Mohon tunggu...
Nia Fatimatus Sholichah
Nia Fatimatus Sholichah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa/Universitas Airlangga

Introvert

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sisi Lain Media Sosial

31 Mei 2023   20:40 Diperbarui: 31 Mei 2023   20:54 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cyberbullying memiliki berbagai dampak negatif yang dapat mempengaruhi korbannya. Cyberbullying tidak kalah menakutkan dengan bullying yang dilakukan secara langsung, karena keduanya sama-sama memberi pengaruh yang tidak sepele terhadap korbannya. Bahkan kasus yang paling parah adalah korban yang memutuskan untuk bunuh diri karena sudah tidak kuat akan depresi yang diderita karena cyberbullying.

Bentuk lain dari pengaruh negatif penggunaan media sosial adalah insecurity. Menurut (Asta, 2019) insecurity dapat didefinisikan sebagai tindakan yang ditimbulkan oleh adanya emosi ketika seseorang menilai dirinya lebih rendah dari orang lain. Insecurity sangat mudah muncul ketika kita menggunakan media sosial. Seperti contoh ketika postingan seorang aktris muncul di media sosial seorang perempuan yang mana membuat perempuan tersebut merasa insecure terhadap sang aktris. Munculnya rasa insecure ini dapat disebabkan karena perempuan tadi membandingkan dirinya dengan sang aktris, yang mana ia merasa dirinya tidak secantik aktris tersebut. Insecurity ini dapat mempengaruhi cara seseorang menilai dirinya sendiri. Dampak insecurity ini bahkan dapat menimbulkan gangguan kecemasan dan membuat seseorang tidak percaya akan dirinya sendiri.

Tidak sampai di sini saja, media sosial juga dapat mempengaruhi pola pikir penggunanya dalam mengikuti dan melakukan suatu hal. Penggunaan media sosial ini sangat bisa mempengaruhi penggunanya untuk mengikuti apa yang sedang tren atau tengah dilakukan orang lain hanya karena tidak ingin merasa tertinggal. Fear of missing out atau FOMO pastinya sudah tidak asing lagi di telinga kita. (Anggraeni, 2021) mendefinisikan FOMO sebagai perasaan takut yang dirasakan seseorang ketika dirinya merasa tertinggal.

FOMO ini mungkin bagi sebagian orang terasa remeh atau bukan suatu perkara besar, tetapi ada fase dimana FOMO dapat menyebabkan seseorang terkena depresi. Ketika seseorang merasa takut tertinggal, dia akan mengikuti apa yang dilakukan orang lain semata-mata karena rasa takut tersebut. Seseorang yang FOMO cenderung melakukan suatu hal bukan karena keinginannya sendiri, melainkan hanya sebagai ajang ikut-ikutan. FOMO yang berlebihan dapat membuat seseorang tertekan dan depresi ketika dirinya merasa tertinggal dari orang lain.

Setelah mengetahui apa saja dampak positif dan negatif dari media sosial, kita sebagai pengguna media sosial tentu harus cerdas dalam menggunakan media sosial. Jika kita bisa menggunakan media sosial secara baik dan benar, maka kita akan dapat merasakan manfaat dari media sosial. (Zulfikar, 2021) menjelaskan bahwa sebelum menggunakan media sosial, kita harus paham akan apa alasan kita menggunakan media sosial. Memahami alasan ini sangatlah penting agar kita dapat menggunakan media sosial sesuai alasan tersebut dan tidak perlu membuang-buang waktu terlalu lama dalam menggunakan media sosial.

Agar terhindar dari depresi dan insekuritas akibat penggunaan media sosial, kita harus bisa menerima diri kita apa adanya. Penerimaan diri sendiri yaitu memandang diri kita sebagai orang yang pantas dicintai tanpa perlu pembuktian dan tanpa mencoba untuk mengungguli orang lain (Brelnes, 2016). Seseorang yang dapat menerima dirinya sendiri secara otomatis akan mulai mencintai dirinya dengan apa adanya. Perasaan cinta diri sendiri inilah yang dapat menghindarkan kita dari depresi maupun insekuritas. Ketika kita sudah mencintai diri kita, maka kita tidak akan membiarkan diri kita terluka dan akan selalu berusaha untuk bahagia.

Pembatasan penggunaan media sosial perlu dilakukan untuk menghindari banyaknya pengaruh buruk yang salah satunya adalah Fear of Missing Out atau FOMO. Media sosial memiliki pengaruh besar dalam membuat seseorang menjadi FOMO. Karena itulah ketika kita membatasi penggunaan media sosial, maka kita tidak perlu melihat konten yang kurang penting dan terhindar dari FOMO (Isnaini, 2022). Untuk menghindari FOMO, kita harus memprioritaskan kebutuhan dibanding kemauan.

Banyak sekali ujaran-ujaran kebencian yang bisa dengan mudah kita temukan di media sosial. Ketikan-ketikan penuh kebencian tersebut dapat memberikan pengaruh negatif terhadap orang yang dituju. Sebagai pengguna media sosial, menjaga ketikan saat menggunakan media sosial sangatlah penting. Dengan menjaga dan menyaring kalimat yang akan kita post di media sosial, kita dapat mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan seperti cyberbullying.

Dalam menggunakan media sosial, peran lingkungan sangatlah penting dalam menjaga kesehatan mental seseorang. Orang tua berperan mengawasi anak mereka dalam menggunakan media sosial dan memberi dukungan moral ketika sang anak tengah mengalami masa sulit. Tidak hanya orang tua, namun kita sebagai sesama pengguna media sosial harus memiliki sifat peduli terhadap sesama. Sehingga ketika kita menemukan seseorang yang tengah depresi di media sosial, setidaknya kita dapat membantu orang tersebut dengan memberi mereka kata-kata penyemangat. Kesimpulan dari tulisan ini adalah kita sebagai pengguna media sosial harus cerdas dalam menggunakan media sosial agar kita dapat merasakan pengaruh positif dan terhindar dari pengaruh negatif media sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun