap teknologi dan internet. Survei oleh Bank Dunia pada tahun 2021 menunjukkan bahwa siswa di Indonesia kehilangan sekitar 0,9 tahun pembelajaran efektif selama pandemi. Penurunan ini disebabkan oleh minimnya interaksi langsung antara guru dan siswa, keterbatasan akses terhadap materi pembelajaran berkualitas, serta rendahnya partisipasi aktif siswa dalam proses pembelajaran daring (Pertiwi., dkk. 2021).
Selain itu, PJJ juga memperbesar kesenjangan pendidikan antara siswa di perkotaan dan pedesaan. Di daerah perkotaan, siswa cenderung memiliki akses yang lebih baik terhadap perangkat digital dan internet, serta dukungan orang tua yang memadai. Sebaliknya, di daerah pedesaan, banyak siswa yang harus menghadapi berbagai keterbatasan, seperti tidak adanya sinyal internet, kurangnya perangkat belajar, dan minimnya dukungan dari orang tua yang mungkin tidak memiliki pengetahuan atau waktu untuk membantu anak-anak mereka belajar. Namun, PJJ juga membawa dampak positif, salah satunya adalah peningkatan kesadaran akan pentingnya teknologi dalam pendidikan. Banyak guru dan siswa yang sebelumnya tidak terbiasa menggunakan teknologi, kini mulai menguasai berbagai alat digital seperti platform konferensi video, aplikasi pembelajaran daring, dan perangkat lunak pengelolaan kelas. Kondisi ini memberikan peluang untuk membangun budaya belajar yang lebih fleksibel dan mandiri di masa depan (Pertiwi., dkk. 2021).
Di sisi lain, PJJ juga memunculkan tantangan baru terkait kesehatan mental. Kurangnya interaksi sosial selama pembelajaran daring telah memengaruhi kondisi psikologis siswa, yang banyak di antaranya mengalami stres, kecemasan, dan rasa kesepian. Penurunan motivasi belajar juga menjadi masalah serius, terutama karena metode pembelajaran daring yang monoton dan kurang interaktif. Untuk mengatasi dampak ini, diperlukan intervensi yang lebih menyeluruh, baik dari sisi kebijakan pendidikan maupun dukungan psikososial bagi siswa dan guru (Pertiwi., dkk. 2021).
KESIMPULAN
Pandemi COVID-19 menjadi katalisator transformasi pendidikan di Indonesia, terutama melalui implementasi pembelajaran jarak jauh (PJJ). Meskipun Indonesia menghadapi banyak tantangan, seperti keterbatasan infrastruktur digital, kesenjangan akses teknologi, dan dampak psikologis terhadap siswa, pandemi juga membuka peluang besar untuk mempercepat digitalisasi pendidikan. Dibandingkan dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand, Indonesia masih tertinggal dalam hal kesiapan infrastruktur dan kebijakan pendidikan berbasis teknologi.
Namun, pengalaman dari negara-negara tersebut memberikan pelajaran penting bahwa integrasi teknologi dapat meningkatkan kualitas pembelajaran secara signifikan jika didukung dengan kebijakan yang tepat, pelatihan guru, serta akses yang merata. Model pembelajaran hybrid, inovasi teknologi, dan pembangunan infrastruktur digital menjadi kunci utama untuk mewujudkan pendidikan yang inklusif dan berkelanjutan.
Oleh karena itu, diperlukan kolaborasi yang kuat antara pemerintah, institusi pendidikan, sektor swasta, dan masyarakat untuk menciptakan ekosistem pendidikan yang adaptif. Transformasi ini tidak hanya menjadi jawaban atas tantangan pandemi, tetapi juga langkah strategis untuk membangun sistem pendidikan Indonesia yang lebih kompetitif di kancah global. Dengan komitmen yang berkelanjutan, Indonesia dapat memanfaatkan momentum ini untuk menciptakan generasi yang tangguh, cerdas, dan siap menghadapi tantangan di era modernisasi.
DAFTAR PUSTAKA