Beberapa waktu yang lalu saya mengunjungi sebuah pameran pendidikan dari institusi pendidikan dari Inggris di Bandung. Betapa tersentaknya saya ketika tahu biaya kuliah di luar negeri yang setinggi langit. Biayanya mencapai 700 juta tiap semester belum termasuk biaya hidup. Salah satu teman berpendapat, wajar saja biaya pendidikan di Inggris semahal itu karena memang Inggris adalah negara maju.
Oke. Baiklah. Tidak perlu jauh-jauh ke Inggris, mari kita lihat biaya pendidikan di dalam negeri. Biaya kuliah di perguruan tinggi negeri di Indonesia rata-rata adalah 4 juta-20 juta per semester. Itu untuk fakultas non-kedokteran seperti fakultas bisnis, akuntansi, teknik, hukum, psikologi, dan lain-lain. Jika fakultas yang diminati anak adalah kedokteran, sudah barang tentu orang tua harus merogoh kocek lebih dalam karena uang pangkalnya saja sekitar 200 juta – 500 juta yang harus dibayarkan sekali di awal. Mahalnya uang pangkal belum ditambah dengan biaya pendidikan (SPP atau UKT) yang rata-ratanya sebesar 15 juta hingga 40 juta per semester.
Meskipun biaya pendidikan di dalam negeri belum semahal pendidikan di Inggris, namun tetap saja tingginya biaya pendidikan itu memberatkan orangtua khususnya orangtua dengan status keuangan menengah ke bawah. Biaya pendidikan yang sudah berat ini semakin memberatkan orangtua karena adanya uang pangkal yang harus dibayar sekali waktu dan dalam jumlah yang besar di awal. Maka, sebagai orangtua dan calon orangtua, penting untuk kita mulai merencanakan pendidikan anak agar tidak terlalu berat jika telah tiba saatnya mereka mendapatkan haknya untuk menempuh pendidikan.
Ada berbagai cara untuk mempersiapkan biaya pendidikan anak:
1. Tabungan Rencana Pendidikan
Dalam tabungan rencana pendidikan, Anda menabung secara rutin setiap bulan dengan target hasil pada waktu tertentu. Lama menabung dan nominal setoran per bulannya biasanya disesuaikan dengan kebutuhan biaya dan waktu masuk sekolah anak. Jika dalam perjalanan Anda meninggal, setoran tabungan pendidikan anak akan diteruskan oleh asuransi. Sehingga biaya pendidikan sudah tersedia ketika anak akan masuk sekolah.
Survei harian Kompas tahun 2012 soal persiapan biaya pendidikan menunjukkan hampir 90% orang tua yang di survei menyebut tabungan pendidikan sebagai pilihan mereka. Tabungan rencana adalah opsi paling populer dikalangan orangtua. Bagaimana tidak, tabungan rencana memiliki beberapa keuntungan. Tabungan rencana menawarkan bunga (return ) yang cukup bersaing bila dibandingkan dengan bunga deposito dan suku bunga tertinggi tabungan biasa. Jumlah investasi minimumnya pun jauh lebih terjangkau. Hanya dengan simpanan rutin per bulan minimal sebesar Rp 100.000, Anda sudah bisa memakai opsi ini. Bila dibandingkan dengan deposito, jatuh tempo penarikkannya juga lebih fleksibel mulai dari 1 tahun hingga 20 tahun.
Meskipun begitu, tabungan rencana memiliki beberapa kelemahan. Dibandingkan tingkat inflasi tahunan yang sekitar 4 % – 5% setahun, suku bunga tabungan pendidikan sudah amat tipis bedanya. Bunga tabungan pendidikan tertinggi adalah 5,5% yang artinya hanya berbeda 0,5% dari inflasi. Untuk mengalahkan kenaikkan harga barang umum saja tabungan pendidikan sudah hampir pingsan. Dalam sejarah ekonomi Indonesia, inflasi pernah mencapai 8% per tahun.
Inflasi biaya pendidikan senantiasa lebih tinggi diatas inflasi umum. Dapat dipastikan bunga yang ditawarkan tabungan pendidikan dibawah laju kenaikkan biaya sekolah setiap tahunnya. Survey dari Zap Finance menyebutkan bahwa kenaikkan biaya pendidikan TK – SD adalah 15 – 20% per tahun. Survey ini semakin diperkuat dengan riset dari QM Finansial. Lembaga perencana keuangan yang dikawal Ligwina Hananto ini menyebutkan bahwa kenaikkan biaya sekitar 15% per tahun. Jelas dapat disimpulan bahwa suku bunga tabungan rencana tidak cukup kuat untuk mengalahkan laju kenaikan inflasi dan biaya pendidikan.
Jika tujuannya adalah untuk membiayai seluruhnya biaya pendidikan anak, tentunya sudah jelas bahwa tabungan rencana pendidikan belum tepat untuk dijadikan pilihan karena tidak mampunya suku bunga tabungan pendidikan mengalahkan suku bunga kenaikan harga-harga barang yang secara otomatis juga akan berpengaruh terhadap kenaikan biaya pendidikan. Namun jika tujuannya untuk sekedar menabung saja agar tidak terlalu berat di akhir, tabungan rencana cukup worth it karena resiko yang sangat minim dan suku bunga yang lebih tinggi dari tabungan biasa.
2. Investasi Finansial (Saham, Reksadana Campuran )
Cara lain untuk mempersiapkan pendidikan anak adalah dengan investasi. Baik investasi di sektor riil maupun investasi financial (Saham, Reksadana Campuran, Deposito, ORI, Pasar Uang). Kelebihan opsi ini adalah menghasilkan return yang lebih tinggi daripada tabungan rencana pendidikan. Misalnya saham yang returnnya diproyeksi mencapai hingga 20% dan reksadana campuran yang diproyeksi mencapai 15%. Namun, sesuai hukum investasi, semakin besar return, resiko yang dikandung dalam sebuah investasi juga semakin besar. Biasanya investasi jenis ini cocok untuk orangtua yang berani menanggung kerugian tinggi dan kondisi finansial yang sudah mapan.
3. Asuransi Pendidikan Unit Link
Banyak nasabah tidak bisa membedakan antara tabungan pendidikan dengan asuransi pendidikan (unit-link). Unit link adalah jenis asuransi yang menawarkan manfaat super lengkap yaitu asuransi jiwa, asuransi kesehatan sekaligus investasi. Dari sini sudah terlihat bahwa tabungan pendidikan dan asuransi pendidikan unit link sangat berbeda bila dilihat dari return (bunga) dan resiko.
Tabungan pendidikan atau tabungan rencana adalah produk bank. Karena itu, tabungan ini dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan. Jika sewaktu-waktu bank collapse, nilai tabungan aman karena ada jaminan dari LPS.
Sementara asuransi unit – link bukan produk yang dikeluarkan atau dijamin oleh bank. Asuransi unit – link adalah produk dari perusahaan asuransi. Bank hanya berperan sebagai agen penjual unit – link. Financial advisors yang duduk di kantor cabang bukan pegawai bank, melainkan pegawai perusahaan asuransi.
Tingkat keuntungan (bunga) tabungan pendidikan itu pasti. Jika bank sudah menetapkan bunga tertentu, maka nasabah akan memperoleh pembayaran bunga sebesar itu. Tidak lebih tidak kurang. Karena sifat bunga yang pasti tersebut, nilai simpanan di tabungan tidak akan pernah berkurang.
Sementara, tingkat keuntungan di asuransi pendidikan unit – link tidak pasti atau tidak dijamin, tergantung kinerja investasi yang dipilih dan risiko investasi. Jika memilih reksadana saham sebagai instrumen investasi, maka fluktuasi harga saham dan gejolak di pasar modal sangat mempengaruhi naik turunnya nilai dana investasi dalam asuransi unit – link.
Karena keuntungan yang tidak pasti, nilai investasi di unit – link bisa turun, tetap atau bertambah. Penurunan terjadi, misalkan, karena kinerja investasi yang sangat buruk sehingga menggerus, tidak hanya keuntungan, tetapi juga modal awal.
Namun, perlu pula dipahami, bahwa asuransi unit – link bisa menghasilkan tingkat keuntungan yang berlipat diatas keuntungan tabungan pendidikan atau rencana. Kalau di tabungan, keuntungan itu pasti, sementara keuntungan di asuransi unit – link bisa tidak terbatas. Disini berlaku hukum, “high risk high return”.
Nilai proteksi asuransi di tabungan pendidikan umumnya lebih rendah dibandingkan unit – link. Kenapa? karena premi untuk proteksi asuransi di tabungan pendidikan umumnya gratis. Bank yang membayar preminya, sehingga jumlah pertanggungan terbatas. Misalnya, produk sebuah tabungan pendidikan hanya mengganti sampai maksimum jumlah setoran tertentu, lebih dari itu tidak diganti. Sementara, proteksi di asuransi pendidikan nilainya boleh dikatakan tidak terbatas. Karena dibayar oleh nasabah sendiri, nilai pertanggungan tergantung kemampuan nasabah membayar premi.
Ada banyak opsi untuk mempersiapkan biaya pendidikan sang buah hati. Mulai dari tabungan pendidikan, investasi finansial atau asuransi pendidikan. Tidak ada yang paling baik dan paling buruk. Semua tergantung tujuan orangtua dalam perencanaannya. Apakah tujuannya dana yang telah dipersiapkan itu dicukupkan untuk membayar secara penuh pendidikan anak di suatu waktu atau hanya untuk tabungan yang meringankan? Apakah hanya untuk tabungan atau sekaligus mencari tambahan dari hasil investasi? Selain itu pemilihan opsi juga tergantung kemampuan finansial dan profil resiko yang dimiliki orangtua.
Untuk saya sendiri, kebetulan saya termasuk orang yang konservatif dan masih awam tentang investasi financial. Saya lebih menyukai hal-hal yang pasti. Jadi, saya lebih memilih tabungan rencana meskipun bunganya rendah dan tidak cukup kuat untuk mengalahkan laju inflasi. Yang terpenting bagi saya adalah hasil yang pasti di akhir periodenya. Saya lebih suka investasi di sektor riil misalnya memulai bisnis kecil-kecilan sembari tetap menyisihkan gaji per bulannya untuk menabung biaya pendidikan anak dimasa mendatang.
Sekali lagi, tak ada yang paling tepat dan tidak tepat. Yang perlu diingat, pertimbangankan secara masak-masak kerugian dan keuntungan dari setiap produk, sesuaikan dengan kebutuhan Anda dan tanyakan sedetail mungkin kepada agen atau customer service tentang produk yang Anda minati. Jangan sampai merasa tertipu hanya karena ada informasi yang Anda tidak tahu. Selamat memilih !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H