Menyingkap Pesan dari Suatu Kejadian
Identitas nasional pada dasarnya merupakan manifesti dari suatu nilai-nilai serta budaya yang tumbuh dan berkembang dalam suatu bangsa. Namun disamping itu harus kita sadari bahwa sejatinya Indonesia merupakan suatu negara yang majemuk dan kaya akan nilai-nilai serta budayanya baik secara bahasa, etnis, agama, ras, maupun tradisi.
Untuk itu Indonesia juga menjunjung konsep Bhineka Tunggal Ika. Oleh karena itu, dapat kita tarik kesimpulan bahwa identitas nasional bangsa Indonesia merupakan hasil penyatuan dari kumpulan identitas-identitas yang berbeda tersebut. Berikut adalah unsur-unsur dari identitas nasional diantaranya yaitu yang pertama adalah suku bangsa, seperti yang kita tahu Indonesia memiliki keanekaragaman suku bangsa yang sangat besar dari sabang hingga merauke.
Kemudian terdapat unsur agama, agama merupakan suatu kepercayan yang dianut dari suatu masyarakat. Indonesia juga memiliki keanekaragaman agama yang dianut dari masyarakatnya. Yang ketiga terdapat bahasa, bahasa digunakan seseorang untuk bisa berkomunikasi dengan orang lain, karena di Indonesia memiliki banyak suku maka bahasa di Indonesia juga beranekaragam.
Untuk itu dalam konteks nasional harus menggunakan bahasa Indonesia sebagai alat pemersatu bangsa. Dan yang terakhir terdapat unsur budaya, karena di Indonesia memiliki wilayah yang luas dan memiliki beranekaragam suku didalamnya tentu sudah semestinya jika budayanya juga sangat beragam. Suku di Papua sudah pasti jauh berbeda dari suku di Kalimantan atau Jawa.
Dalam identitas nasional terdapat beberapa faktor pembetuknya diantaranya primordialisme, praktik keagamaan pemimpin bangsa, sejarah bangsa serta solidaritas organik.
Berbicara mengenai primordialisme, primordialisme sendiri merupakan kecintaan atau fanatisme pada suatu golongan, etnis, atau suku yang sama. Primordialisme ini menyebabkan seseorang cenderung untuk lebih mudah berteman dengan sesama golongannya sehingga dapat membentuk kelompok dari individu-individu dengan karakteristik yang sama yang akan menghasilkan suatu identitas tertentu.
Namun disamping dapat membentuk suatu identitas sikap primordialisme yang terlalu berlebihan dapat menghambat munculnya suatu identitas nasional bangsa.
Seperti pada suatu fenomena sosial perang antar suku yang terjadi di Sentani Papua yang menyebabkan beberapa kerusakan rumah warga serta berkhir dengan penyerangan terhadap aparat TNI-Polri.
Dikutip dari dari Okezone.com pada Senin (20/4/2020). Kejadian tersebut yang pada dasarnya merupakan bentrok antar kedua kampung yakni warga dari kampung Kehiran dan kampung Toware Sentani Papua. Setelah dikaji terlebih dalam ternyata duduk permasalahannya karena sengketa tanah antara kedua kampung tersebut yang sudah berlangsung sejak lama dan telah berlangsung beberapa kali mediasi yang juga melibatkan pihak Dewan Adat Sentani (DAS).
Namun sangat disayangkan ketika kedua kampung tersebut memutuskan untuk tetap melakukan aksi dan berujung pemukulan terhadap Kepala Kampung Kehiran. Dari situlah awal mula bentrok terjadi dan dianggap sebagai aksi balas dendam warga kampung Kehiran terhadap warga Kampung Toware yang dianggap sebagai pelaku pemukulan Kepala Kampung Kehiran. Kedua kampung melakukan aksi dengan membawa beberapa senjata tajam seperti panah, tombak, serta parang.
Menurut Kapolres setempat sebenarnya dari awal munculnya laporan tersebut pihaknya sudah menyiagakan personil sejak pagi untuk menghindarkan dari bentrok antar kedua kampung tersebut, namun karena warga yang mengikuti aksi tersebut lebih banyak maka bentrokkan tidak bisa dihindarkan. "Kita sudah siagakan sekitar 15 personil di lokasi untuk melerai kedua belah pihak untuk melakukan aksi pembalasan. Namun ada sejumlah oknum yang melakukan provokasi sehingga terjadi bentrok. Personil kita yang dilokasi hanya bisa mencegah agar tidak terjadi korban jiwa,” Kapolres Jayapura. Akibat dari bentrokkan tersebut terdapat beberapa rumah warga yang hangus terbakar dan beberapa orang mengalami luka-luka. Kejadian tersebut tidak berhenti begitu saja melainkan masih terdapat bentrok susulan yang berakhir pada penyerangan terhadap aparat TNI-Polri yang berusaha melerai.
Dari fenomena sosial yang terjadi di atas dapat kita simpulkan bahwa sikap primordialisme seseorang yang berlebihan juga akan membahayakan identitas suatu bangsa. Karena akibatnya dapat memecah belah persatuan suatu bangsa. Sikap kecintaan terhadap suatu suku atau golongan yang sama tidak dilarang namun jika berlebihan akan muncul sikap fanatisme serta faham etnosentrisme yang dapat memecah belah kerukunan masyarakatnya. Agar fenomena seperti diatas tidak terulang lagi dan untuk menghindarkan kita dari sikap primordialisme yang berlebihan kita harus mampu menanamkan sikap toleransi dan menghargai terhadap budaya lain sesuai yang tercantum dalam semboyan Bhineka Tunggal Ika. Solusi penyelesaian masalah yang tepat terkait fenomena diatas dapat ditempuh melalui budaya dan adat serta senantiasa menanamkan kembali arti dari semboyan Bhineka Tunggal Ika tersebut. Sebagai negara yang majemuk Indonesia memiliki beranekaragam suku, budaya, ras, serta agama. Dan sudah semestinya kita sebagai warga negara Indonesia harus mampu menciptakan sikap seperti yang tercantum pada sebuah semboyan yaitu Bhineka Tunggal Ika agar dapat mempersatukan seluruh budaya yang dimiliki setiap wilayah menjadi satu kebudayan yang besar yaitu budaya Indonesia. Sehingga akan terbentuk suatu karakter atau ciri khas suatu bangsa yang dinamakan Identitas Nasional Indonesia. Untuk itu sebagai warga negara yang baik kita harus senantiasa tetap menjaga identitas nasional kita agar dapat membentuk suatu persatuan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H