Mohon tunggu...
Niala cita
Niala cita Mohon Tunggu... Asisten Rumah Tangga - INFJ

Perempuan yang hobi mengamati sekitar, suka bercerita dan mendengarkan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Keberkahan Menjadi Guru

26 November 2024   08:09 Diperbarui: 26 November 2024   08:14 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Guru dan murid-muridnya (sumber pribadi)

Dua puluh tahun yang lalu saya di tawari orangtua untuk mengambil kuliah pendidikan. Saya dengan tegas menolak sebab tidak ada passion dan minat menjadi pengajar. Saya paham kalau saya juga bukan orang yang sabar, membayangkan mendidik murid dengan karakter bermacam-macam membuat pusing kepala.

Di benak saya saat itu, tidak semua orang bisa menjadi guru. Ada filosofi Jawa yang mengatakan guru digugu dan ditiru.

Makna digugu, perkataan dan perbuatan guru harus bisa dipertanggungjawabkan dan dipercaya oleh siswa.

Makna ditiru, sikap dan perbuatan guru dapat menjadi teladan bagi siswanya.

Walaupun sekarang saya jumpai ada oknum guru yang tidak pantas digugu dan ditiru.

Pada akhirnya saya malah mendapat suami seorang guru, beliau masih honorer walau sudah 11 tahun mengajar. Suami mengikuti jejak ayahnya menjadi guru. Bapak mertua mengajar di SMP swasta daerah, gajinya jauh dari UMR.

Beberapa kali ibu mertua pernah berkata, gaji guru swasta atau honor memang kecil tapi InsyaAllah berkah.

Awalnya saya tidak paham maksud ibu mertua tapi setelah 10 tahun menikah saya mengerti makna berkah tersebut.

Walau bergaji minim dan ibu mertua juga hanya berdagang kecil-kecilan, mereka mampu menguliahkan dua anaknya menjadi sarjana. Keduanya anaknya sama-sama menjadi guru.

Ada juga cerita ibu Istiqomah, wali kelas 1 anak saya. Hanya satu semester mengajar lalu beliau pensiun. Ibu Istiqomah hanya guru SD swasta dengan gaji di bawah UMR, suami berjualan makanan ringan di SD yang sama dengan istrinya.

Mereka mampu mengkuliahkan ketiga anak-anaknya, bahkan ketiga anaknya malah sudah jadi PNS dan PPPK. Kata beliau, dulu saat anaknya kuliah dia biasa berhutang di bendara sekolah. Gali lubang tutup lubang.

Semua terlewati dengan baik, anak-anaknya bahkan sudah mandiri dan mempunyai rumah masing-masing.

Keberkahan yang dimaksud itu ya seperti ini, jangan di lihat dari nominal angka gaji guru. Yang kalau pakai hitungan matematika manusia pasti kurang dan tidak cukup. Ada hitungan matematika Allah yang kadang tidak sampai di pikiran manusia.

Keberkahan atau rejeki bukan hanya tentang angka. Kesehatan untuk semua keluarga, anak-anak yang penurut, mendapat teman dan lingkungan yang baik. Di mudahkan beribadah dan banyak kemudahan lain.

Sebagai umat Islam pasti kita paham ada tiga amal jariyah yang akan kita dapat pahalanya walau sudah meninggal. Pertama doa anak yang Sholeh, sedekah jariyah dan ilmu yang bermanfaat.

Menjadi guru , mengajarkan baca tulis, berhitung dan ilmu pengetahuan lain tentu termasuk ilmu yang bermanfaat. Pahalanya sudah di jamin di akhirat dan tentu saja di dunia.

Untuk semua guru di manapun, jangan merasa lelah menjadi orang yang digugu dan ditiru. Jika kalian sedang merasa pekerjaan kalian tidak di hargai, percayalah ada Allah yang maha menghitung amal hambanya. Semoga keberkahan membagikan ilmu yang bermanfaat bisa kalian rasakan didunia dan akhirat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun