Setelah lusa kemarin, saya dengannya sering berselisih. Sebab tulisan saya di  hari senin. Hampir tiap malam kau selalu menganjurkan saya untuk segera mungkin kembali pulang. Rentetan pertanyaan kau ajukan satu persatu. Apabila saya salah jawab atau pun ucap, tentu akan menjadi problem. Selain itu, seakan saya di perlihatkan satu persatu kesalahan,  mulai perihal mencintainya; perihal sakitnya saya gara-garamu dan lagi berbicara tentang harga diri saya pun, kau berusaha menyalahkan dirinya sendiri. Pertanyaan saya adalah sebenarnya cinta ini timbal balik atau sepihak saja?
Malam selasa saya diberi berbagai macam pertanyaan; bahkan kau bilang merasa bodoh dan lagi menjastis apabila cinta saya dengannya selama ini adalah sebuah permainan, sebuah sandiwara bahkan kau sempat mengemukakan jika sebuah pelampiasan saja. Hati saya terasa ngilu bahkan dada berdetak tak karuan ritme nafas tak teratur seperti biasanya. Saya hanya berdiam dan mendengarkan apa yang sedang kau tumpahkan semua. Saya tak membela atau pun sebagainya; saya mengakui salah karena telah mencintaimu. Selanjutnya kau akan bertanya lagi kenapa kau mencintai saya? Apa yang istimewa dari saya bla-bla.
Jika diingat-ingat ini yang kesekian kali kau mengatakan tepatnya menyuruh saya pulang. Kembali pada poros yang benar, bahkan setiap kali selepas kita berselisih besar pada bulan agustus 2022 lalu sedikit-sedikit kau menyurus saya pulang. Salah tulis saya kau pun begitu; ritme emosimu menjadi tak stabil. Ada orang jangongan yang tak ada sangkut pautnya dengan hubungan kita kau merasa dan lainnya. Dan siklus sensitifitas tersebut selalu hadir setiap bulannya. Entah akan mau datang bulan atau saat medekati wetonmu.
Kalau ditanya saat ini apakah cinta ini masih ada? Jujur saya akan menjawabnya saya tetap mencintaimu cinta ini akan selalu ada. Dan jika kau bertanya mengapa masih cinta saya selalu menjawabnya tak tahu saya hanya menjalani cinta yang berada di dada ini. Setelah kau mengeluarkan unek-unek atau pun kemarahan yang tumpahkan  sedih dalam tangisan yang telah kau keluarkan. Kau menjadi lebih tenang. Kau menangis saya pun menitikkan air mata kau sakit, hati saya pun ngilu dalam ulu hati. Tapi bagaimana lagi kita harus menjalani kisah ini kisah cinta sederhana dengan bahagia luar biasa.
Hampir dari separuh malam kita saling menjelaskan bicara dari hati dengan hati menguras emosi dengan menetesnya air mata kita terjaga untuk meraba-raba perasaan masing-masing sehingga pada akhirnya kita menemukan konkluisi yaitu melanjutkan kisah cinta dengan penuh bahagia seperti yang tertuang dalam bait-bait puisi yang telah saya persembahkan buatmu seorang.
Bolehkah Aku Merawat Cinta Ini?
Cinta akan berbaur bersama udara
mengabarkan perihal cinta
kadang bahagia
kita tertawa
tak jarang bersedih
peluh perih
ketika berselisih
Â
"Tuhan dan kita yang tahu"
Â
janji itu
kita ikrarkan perihal cinta kita
dan bercinta
dalam bahagia
meniadakan luka
Â
"Kau tak pernah tahu sakitnya sebuah kehilangan
hingga sering bilang kembali pulang"
Â
sementara itu,
cintaku padamu makin kuat
bertambah hari kian melekat
tak ada alasan
cinta ini bosan
meski cinta terhadapmu
tak perlu ada alasan
cinta ya cinta
Â
segaris senyummu adalah bahagia buatku
dan bolehkah aku tetap merawat cintamu
hingga menua
Â
seringkali kau hadirkan nyanyian kebahagiaan
tanpa percakapan
atau sekadar anggukan
bahkan seringkali kau pertanyakan
Â
"Apa aku salah jika ingin setia
pada cinta yang aku rasakan sekarang"
Â
bahagia cinta ini
kita jalani
lika liku kita lalui
sekian kita berselisih
sekian pula kita memadu kasih
Â
dalam cinta
bercinta dengan gelora
bahagia
Â
"Izinkanlah aku tetap merawat cinta untukmu"
Â
aku bahagia dengan jalinan ini
cinta ini
kisah ini
sebab mencintaimu
adalah kebahagiaan dalam hidupku
Â
Bait demi bait puisi tersebut tentu telah menggabarkan begitu dalamnya cinta saya terhadapmu. Â Dan saya berdoa Tuhan izinkalah saya tetap mencintainya. Karena cinta ini ada dalam dada dan saya pun merasakan bahagia saat dalam dekapan pelukanmu, ketika kita bercerita setelah usai kerjasama bahagia. Na. saya mencintaimu untuk waktu yang tak tahu dan saya berdoa pada Tuhan agar tetap mencintaimu dengan cara saya dan membahagiakanmu pun dengan semampu saya. Ilove you more Na.
Â
Â
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H