Sejatinya ketika seseorang menikah, mereka menganggap  ini adalah momen penting dan sakral yang terjadi satu kali dalam hidup. Perasaan bahagia itu membuat calon pasangan suami istri ini rela mengeluarkan uang di luar batas kemampuan finansial mereka.
Berapapun biayanya akan mereka gelontorkan walaupun harus berhutang. Â Mereka ingin momen sekali seumur hidup ini di dokumentasikan menjadi momen mewah dan tidak terlupakan.
Sayangnya, pikiran seperti itu di dukung oleh keluarga besar. Ada perasaan malu jika menikah biasa saja, harus meriah dan mengundang handai taulan dari berbagai daerah.
Banyak hal dalam acara pernikahan yang sebenarnya tidak terlalu penting tapi di anggap penting karena fomo.
Foto preweddingÂ
Melakukan photoshoot di beberapa tempat dengan bantuan fotografer profesional yang tentu dengan biaya yang tidak murah. Belum lagi sewa baju dan jasa make up. Padahal baru pra pernikahan tapi biaya sudah cukup banyak.
Seragam bridesmaidÂ
Sahabat dan teman dekat diharapkan datang saat acara pernikahan dan ikut berbahagia dengan pengantin. Membeli kain atau bahan baju lalu di bagikan pada mereka , agar mereka tampil seragam saat pernikahan. Tentu adanya bridesmaid akan membuat Acara pernikahan lebih kekinian dan aesthetic. Padahal budget membeli kain atau bahan tersebut bisa di gunakan untuk hal lain.
Undangan yang terlalu banyak
Sering terjadi para tamu undangan yang datang tidak di kenali oleh pasangan pengantin. Tamu undangan itu ternyata adalah teman atau rekan dari orangtua atau mertua. Semakin banyak tamu, semakin banyak biaya seperti dari undangan dan makanan yang disediakan.
Pernikahan seharusnya bisa dirayakan sederhana. Ingat saat covid melanda, tidak boleh ada acara besar jadi orang-orang yang menikah pada tahun itu hanya melakukan pernikahan sederhana di KUA.
Hanya dua mempelai dan keluarga inti saja yang datang ke KUA, proses ijab kabul pun terjadi di kantor. Setelah itu selesai, misalkan ada syukuran, cukup dengan mengirim makanan atau orang kampung saya menyebutnya berkat kepada para tetangga.
Sesederhana dan semudah itu namun tetap sah di mata agama, negara dan masyarakat.
Perlu adanya kesadaran dari calon pengantin dan keluarga pengantin bahwa pernikahan tidak wajib mewah. Tidak perlu harus mengeluarkan uang sampai tiga digit yang habis hanya untuk acara sehari.
Tidak perlu takut di bicarakan orang lain di belakang sebab saat kita susah punya mereka belum tentu mau membantu kita.
Mari menormalisasi pernikahan sederhana, bila perlu kita menasehati para pasangan yang hendak menikah untuk tidak berhutang biaya pernikahan.
Pergunakan uang tersebut untuk masa depan , misalnya DP rumah, buka usaha, investasi dan hal lain yang lebih di butuhkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H