Mohon tunggu...
Dad Murniah Nia Samsihono
Dad Murniah Nia Samsihono Mohon Tunggu... Editor - penulis

hobi membaca, menulis, menyanyi, menanam pohon, tanaman bunga, dan sayuran.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Hujan

2 Desember 2024   12:26 Diperbarui: 2 Desember 2024   13:51 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Langit menangis dalam sepi yang tak terucap

air matanya jatuh menggenangi permukaan bumi

angin bertiup berderak menabrak benda yang ada

pepohonan menggigil kedinginan dan kuyup

--

suara gemuruh guruh di kejauhan

seakan mengejar angin yang berlari kencang

deras hujan mengetuk genting bertalu-talu

seperti tangan asing yang tak pernah ada

--

di bawah pohon terlihat kucing meringkuk

tak dapat lagi kakinya melangkah sebab gelegar mencegah

tak dapat ia menerjang badai yang datang tanpa jeda

kepasrahan pada alam telah menyadarkan segala

--

Jakarta, 2 Desember 2024

Nia Samsihono

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun