Suatu hari, anaknya datang ke panti. Pria berusia 55 tahun yang rambutnya mulai putih karena uban itu mengatakan sesuatu yang sudah lama ditunggunya, "Ibu, mau pulang ke rumah?"Â
Betapa tergetarnya hari Ratna mendengar kata-kata itu. Tidak disangka akhirnya ia bisa kembali ke rumah. "Iya," jawabnya.
Setelah suster membereskan barang-barangnya, Ratna dibawa ke mobil dan berkendara menuju rumah. Ia sudah tidak ingat dengan kondisi jalan yang ia lewati terakhir kali. Sudah banyak berubah. Gedung-gedung berubah, billboard menghias kiri dan kanan jalan, pohon-pohon sudah ditebang.
Akhirnya Ratna sampai di rumah yang ia tinggali seumur hidupnya sebelum pindah ke panti. Ia terkejut karena ternyata perbedaan rumahnya sangat jauh sekali. Jika dulu rumah tua peninggalan Belanda, kini jadi rumah modern yang monokrom dan kaku. Pekarangan rumahnya juga hilang berganti paving block.
Ratna menemukan rumah yang kosong, tidak ada menantu dan cucunya. Anaknya hanya memberi tahu, "Kami baru berpisah."
Wanita tua itu hanya bisa menatap sedih kepada anak satu-satunya itu. Ia tidak ingin anaknya menghabiskan masa tua sendirian seperti dirinya. Namun sang anak buru-buru menghibur ibunya agar tidak perlu ikut sedih dan khawatir karena ia baik-baik saja.
Kamar Ratna masih ada, hanya jauh lebih rapi dari terakhir kali ia tinggalkan. Anaknya bilang kamar itu digunakan sebagai kamar tamu selama ia tidak ada. Barang-barang yang sudah usang dan tidak diperlukan sudah dibuang. Foto-foto Ratna berganti lukisan yang ia tidak mengerti artinya.
"Ya sudah, ibu istirahat ya. Nanti akan ada suster ikut tinggal di sini untuk mengurus ibu. Aku mandi dulu ya," ujar anaknya sambil menutup pintu kamar.
Ratna rebahan di kasur yang jauh lebih empuk dari kasur di panti. Ia merasa lelah karena perjalanan tadi menuju rumah. Ratna menutup kedua matanya. Sebelum jatuh tertidur, ia membatin bahwa akhir ia pulang, namun ke rumah yang sepi dan asing baginya.
Di dalam mimpinya, Ratna bertemu sang suami yang wajahnya masih seperti yang ia ingat terakhir kali. "Ikutlah denganku, ke rumah yang sesungguhnya," kata sang suami sambil mengulurkan tangannya. Mulanya Ratna ragu, namun ia menggapainya dengan tangan yang tremor. Kepalanya mengangguk mengiyakan.
Semenjak saat itu, Ratna tidak pernah terbangun dari tidurnya. Ia berbahagia karena sudah pulang ke rumah yang sesungguhnya.