Jika kita masuk melalui Pintu Utara, maka kita akan disuguhi pemandangan yang tidak biasa, karena di area dinding bagian dalam terdapat akar pohon yang dibiarkan tumbuh merambat pada dinding tersebut. Melihat tinggi dan besarnya akar pohon tersebut, bisa dipastikan usia pohon tersebut sudah sangat tua dan membuat kesan angker bagi yang memandangnya.Â
Tetapi kesan angker itu akan berubah, saat pandangan mata kita menuju ke arah dalam. Di sebelah kanan bagian dalam, kita akan disuguhi puluhan lukisan Indah karya pelukis lokal, lalu di dinding bagian kirinya terdapat papan informasi yang berisi dari informasi seputar Gedung ini.Â
Melangkah lebih dalam terdapat sentra oleh-oleh khas daerah setempat, seperti Bawang Brebes, Bawang Goreng Brebes, Â Telur Asin Khas Brebes, Tape Ketan, dan berbagai macam keripik serta makanan khas lainnya. Tepat saat kita masuk terdapat sebuah both yang menjual buku bacaan dengan harga yang lumayan miring. Buku yang dijual cukup lengkap mulai dari Buku-buku Agama, novel, buku resep sampai kamus pun ada.
Lebih jauh melangkah ke dalam, kita akan disuguhi pemandangan yang luar biasa, perpaduan antara suasana retro dan suasana modern. Dinding gedung dibiarkan seperti keadaan aslinya, sebagian besar terkelupas plesterannya menampakkan batu bata merah, kesannya seperti gaya bata ekspose. Tapi justru itulah yang menambah keren tampilannya. Dan  mesin-mesin bekas alat pengolah tebu pun dibiarkan seperti keadaan aslinya. Menambah nuansa kolonial dan retro bertambah kental.
Pada sisi kanan berderet bermacam-macam resto yang menawarkan berbagai sajian. Mulai dari yang modern seperti Ayam Goreng Kentucy, sampai yang tradisional seperti nasi gudeg dan lain-lain. Sisi kiri mata kita akan dimanja dengan both kerajian dan  butik yang menjual berbagai macam model baju, kebanyakan sih batik. Bahkan tempat ngopi keren pun ada disini. Tepat di  bagian tengah gedung terdapat ruang yang dulunya berfungsi sebagai tempat proses penguapan (Evaporation).Â
Bentuknya seperti lorong dengan jendela-jendela berbentuk lengkung. Agak ke dalam lagi, kita akan menjumpai Mesin pengolah tebu. Dari cetakan mesinnya tertera mesin tersebut dibuat pada tahun 1906. Walaupun bentuk mesin sudah tidak utuh lagi, namun mesin bercat merah dan biru tersebut masih terlihat gagah berdiri disana. Berfoto disini, keren deh.
Melangkah lebih jauh ke pintu keluar sisi kiri, kita akan disuguhi pemandangan eksotis lainnya, yaitu sebidang dinding yang hampir runtuh dengan pandangan luas ke arah luar. Inilah tempat favorit saya. Duduk-duduk di anak tangga gedung sambil memandang dinding bersejarah yang hampir runtuh, dan di seberangnya terdapat  halaman yang luas, ditemani secangkir kopi hangat dan dibelai angin sepoi-sepoi, tak ketinggalan kicauan burung yang kembali ke sarang, di sore hari yang redup adalah pengalaman yang sangat mengesankan bagi saya dan pasangan. Mau coba?