Mohon tunggu...
Agnia Melianasari
Agnia Melianasari Mohon Tunggu... Lainnya - Manusia pembelajar

-Writer -Speaker -Voice Over -MC, Moderator -Young Entrepreneur

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Jadi Orang Komunikasi Itu...

7 Maret 2021   14:43 Diperbarui: 7 Maret 2021   15:17 528
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ooh... kamu orang komunikasi ya? Pasti bawel ....

Oh... kamu anak komunikasi ya? Pasti jago ngomong... pasti gak bisa diem ....

Oh... kamu kuliahnya jurusan Ilmu Komunikasi? Bisa bahasa apa aja?

Eh, kamu dari prodi Ilmu Komunikasi? Keren dong ya ....

Berbagai pertanyaan dan pernyataan tembakan seperti diatas pernah dilemparkan kepada saya. Banyak orang yang berasumsi/beranggapan demikian, mengidentitaskan bahwa orang komunikasi adalah orang yang suka atau bahkan banyak bicara.

Apakah benar demikian?

Sebelum membahas lebih lanjut seputar Ilmu Komunikasi, terlebih dahulu saya ingin berbagi sedikit pengalaman saya sebagai mahasiswi prodi Ilmu Komunikasi yang saat ini baru memasuki semester dua. Alhamdulillah, sekarang saya berstatus sebagai mahasiswi program studi Ilmu Komunikasi di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 

Sejujurnya, sebelumnya saya tidak pernah menyangka akan menjadi seorang mahasiswi Ilmu Komunikasi yang berkuliah di salah satu PTN Islam ternama di Indonesia. Karena di UIN Sunan Kalijaga sendiri, saat ini prodi Ilmu Komunikasi termasuk ke dalam rumpun soshum, yaitu Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora atau lebih dikenal dengan singkatan FISHUM. 

Sedangkan saya sendiri adalah lulusan dari Madrasah 'Aliyah Negeri dengan jurusan IPA. Yap! Siapa sangka, anak sains bisa masuk ke rumpun sosial dengan jalur SNMPTN. By the way, awalnya Ilmu Komunkasi bukanlah tujuan/pilhan pertama saya. 

Pada saat pendaftaran mahasiswa baru tahun 2020, saya sangat ambis untuk bisa masuk di program studi Sastra dan Bahasa Arab. Jadi, pada tahun 2020 kemarin, saya mencoba mendaftar di jalur SNMPTN dan SPAN.

Seingat saya, saat itu antara SPAN dan SNMPTN waktu pendaftarannya lebih dulu dibuka untuk jalur SPAN. Jadi, waktu itu saya bisa memilih 4 jurusan di 2 PTN Islam yang berbeda. 

Untuk pilihan pertama dan kedua saya memilih prodi Sastra dan Bahsa Arab serta Komunikasi Penyiaran Islam di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Kemudian untuk opsi ke-3 dan ke-4 saya menjatuhkan pilihan di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang dengan program studi Bahasa dan Sastra Arab juga Hukum Bisnis Syari'ah.

Sedangkan untuk jalur SNMPTN, saya memilih dua jurusan di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Pilihan pertama saya jatuhkan pada prodi Ilmu Komunikasi, dan pilihan keduanya adalah Ilmu Perpusatakaan. Bisa dibilang, saat itu saya sedikit ngasal dalam memilih jurusan. Terlebih saat menjatuhkan pilihan kedua pada Ilmu Perpustakaan. 

Saya bingung harus memilih apalagi selain Ilmu Komunikasi. Karena meskipun saya dari IPA, saya sudah tidak berminat untuk mendaftar di rumpun sains. Mengingat juga karena dulu saya pernah mengikuti tes IQ yang hasilnya menunjukan bahwa minat saya adalah di IPS bukan di IPA. Hehehe.

Lalu, mengapa saya memilih Ilmu Komunikasi? Jujur, awalanya saya juga tidak tahu apalagi paham mengenai apa yang dipelajari di Ilmu Komunikasi. Saat itu saya hanya berpikir dan mengira-ngira saja perihal apa yang kiranya cocok dengan passion saya. Yaa karena saya pribadi merasa suka dengan dunia sosial, suka berbicara di depan orang banyak, dan saya juga hobby menulis, terlebih menulis fiksi seperti cerpen dan puisi. Juga karena saya mempunyai pengalaman di ekstrakulikuler Jurnalistik sebagai writer dan reporter. Itulah, sekilas bayangan saya terkait Ilmu Komunikasi pada awalnya.

Singkat cerita, setelah saya dinyatakan lolos dan diterima sebagai mahasiswi prodi Ilmu Komunikasi, saya pun langsung mencari tahu lebih lanjut tentang prodi ini. Ya, saya sempat cemas dan takut jika apa yang akan dipelajari disini jauh dengan apa yang dibayangkan oleh saya sebelumnya. 

Akhirnya, saya pun dikenalkan dengan salah satu kakak tingkat oleh saudara saya yang juga berkuliah di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Setelah memperkenalkan diri melalui whatsapp, saya pun langsung to the point untuk menanyakan perihal apa saja yang dipelajari di Ilmu Komunikasi.

Ternyata, di UIN Sunan Kalijaga sendiri,  prodi Ilmu Komunikasi  memiliki dua konsentrasi yaitu Public Relations dan Advertising. Penjurusan konsentrasi ini bisa diambil ketika semester 3. Di semeste 1 dan 2 mahasiswa masih mempelajari mata kuliah yang sudah dipaketkan oleh pihak kampus. Saya sendiri sempat kaget dan bingung, "Kok.. ada advertising? Periklanan... belajar apa? Ngiklan? Gimana sih maksudnya?"

Advertising atau periklanan itu mempelajari tentang cara menerapkan strategi kreatif periklanan melalui ilustrasi, animasi, desain komunikasi visual, sketsa dan tipografi periklanan. Konsentrasi ini juga membekali pengetahuan tentang teknik kamera elektronik, recording dan editing, fotografi periklanan, produksi iklan cetak dan elektronik, copywriting, serta visualisasi dan story board. Pengetahuan tersebutlah yang kemudian diolah menjadi alat promosi berupa iklan baik di media cetak, elektronik, maupun digital.

Sedangkan dalam Public Relations, kita akan mempelajari bagaimana membentuk serta memelihara citra suatu organisasi/perusahaan di tengah msyarakat. Tugas seorang PR adalah untuk mengelola hubungan komunikasi antara perusahaan dan orang-orang diluar perusahaan (ekstern) seperti  masyarakat, pemerintah, investor, dan sebagainya. Juga antara perusahaan dan orang-orang yang ada di dalam perusahaan (interal), yaitu karyawan. Nantinya, seorang PR juga harus dapat menjaga agar perusahaan dapat meraih simpati dan kepercayaan masyarakat.

Oke, kita kembali lagi ke pertanyaan diawal. Apakah benar bahwa orang komunikasi itu banyak bicara? No!! tidak selalu seperti itu. Karena di Ilmu Komunikasi kita tidak hanya belajar berbicara. Secara general, di Ilmu Komunikasi kita belajar tentang strategi/ilmu bagaimana cara menyampaikan pesan/informasi agar dapat tersampaikan  dengan baik. Saluran komunikasi juga tak hanya secara verbal. Melainkan ada juga nonverbal, sampai media massa.

Di satu semester pertama kemarin, diantaranya saya menerima mata kuliah Pengantar Ilmu Komunikasi, Basic Advertising, dan Broadcasting yang menjadikan saya lebih mengetahui dan paham bahwa ruang lingkup komunikasi bukan hanya soal berbicara. Jadi, orang yang pintar dalam komunikasi adalah orang yang tahu porsi seberapa banyak ia bicara. Orang yang paham komunikasi ialah orang yang tahu kapan waktunya ia harus bicara. Sederhananya adalah, proposional dalam mengutarakan pendapat dalam situasi yang tepat.

Meskipun sebelumnya saya sempat merasa takut dengan mata kuliah ataupun konsentrasi Advertising, namun ternyata itulah yang menjadi nilai plus dan membuka peluang baru bagi saya. Sedikit demi sedikit, saya bisa berkenalan dengan kamera, desain, dan teman-temannya yang juga mendukung dalam penyampaian pesan melalui berbagai media. Jadi, tak melulu soal "ngomong/bicara".

Dan di semester dua ini, akhirnya saya mendapatkan mata kuliah Jurnalistik. Dimana Jurnalistik ini juga tak melulu tentang bicara. Melainkan juga mengasah kemampuan menulis. Jika sebelumnya saya lebih sering menulis fiksi/karya sastra seperti puisi dan cerpen, dengan ini saya dapat belajar lebih banyak lagi untuk menjadi seorang jurnalis. 

Karena seorang jurnalis haruslah paham tentang bagaimana cara mengemas berita sebaik mungkin untuk dapat disebarluaskan ke masyarakat, sebagai bentuk bagaimana seseorang dapat menyampaikan pesan yang efektif melalui suatu media. Disini saya juga dituntut untuk lebih peka terhadap lingkungan sosial dan belajar memilah serta memilih informasi/berita yang layak untuk disebarkan.

Jadi, saya juga berterimakasih kepada Bapak Alip Kunandar S.Sos., M. Si sebagai dosen mata kuliah Jurnalistik dan kompasiana.com yang telah memberikan ruang kepada saya dan teman-teman untuk bisa melatih kemampuan menulis. Alhamdulillah, setelah sebelumnya saya berhasil melahirkan karya sastra berupa kumpulan puisi dan cerpen, dengan mempelajari Jurnalistik ini semoga kedepan saya juga dapat berkarya di dunia jurnalistik yang bisa lebih mengangkat/mengedepankan fakta untuk disampaikan kepada masyarakat.

Sebagai seorang yang mempelajari Ilmu Komunikasi, kita harus bisa berperan dalam menyampaikan informasi/pesan-pesan positif kepada masyarakat. Apalagi saat ini sedang marak sekali akan adanya buzzer dan akun palsu yang dengan seenak jidatnya membully dan berkomentar negatif orang lain di media sosial.

Jadilah agen perubahan yang dapat berkomunikasi dengan terbuka. Orientasi Indonesia sebagai negeri yang besar adalah komunikasi terbuka antar elemen dan anak bangsa. Tak ada "omong di belakang", tak ada "diem-diem bae melihat kesalahan", tak ada kegiatan "membuat akun palsu, kemudian berkomentar negatif tidak jelas". Apapun tantangannya bawalah ke meja runding. Ada masalah? Selesaikan dengan bertemu. Minimal telepon.

 Jika semuanya punya niat baik, jika semuanya punya akal sehat, maka tak akan ada budaya saling sikut.

Salam Hangat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun