Mohon tunggu...
Ni Luh Dina Adriani
Ni Luh Dina Adriani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Bali .,

Its me :)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Serba-serbi Perayaan Hari Raya Kuningan

19 November 2021   15:21 Diperbarui: 19 November 2021   15:44 1062
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://www.instagram.com/p/B8VMf-BgxYS/?utm_medium=copy_link

Hari raya Kuningan, kuningan berasal dari kata ning yang berarti pikiran suci demi sukmaning idep kita  yang menjadi manusia untuk menerima karunianya. Hari raya Kuningan adalah hari perayaan yang dimana Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa, para dewa dan dewa pitara turun ke dunia yang tujuannya untuk memberikan anugrah berupa kebutuhan pangan. Pada saat Kuningan masyarakat Hindu di Bali akan membuat nasi kuning yang melambangkan kemakmuran. 

Selain itu, juga dipersembahkan yadnya untuk tanda terimakasih kita sebagai umat manusia karena menerima karunia dari Ida Shang Hyang Widhi yang berupa bahan pangan maupun bahan sandang yang semuanya itu yang diberikan oleh Beliau atas dasar cinta kasih.

Hari raya Kuningan dirayakan setiap 210 hari atau 6 bulan sekali, yang jatuh pada hari Saniscara (Sabtu) Kliwon, Wuku Kuningan yang sesuai dengan dengan penanggalan kalender Bali.Perhitungan kalender Bali berdasarkan pertemuan antara Panca Wara yang berjumlah 5, Sapta Wara yang berjumlah 7 dan yang terakhir yaitu pawukon yang berjumlah sebanyak 30. Dengan demikian satu bulan kalender Bali berjumlah 35 hari. Hari raya Kuningan dirayakan bertepatan 10 hari sesudah perayaan hari raya Galungan.

Saat perayaan hari raya Kuningan, masyarakat Hindu di Bali akan menghanturkan banten kepada para leluhur memohon untuk bisa di karuniai keselamatan dan kemakmuran juga permohonan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Adapun pelaksanaan dari hari raya kuningan ini yang dilakukan sebelum jam 12 siang atau hanya setengah hari saja yang harus sudah selesai persembahyangannya. 

Hal tersebut dikarenakan karena masyarakat Hindu di Bali meyakini bahwa sebelum siang hari energi alam semesta seperti energi dari Panca Mahabhuta yaitu pertiwi, akasa, apah, teja, dan bayu mencapai puncaknya dan setelah pukul 12 siang diyakini sudah memasuki masa pralina dimana energi yang disebutkan tadi sudah kembali ke asalnya, dan juga para bhatara, dewa, dan pitara kembali ke atas.

Makna Sarana dan Simbol Pada Hari Raya Kuningan
Terdapat beberapa sarana persembahan yang digunakan dalam rangkaian upacara di hari raya Kuningan yang tentunya memiliki makna atau filosofi yang cukup istimewa. 

Sarana persembahan atau alat upacara yang selalu ada dalam hari raya kuningan yaitu yang pertama adalah tamiang. Tamiang tersebut berbentuk bulat yang seperti periasi yang dirajut dengan rapi dan indah dari bahan daun kelapa muda atau janur, yang melambangkan sebuah tameng yang sebagai perisai saat perang terjadi. 

Tamiang juga sering dimaknai dengan simbol perlindungan diri yang bentuknya tersebut seperti perisai, dan adapun bentuk  bulat diartikan sebagai lambangv penguasa sembilan arah mata angin yang biasa disebut sebagai Dewata Nawa Sanga. 

Selain itu juga, tamiang dapat dimaknai sebagai cakraning manggilingan atau roda alam yang diketahui sebagai roda kehidupan yang selalu berputar. Pada hari raya Kuningan, tamiang biasanya akan dipasang di pojok-pojok rumah dan di pelinggih (bangunan suci).

Yang kedua yaitu endongan, kata "endongan" biasanya diartikan sebagai alat atau wadah untuk menempatkan bekal bagi para leluhur, bekal bagi manusia dalam menjalani kehidupan ke masa depan dan juga bekal jnana atau pengetahuan. Itulah sebabnya kenapa endongan berisi persembahan didalamnya. 

Yang ketiga yaitu ter, kata "ter" memiliki arti senjata panah karena bentuknya memang menyerupai panah yang maknanya senjata yang yaitu ketenangan pikirian. Sementara nasi kuning dapat dimaknai sebagai lambang kemakmuran dan sampian gantung sebagai lambang penolak bala.

Pada saat perayaan hari raya Kuningan ini, manusia bisa diharapkan untuk tahu dan sadar (uning dan eling) dan tetap bisa mengontrol indria yang bisa terpengaruhi oleh apa saja yang buruk bagi diri kita sendiri. Manusia harus bisa menemukan jalan yang lebih baik di masa sekarang dan juga di masa akhirat nantinya.

Hidangan Khas Pada Saat Perayaan Hari Raya Kuningan
Saat hari raya Kuningan tiba, masyarakat Hindu di Bali akan membuat beberapa hidangan khas hari raya kuningan untuk bisa dinikmati bersama keluarga dan sanak saudara. Adapun makanan-makanan yang selalu dihidangkan pada saat hari raya Kuningan sebagai berikut :
1.Nasi kuning
Hidangan nasi kuning tidak pernah terkewatkan saat perayaan hari raya Kuningan tiba. Nasi kuning yang telah matang akan diletakkan di wadah yang terbuat dari janur kuning yang biasa disebut dengan selanggi. Nasi kuning ini melambangkan kemakmuran dan sebagai tanda terimakasih karena telah diberikan karunia yang tak terbatas.
2.Lawar
Masyarakat Hindu di Bali tentunya tidak asing dengan lawar. Lawar biasanya dibuat ketika ada perayaan perayaan hari suci di Bali. Makna dari hidangan lawar ini yaitu sikap gotong royong atau saling membantu. Hal itu disebabkan karena saat membuat lawar banyak tenaga manusia dibutuhkan maka dari itu dibutuhkan kerja sama untuk menyelesaikannya.
3.Tape
Tape biasanya digunakan untuk pelengkap persembahan di hari raya Kuningan. Tape dibuat dari injin, ketan, ataupun nasi. Adapun tape ketan yang biasanya dibuat saat hari raya Kuningan tiba. Rasanya yang manis dan teksturnya yang unik sangat disukai oleh banyak orang.
4.Dodol
Kota Buleleng terkenal akan pembuat dodol,banyak masyarakat dari luar buleleng membeli dodol di sini. Dodol memiliki tekstur yang kenyal dan lengket yang rasanya pun juga manis. Dodol juga memiliki warna yang beragam, seperti warna hitam, merah muda, hijau, dan lain-lain.
5.Apem
Jajanan yang terbuat dari tepung beras ini juga banyak diminati oleh masyarakat karena rasanya yang lembut dan juga empuk. Apem biasanya digunakan sebagai pelengkap soda. Adapun warna warni apem yang maknanya yaitu rasa syukur dan keceriaan.

Itulah beberapa hidangan yang biasanya terdapat pada hari raya Kuningan di Bali. Hidangan tersebut tidak hanya enak rasanya tetapi juga ada yang memiliki makna atau arti yang sebelumnya tidak kita ketahui. 

Dalam menyambut hari raya Kuningan, kita sebagai mahasiswa bisa melakukan hal yang positif seperti membuat banten, membuat hidangan untuk persembahan dan untuk keluarga supaya kita bisa memaknai arti dari hari raya Kuningan dengan rasa bangga akan hari raya ini.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun