Untuk pilihan pertama dan kedua saya memilih prodi Sastra dan Bahsa Arab serta Komunikasi Penyiaran Islam di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Kemudian untuk opsi ke-3 dan ke-4 saya menjatuhkan pilihan di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang dengan program studi Bahasa dan Sastra Arab juga Hukum Bisnis Syari'ah.
Sedangkan untuk jalur SNMPTN, saya memilih dua jurusan di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Pilihan pertama saya jatuhkan pada prodi Ilmu Komunikasi, dan pilihan keduanya adalah Ilmu Perpusatakaan. Bisa dibilang, saat itu saya sedikit ngasal dalam memilih jurusan. Terlebih saat menjatuhkan pilihan kedua pada Ilmu Perpustakaan.Â
Saya bingung harus memilih apalagi selain Ilmu Komunikasi. Karena meskipun saya dari IPA, saya sudah tidak berminat untuk mendaftar di rumpun sains. Mengingat juga karena dulu saya pernah mengikuti tes IQ yang hasilnya menunjukan bahwa minat saya adalah di IPS bukan di IPA. Hehehe.
Lalu, mengapa saya memilih Ilmu Komunikasi? Jujur, awalanya saya juga tidak tahu apalagi paham mengenai apa yang dipelajari di Ilmu Komunikasi. Saat itu saya hanya berpikir dan mengira-ngira saja perihal apa yang kiranya cocok dengan passion saya. Yaa karena saya pribadi merasa suka dengan dunia sosial, suka berbicara di depan orang banyak, dan saya juga hobby menulis, terlebih menulis fiksi seperti cerpen dan puisi. Juga karena saya mempunyai pengalaman di ekstrakulikuler Jurnalistik sebagai writer dan reporter. Itulah, sekilas bayangan saya terkait Ilmu Komunikasi pada awalnya.
Singkat cerita, setelah saya dinyatakan lolos dan diterima sebagai mahasiswi prodi Ilmu Komunikasi, saya pun langsung mencari tahu lebih lanjut tentang prodi ini. Ya, saya sempat cemas dan takut jika apa yang akan dipelajari disini jauh dengan apa yang dibayangkan oleh saya sebelumnya.Â
Akhirnya, saya pun dikenalkan dengan salah satu kakak tingkat oleh saudara saya yang juga berkuliah di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Setelah memperkenalkan diri melalui whatsapp, saya pun langsung to the point untuk menanyakan perihal apa saja yang dipelajari di Ilmu Komunikasi.
Advertising atau periklanan itu mempelajari tentang cara menerapkan strategi kreatif periklanan melalui ilustrasi, animasi, desain komunikasi visual, sketsa dan tipografi periklanan. Konsentrasi ini juga membekali pengetahuan tentang teknik kamera elektronik, recording dan editing, fotografi periklanan, produksi iklan cetak dan elektronik, copywriting, serta visualisasi dan story board. Pengetahuan tersebutlah yang kemudian diolah menjadi alat promosi berupa iklan baik di media cetak, elektronik, maupun digital.
Sedangkan dalam Public Relations, kita akan mempelajari bagaimana membentuk serta memelihara citra suatu organisasi/perusahaan di tengah msyarakat. Tugas seorang PR adalah untuk mengelola hubungan komunikasi antara perusahaan dan orang-orang diluar perusahaan (ekstern) seperti  masyarakat, pemerintah, investor, dan sebagainya. Juga antara perusahaan dan orang-orang yang ada di dalam perusahaan (interal), yaitu karyawan. Nantinya, seorang PR juga harus dapat menjaga agar perusahaan dapat meraih simpati dan kepercayaan masyarakat.
Oke, kita kembali lagi ke pertanyaan diawal. Apakah benar bahwa orang komunikasi itu banyak bicara? No!! tidak selalu seperti itu. Karena di Ilmu Komunikasi kita tidak hanya belajar berbicara. Secara general, di Ilmu Komunikasi kita belajar tentang strategi/ilmu bagaimana cara menyampaikan pesan/informasi agar dapat tersampaikan  dengan baik. Saluran komunikasi juga tak hanya secara verbal. Melainkan ada juga nonverbal, sampai media massa.
Di satu semester pertama kemarin, diantaranya saya menerima mata kuliah Pengantar Ilmu Komunikasi, Basic Advertising, dan Broadcasting yang menjadikan saya lebih mengetahui dan paham bahwa ruang lingkup komunikasi bukan hanya soal berbicara. Jadi, orang yang pintar dalam komunikasi adalah orang yang tahu porsi seberapa banyak ia bicara. Orang yang paham komunikasi ialah orang yang tahu kapan waktunya ia harus bicara. Sederhananya adalah, proposional dalam mengutarakan pendapat dalam situasi yang tepat.