Mohon tunggu...
Nia Ramadani
Nia Ramadani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Pelajar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

adaptasi pendidikan indonesia di era pandemi : studi komparatif pembelajaran jarak jauh negara negara asia tenggara

17 Januari 2025   00:57 Diperbarui: 17 Januari 2025   01:13 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengumpulan data dilakukan dengan mencari dan meninjau berbagai sumber sekunder yang relevan. Sumber-sumber tersebut meliputi jurnal-jurnal ilmiah, buku-buku referensi, laporan resmi, serta artikel dari situs web akademik dan institusi terpercaya. Untuk menjaga validitas dan kredibilitas, penelitian ini memprioritaskan penggunaan minimal 10 sumber referensi, di mana setidaknya 7 di antaranya merupakan jurnal ilmiah. Data yang terkumpul kemudian dianalisis secara sistematis dengan cara membandingkan berbagai temuan dan pendapat yang diperoleh dari sumber-sumber tersebut. Penelitian ini juga menggunakan pendekatan analisis deskriptif untuk mengidentifikasi persamaan, perbedaan, keunggulan, serta tantangan dari penerapan PJJ di Indonesia dibandingkan dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya. Selanjutnya, sintesis dilakukan untuk merumuskan pelajaran dan rekomendasi yang relevan bagi peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia. Melalui metode studi literatur ini, diharapkan penelitian mampu memberikan gambaran yang komprehensif mengenai adaptasi sistem pendidikan Indonesia selama pandemi, serta menawarkan solusi berbasis praktik terbaik dari negara-negara tetangga yang telah berhasil menghadapi tantangan serupa (Feby., dkk. 2022).

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Penerapan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) di Indonesia

Pandemi COVID-19 memberikan tantangan besar bagi sistem pendidikan di Indonesia, yang sebelumnya sangat bergantung pada metode pembelajaran tatap muka. Ketika pemerintah menerapkan kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) untuk menekan penyebaran virus, sekolah-sekolah di seluruh negeri terpaksa menghentikan kegiatan belajar-mengajar secara fisik dan beralih ke pembelajaran jarak jauh (PJJ). Namun, implementasi PJJ di Indonesia menghadapi berbagai kendala struktural, teknis, dan sosial yang membuat pelaksanaannya tidak seragam dan kurang optimal. Salah satu langkah awal pemerintah dalam mendukung PJJ adalah melalui penyediaan platform daring, seperti Rumah Belajar yang dikelola oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Platform ini menyediakan materi pembelajaran dalam bentuk video, modul, dan kuis interaktif untuk mendukung siswa belajar secara mandiri. Selain itu, pemerintah bekerja sama dengan penyedia layanan telekomunikasi untuk memberikan subsidi kuota internet kepada guru, siswa, dan mahasiswa. Kebijakan ini dirancang untuk mengatasi masalah akses terhadap pembelajaran daring, khususnya bagi kelompok masyarakat yang kurang mampu (Mamluah & Maulidi. 2021).

Namun, meskipun ada berbagai upaya tersebut, pelaksanaan PJJ di Indonesia masih menghadapi hambatan signifikan. Salah satu tantangan utama adalah akses internet yang tidak merata. Data menunjukkan bahwa banyak wilayah di Indonesia, terutama di daerah pedesaan dan terpencil, masih mengalami keterbatasan infrastruktur jaringan. Akibatnya, siswa dan guru di daerah ini tidak dapat mengakses platform pembelajaran daring secara maksimal. Selain itu, tidak semua keluarga memiliki perangkat seperti laptop atau smartphone yang memadai untuk mendukung kegiatan belajar daring. Hal ini semakin memperburuk ketimpangan pendidikan, di mana siswa dari keluarga miskin atau daerah terpencil lebih berisiko mengalami learning loss dibandingkan siswa di perkotaan dengan akses teknologi yang lebih baik (Mamluah & Maulidi. 2021).

2. Tantangan PJJ di Indonesia

Implementasi PJJ di Indonesia tidak hanya menghadapi kendala teknis, tetapi juga berbagai tantangan lain yang mencakup aspek sosioekonomi, psikologis, dan kapasitas sumber daya manusia. Tantangan terbesar adalah kesenjangan digital, yang meliputi infrastruktur jaringan, ketersediaan perangkat, dan kemampuan memanfaatkan teknologi. Menurut survei dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), tingkat penetrasi internet di Indonesia baru mencapai sekitar 73,7% pada tahun 2021. Meskipun angka ini cukup tinggi, akses tersebut tidak merata, dengan banyak wilayah di luar Jawa dan Sumatera yang masih memiliki konektivitas rendah. Selain itu, keterbatasan perangkat teknologi juga menjadi penghalang utama. Banyak siswa yang hanya memiliki akses ke smartphone dengan spesifikasi rendah, yang tidak ideal untuk mengakses platform pembelajaran daring. Bahkan, dalam beberapa kasus, satu perangkat harus digunakan oleh beberapa anggota keluarga secara bergantian, sehingga waktu belajar menjadi sangat terbatas. Hal ini diperparah oleh masalah ekonomi, di mana banyak keluarga tidak mampu membeli kuota internet meskipun ada subsidi dari pemerintah (Furkan., dkk. 2021).

Dari sisi tenaga pendidik, banyak guru yang tidak memiliki pelatihan atau pengalaman dalam menggunakan teknologi untuk mengajar. Pembelajaran daring memerlukan keterampilan tertentu, seperti desain materi interaktif, penggunaan platform video konferensi, dan pengelolaan kelas virtual. Namun, banyak guru, terutama di daerah terpencil, belum menguasai keterampilan ini. Akibatnya, proses pembelajaran sering kali hanya berupa pemberian tugas melalui aplikasi pesan singkat seperti WhatsApp, tanpa adanya interaksi yang bermakna antara guru dan siswa. Selain tantangan teknis, aspek psikologis juga menjadi perhatian. Siswa menghadapi tekanan akibat beban tugas yang meningkat, minimnya interaksi sosial dengan teman sebaya, dan suasana belajar yang kurang kondusif di rumah. Banyak siswa merasa kehilangan motivasi belajar karena pembelajaran daring tidak memberikan pengalaman belajar yang menarik dan menyenangkan (Furkan., dkk. 2021).

3. Strategi PJJ Negara-Negara Asia Tenggara

Negara-negara di Asia Tenggara menghadapi tantangan serupa dalam penerapan PJJ selama pandemi, tetapi beberapa negara mampu mengatasinya dengan lebih efektif. Singapura, misalnya, berhasil memanfaatkan infrastrukturnya yang maju untuk mendukung transisi ke pembelajaran daring. Pemerintah Singapura menyediakan perangkat gratis bagi siswa dari keluarga kurang mampu, sehingga mereka tetap dapat mengikuti pembelajaran daring tanpa kendala teknis. Selain itu, guru di Singapura telah dilatih secara khusus untuk mengajar secara virtual, sehingga proses pembelajaran tetap berjalan interaktif dan efektif (Simanjuntak., dkk. 2021).

Malaysia mengadopsi pendekatan yang lebih fleksibel dengan menggabungkan pembelajaran daring dan luring (offline). Untuk siswa yang tidak memiliki akses internet, pemerintah menyediakan materi pembelajaran dalam bentuk cetak dan mendistribusikannya ke sekolah-sekolah di wilayah terpencil. Selain itu, Malaysia juga menggunakan saluran televisi nasional untuk menyiarkan program pendidikan, yang dapat diakses oleh siswa tanpa memerlukan internet. Pendekatan ini memberikan alternatif pembelajaran yang inklusif, khususnya bagi siswa di daerah pedesaan. Thailand dan Vietnam juga mengembangkan strategi yang serupa. Di Vietnam, pemerintah bekerja sama dengan penyedia layanan telekomunikasi untuk menyediakan akses internet gratis ke platform pembelajaran daring. Sementara itu, Thailand menggunakan saluran televisi untuk menjangkau siswa yang tidak memiliki perangkat digital. Selain itu, kedua negara ini juga memberikan pelatihan kepada guru untuk memastikan bahwa mereka dapat mengelola kelas virtual dengan baik (Simanjuntak., dkk. 2021).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun