Beberapa tahun terakhir, seblak dan baso aci menjadi makanan yang disukai oleh banyak orang terutama dikalangan anak muda. Rasanya yang pedas dan gurih dengan rempah khas berupa kencur atau cikur, membuatnya menjadi pilihan bagi orang yang menyukai makanan pedas. Tingginya peminat seblak membuat banyak bermunculan usaha kecil atau UMKM yang menjual seblak. Hal tersebut tentu membuat persaingan usaha dalam bidang kuliner terutama seblak menjadi semakin ketat. Oleh karena itu, para pelaku usaha harus menyiapkan strategi dan mengambil keputusan yang tepat agar dapat memenangkan pasar sehingga dapat mencapai laba yang ditargetkan. Dalam pengambilan keputusan, akuntansi manajemen memainkan peranan yang sangat penting, karena dengan adanya data akuntansi para pelaku usaha dapat mengambil keputusan yang lebih terukur. Salah satu alat analisis yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan adalah analisis Biaya Volume Laba (BVL) yang menekankan pada hubungan antara biaya, volume (kuantitas penjualan), dan harga jual. Lantas bagaimana analisis BVL tersebut dapat digunakan dalam pengambilan keputusan?
Pengabdi Seblak adalah salah satu tempat makan seblak yang rekomended di sekitar UIN Raden Mas Said Surakarta. Pengabdi Seblak didirikan oleh 2 mahasiswa UIN Surakarta dari Fakultas Ushuludin dan Dakwah yaitu Kak Ifa dan Mas Bernad pada tanggal 10 Februari 2023. Selain seblak, terdapat beberapa menu lain yang ditawarkan yaitu baso aci, mie jebew, pangsit pedas, dan cireng kuah.
Banyaknya usaha seblak disekitar UIN Surakarta membuat Pengabdi Seblak harus berinovasi dan konsisten terhadap rasa makanannya agar konsumen merasa puas. Oleh karena itu, Pengabdi Seblak harus mengambil keputusan dengan cepat dan tepat agar mencapai target laba. Dalam pengambilan keputusan Pengabdi Seblak menggunakan teknik analisis Biaya Volume Laba (BVL) multiproduk, karena memproduksi beberapa produk. Dengan analisis BVL multiproduk, manajemen dapat mengetahui hubungan antara biaya, volume penjualan, dan laba. Selain itu juga dapat mengetahui titik impas atau jumlah minimum yang harus dijual pada masing-masing produk agar dapat menutupi semua biaya variabel dan biaya tetap.
Berikut adalah grafik data penjualan Pengabdi Seblak selama satu bulan.
Dari data tersebut, diketahui bahwa baso aci memiliki tingkat penjualan paling rendah diantara produk-produk Pengabdi Seblak yang lain. Sedangkan produk yang memiliki penjualan tertinggi adalah seblak.
Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa urutan produk dengan biaya variabel dari yang terendah sampai tertinggi adalah baso aci, mie jebew, pangsit pedas, seblak, dan cireng kuah. Sehingga produk yang memiliki margin kontribusi terbesar adalah baso aci dan produk yang memiliki margin kontribusi terendah adalah cireng kuah sebesar.
Berdasarkan laporan laba rugi di atas, diketahui bahwa dalam sebulan Pengabdi Seblak memperoleh laba sebelum pajak sebesar Rp15.624.000.
Selanjutnya, untuk unit impas pada masing-masing produk adalah sebagai berikut.
Berdasarkan grafik di atas, diketahui bahwa Pengabdi Seblak telah berhasil menjual semua produknya di atas titik impas (BEP) masing-masing produk. Titik impas tersebut dihitung berdasarkan bauran penjualan dan analisis BVL. Dikarenakan Pengabdi Seblak menjual lebih dari satu produk (multiproduk) maka diperlukan penetapan bauran penjualan untuk mengonversi masalah multiproduk ke dalam format BVL. Nilai bauran penjualan pada Pengabdi Seblak berdasarkan unit penjualan adalah 16:5:12:8:10. Dengan mendefinisikan produk sebagai satu paket, maka permasalahan multriproduk telah dikonversi ke dalam suatu produk tunggal sehingga dapat diketahui nilai paket impas. Kemudian unit impas pada masing-masing produk dapat dihitung dengan mengalikan antara paket impas dengan bauran penjualan.
Berikut adalah implikasi analisis BVL dalam pengambilan keputusan berdasarkan uraian di atas:
- Penentuan jumlah produksi: Dengan mengetahui BEP, Pengabdi Seblak dapat menentukan jumlah produksi yang optimal untuk menghindari kelebihan atau kekurangan produksi. Misalnya pada produk baso aci dengan unit impas paling rendah diantara yang lain, maka Pengabdi Seblak dapat memperkirakan jumlah baso aci yang diproduksi.
- Promosi dan pemasaran: Pengabdi Seblak dapat mempromosikan lebih pada produk yang memiliki margin kontribusi lebih besar atau pada produk yang memiliki penjualan terendah. Misalnya pada produk baso aci yang memiliki nilai margin kontribusi tertinggi, tetapi justru memperoleh penjualan paling rendah.
Sumber data tersebut diperoleh dari hasil observasi dan wawancara dengan kak Bernad selaku owner dari Pengabdi Seblak.
Kesimpulan:
Analisis BVL multproduk memberikan gambaran yang jelas tentang titik impas yang harus dijual oleh Pengabdi Seblak agar tetap bertahan dan berkembang. Dengan analisis BVL Multiproduk, Pengabdi Seblak dapat mengetahui titik impas pada masing-masing produknya, yaitu 432 porsi seblak, 135 baso aci, 324 porsi mie jebew, 216 porsi pangsit pedas, dan 270 porsi cireng kuah. Apabila dibandingkan dengan data penjualan, diketahui bahwa Pengabdi Seblak telah menjual semua produknya di atas titik impas. Hasil analisis BVL multiproduk tersebut dapat membantu Pengabdi Seblak dalam mengambil keputusan yang lebih terukur dan efektif sehingga dapat meningkatkan profitabilitas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H