Bagi pelancong yang berkendara  dari Jawa Tengah menuju Jakarta (ke arah Barat) melalui jalan tol, cobalah menepi di Rest Area bersejarah, tepatnya di KM 260 B Banjaratma area Tol Pejagan -- Pemalang, wilayah Kecamatan Bulakamba, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah.  Rest area ini,  sangat  menarik untuk dikunjungi, karena bangunan rest area tersebut merupakan Bangunan bersejarah eks Pabrik Gula di masa Penjajahan Belanda, sehingga menimbulkan kesan iconic  yang sanga eksotis saat memandangnya.Â
Selain itu Rest Area KM 260 B ini juga memiliki fasilitas yang lumayan lengkap, antara lain area parkir luas, toilet umum, ATM center, minimarket, bengkel darurat, dan SPBU. Jika lapar, jangan khawatir Anda juga bisa bersantap di area food court yang lokasinya berada di dalam Gedung. Menu makanan yang tersedia pun bisa dibilang lengkap. Selain makanan cepat saji, di sini Anda juga bisa menemukan masakan khas Brebes seperti telur asin dan kupat glabed.
Dari luar,  bangunan ini  terlihat sangat gagah,  dengan atap yang tinggi, pintu dan jendela berukuran besar dengan lengkungan khas Bangunan Kolonial. Kusen bercat putih. Tembok yang masih berdiri megah sebagian telah terkelupas plesterannya, menampakkan batu bata merah dengan  warna aslinya, seakan menunjukkan kepada semua orang akan  panjangnya perjalanan yang sudah dilaluinya. Saya jamin, kalian akan jatuh cinta dan betah berlama-lama disana.
Apa kata sejarah?
Pabrik Gula Banjaratma atau Suikerfabriek Bandjaratma merupakan perusahaan industri gula yang dibangun pada tahun 1908 oleh Handelsvereniging Amsterdam (HVA) yang merupakan perusahaan perkebunan Belanda berpusat di Amsterdam. Lokasi Pabrik Gula Banjaratma ini terletak di desa Banjaratma, Bulakamba, Brebes, di atas lahan seluas 25 hektar.Â
Namun PG Banjaratma ini baru mulai beroperasi di tahun 1913. Selain bangunan pabrik,  dalam kompleks tersebut juga  berdiri  beberapa  bangunan penunjang lainnya,  antara lain  perumahan pegawai,  rumah administratur pabrik (Besaran), lahan perkebunan tebu dan jalur kereta lori untuk mengangkut tebu,. Secara keseluruhan tata ruang tersebut mendukung proses produksi mulai dari tebu sampai menjadi gula di pabrik tersebut.
Pabrik Gula Banjaratma sempat berhenti beroperasi pada tahun 1932, karena mengalami kekurangan modal, akibat dampak dari Krisis Malaise yang terjadi sekitar tahun 1930-an. Pada saat itu ekonomi dunia mengalami titik kritis yang mengakibatkan beberapa perusahaan gulung tikar. Namun dengan upaya keras, akhirnya beberapa tahun kemudian perusahaan industri gula Banjaratma ini kembali bangkit dan beroperasi kembali.
Pada tahun 1957, perusahaan industri gula Banjaratma ini dinasionalisasi oleh pemerintah Indonesia, hal tersebut menandakan berakhirnya kepemilikan Pabrik Gula Banjaratma dari tangan Belanda yang diserahkan kepada pemerintah Indonesia. Sayang sekali pabrik gula tersebut hanya bisa beroperasi sampai tahun 1997. Pabrik Gula Banjaratma berhenti beroperasi karena kerugian terjadi secara terus menerus, biaya operasional tidak sebanding dengan keuntungan yang diperoleh. Beberapa bagian mesin yang masih dapat digunakan dipindahkan ke pabrik gula lain seperti Pabrik Gula Jatibarang untuk menggantikan kerusakan mesin di pabrik gula tersebut.
 Hampir 20 tahun kompleks pabrik gula ini terbengkalai sehingga memberikan kesan angker. Sebagaian besar bangunan pabrik dan rumah karyawannya banyak menggalami kerusakan. Keberadaan proyek pembangunan Tol Trans-Jawa sudah pasti  berdampak juga pada PG Banjaratma ini, saat itu area pabrik hampir tergusur oleh proyek jalan Tol. Namun bangunan PG Banjaratma yang termasuk cagar budaya dan memiliki nilai sejarah ini berhasil dipertahankan lalu  pada akhirnya disulap menjadi sebuah rest area yang sangat iconic pada Mei 2018, Dan pada akhirnya dioperasikan mulai tanggal  17 Maret 2019, oleh PT. PP Sinergi Banjaratma.
Spot Keren Di Luar Gedung
Kita mulai eksplor dari luar Gedung.  Di sisi kiri luar gedung, traveler bisa melihat bekas lokomotif uap jadul, tertera buatan tahun 1929 yang dahulu digunakan untuk mengangkut tebu. Lokomotif uap pengangkut tebu ini  didatangkan dari PG Jatibarang. Sudah tak berfungsi, tapi kehadirannya menjadi pengingat akan masa kejayaan pabrik gula sekaligus spot keren untuk berfoto bagi kaum milenial maupun pengunjung lainnya. Â
Di sebelah lokomotif, terdapat sepetak tanah yang ditanami pohon tebu. Sepertinya pengelola ingin mengenalkan sejarah pabrik gula secara lengkap disini, dengan menanam pohon tebu dengan jenis tebu yang dulu digunakan sebagai bahan baku pembuatan gula.
Satu lagi tempat keren yang bisa dijadikan tempat berfoto, yaitu Mesjid As Syafar.. Meskipun  Mesjid ini termasuk baru dan bukan bagian dari gedung bersejarah tapi bentuk Mesjid ini cukup unik, jadi  selain untuk tempat  beribadah, Mesjid  ini juga bisa jadi spot cantik untuk berfoto ria.
Spot Untuk Anak-anak
Pengunjung yang membawa anak kecil, jangan khawatir disana juga terdapat wahana bermain dan belajar untuk anak. Yang pertama adalah Wahana Serodotan Donat, lokasinya tepat seberang Lokomotif. Bermain di Perosotan Raksasa ini sangat mengasyikan, anak-anak bisa bermain perosotan dan boleh didampingi orangtuanya. Â Yang Kedua, adalah taman dan Kebun Binatang Mini.Â
Di fasilitas taman botani terdapat berbagai macam tumbuhan dan tanaman hias.  Sedangkan di kebun binatang mini Anda bisa  menemukan satwa seperti burung dara dan kelinci. Spot ini sangat cocok untuk dijadikan lahan wisata edukasi anak-anak. Sambil beristirahat, Anda bisa mengenalkan satwa dan tumbuhan yang ada kepada anak-anak.
Mengenal Lebih Dalam
Yang tersisa dari Bangunan Utama Pabrik Gula tersebut tidak lah banyak, hanya tembok-tembok utama dengan gaya bata ekspos (atau lebih tepatnya sudah terkikis plesterannya) dan struktur fondasi ketel uap serta penyangga mesin-mesin giling didalamnya. Seluruh mesin dan peralatan produksi PG Banjaratma itu sudah lama hilang atau dipindahkan ke pabrik gula lain. Bahkan sebuah lokomotif uap pengangkut tebu yang dipajang di pelataran halaman gedung utama juga didatangkan dari PG Jatibarang .
 Jika kita masuk melalui Pintu Utara, maka kita akan disuguhi pemandangan yang tidak biasa, karena di area dinding bagian dalam terdapat akar pohon yang dibiarkan tumbuh merambat pada dinding tersebut. Melihat tinggi dan besarnya akar pohon tersebut, bisa dipastikan usia pohon tersebut sudah sangat tua dan membuat kesan angker bagi yang memandangnya.Â
Tetapi kesan angker itu akan berubah, saat pandangan mata kita menuju ke arah dalam. Di sebelah kanan bagian dalam, kita akan disuguhi puluhan lukisan Indah karya pelukis lokal, lalu di dinding bagian kirinya terdapat papan informasi yang berisi dari informasi seputar Gedung ini.Â
Melangkah lebih dalam terdapat sentra oleh-oleh khas daerah setempat, seperti Bawang Brebes, Bawang Goreng Brebes, Â Telur Asin Khas Brebes, Tape Ketan, dan berbagai macam keripik serta makanan khas lainnya. Tepat saat kita masuk terdapat sebuah both yang menjual buku bacaan dengan harga yang lumayan miring. Buku yang dijual cukup lengkap mulai dari Buku-buku Agama, novel, buku resep sampai kamus pun ada.
Lebih jauh melangkah ke dalam, kita akan disuguhi pemandangan yang luar biasa, perpaduan antara suasana retro dan suasana modern. Dinding gedung dibiarkan seperti keadaan aslinya, sebagian besar terkelupas plesterannya menampakkan batu bata merah, kesannya seperti gaya bata ekspose. Tapi justru itulah yang menambah keren tampilannya. Dan  mesin-mesin bekas alat pengolah tebu pun dibiarkan seperti keadaan aslinya. Menambah nuansa kolonial dan retro bertambah kental.
Pada sisi kanan berderet bermacam-macam resto yang menawarkan berbagai sajian. Mulai dari yang modern seperti Ayam Goreng Kentucy, sampai yang tradisional seperti nasi gudeg dan lain-lain. Sisi kiri mata kita akan dimanja dengan both kerajian dan  butik yang menjual berbagai macam model baju, kebanyakan sih batik. Bahkan tempat ngopi keren pun ada disini. Tepat di  bagian tengah gedung terdapat ruang yang dulunya berfungsi sebagai tempat proses penguapan (Evaporation).Â
Bentuknya seperti lorong dengan jendela-jendela berbentuk lengkung. Agak ke dalam lagi, kita akan menjumpai Mesin pengolah tebu. Dari cetakan mesinnya tertera mesin tersebut dibuat pada tahun 1906. Walaupun bentuk mesin sudah tidak utuh lagi, namun mesin bercat merah dan biru tersebut masih terlihat gagah berdiri disana. Berfoto disini, keren deh.
Melangkah lebih jauh ke pintu keluar sisi kiri, kita akan disuguhi pemandangan eksotis lainnya, yaitu sebidang dinding yang hampir runtuh dengan pandangan luas ke arah luar. Inilah tempat favorit saya. Duduk-duduk di anak tangga gedung sambil memandang dinding bersejarah yang hampir runtuh, dan di seberangnya terdapat  halaman yang luas, ditemani secangkir kopi hangat dan dibelai angin sepoi-sepoi, tak ketinggalan kicauan burung yang kembali ke sarang, di sore hari yang redup adalah pengalaman yang sangat mengesankan bagi saya dan pasangan. Mau coba?
Daftar Pustaka
- Wikipedia Bahasa Indonesia
- "Pabrik Gula Banjaratma, Jejak Sukses Belanda dalam Teknologi Mesin Uap" Penulis Abdul Malik Mubarok, SINDOnews.com pada Minggu, 20 Januari 2019 https://daerah.sindonews.com/berita/1371982/29/pabrik-gula-banjaratma-jejak-sukses-belanda-dalam-teknologi-mesin-uap
- "Membingkai Jejak Masa Lalu, Pabrik Gula Banjaratma (Penulis @wd_HI KPKNL Tegal)
Diolah dari hasil liputan Sulis Juniarti S. & Aziz Kurniawan staf handal KPKNL Tegal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H