Mohon tunggu...
Nia Aniati
Nia Aniati Mohon Tunggu... Guru - Penulis, pendidik, ibu rumah tangga

Mengajari anak-anak adalah tanggung jawabku

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kisah Anggora dan Sahabatnya

7 Januari 2021   08:03 Diperbarui: 7 Januari 2021   08:06 1444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: ekor9.com via pinterest.com

(Cerita fabel memang sangat menarik untuk dituliskan. Selalu saja ada kisah unik dari para binatang yang di sekitar kita. Semua cerita fabel yang ada dalam kisah ini hanyalah fiksi belaka. Jadi, bagi siapa pun yang membaca cerita ini tidak perlu baper yang berlebihan. Yang paling penting adalah semoga bisa diambil hikmah dan pelajarannya, ya. Terima kasih..)

Di depan sebuah rumah yang tidak berpagar, tampak sebuah kandang bagus dan lengkap dengan berbagai aksesorisnya. Di dalam kandang tersebut ada seekor kucing jenis anggora cantik yang sedang melamun. Entah apa yang dipikirkan oleh kucing anggora tersebut? Pasir-pasir mainan kesukaannya dan makanan favorit yang ada dihadapannya, dia abaikan begitu saja.

Tidak lama kemudian, datang seekor kucing jantan menghampirinya. Tampaknya, kucing jantan itu sangat peka dengan kondisi si kucing anggora saat ini.

"Hai, Cantik! Kenapa melamun?" goda kucing jantan.

Kucing anggora tetap diam dan tidak menaggapi pertanyaan kucing jantan.

"Kok diam saja, sih. Jadinya jelek tahu," goda kucing jantan sambil tertawa.

Kucing anggora tetap bergeming, dia merasa terganggu dengan kedatangan kucing jantan. Kucing anggora akhirnya berbaring sambil membelakangi kucing jantan.

"Ternyata lagi ngambek. Ya sudah, aku tinggalkan saja," gerutu kucing jantan.

Saat kucing jantan membalikkan badan hendak meninggalkan kucing anggora, tiba-tiba ada suara yang menahannya.

"Tunggu!" cegah kucing anggora.

"Maafkan aku karena telah mengabaikanmu," sesal kucing anggora.

"Padahal, selama ini kamu satu-satunya teman baikku," tambah anggora.

Kucing jantan menghentikan langkahnya, dia kemudian berbalik dan melihat posisi kucing anggora sudah berdiri lagi di kandang mewahnya.

"Apa masalahmu Anggora? Kenapa kamu terlihat sedih dan murung?" tanya kucing jantan.

"Jantan, keluarkan aku dari kandang ini!" pinta Anggora. Kucing jantan merasa terkejut dengan permintaan aneh Anggora.

"Kamu punya masalah apa dengan majikanmu? Apa dia menyiksamu?" tanya kucing jantan khawatir.

Kucing anggora menggeleng.

"Lalu?" tanya kucing jantan penasaran.

"Aku ingin hidup bebas sepertimu," lirih kucing anggora.

"Ha ha ha ha," Kucing jantan tertawa lepas.

Merasa ditertawakan, akhirnya kucing anggora kembali murung dan cemberut.

"Yang benar saja Anggora? Apa kamu sanggup tinggal di alam bebas sepertiku? Apa kamu sudah siap meninggalkan semua kemewahan yang majikanmu berikan kepadamu?" kucing jantan mencecar pertanyaan meyakinkan keinginan kucing anggora.

"Aku sudah sangat bosan dengan kehidupanku selama ini. Aku ingin hidup bebas sepertimu," ucap kucing anggora.

"Kamu enak, bisa pergi kemana saja yang kamu mau. Kamu juga bisa memakan apa saja yang kamu suka. Bukankah permainan di luar sana lebih banyak dan menantang. Bisa berlari, memanjat pohon dari atap rumah, mengejar tikus dan memakannya. Aku juga ingin punya banyak teman seperti apa yang selalu kamu ceritakan." Anggora mengutarakan semua isi hatinya pada kucing jantan sambil menangis.

 Kucing jantan mendengarnya dengan penuh iba, selama ini dia selalu menemani kucing anggora jika majikannya tidak bersamanya. Kucing jantan selalu bercerita banyak hal tentang apa yang dia alami dan menceritakan semua kehidupan di luar kandang. Dia tidak pernah menyangka kalau ternyata kucing anggora merasa tertarik dengan ceritanya sehingga ingin ikut hidup bebas bersamanya. Kucing jantan merasa senang dengan keinginan kucing anggora. Dia membayangkan akan sangat bangga jika kucing anggora yang cantik ini terus mengikutinya dan pergi bersamanya. Kucing jantan berpikir bahwa dia akan menjadi kucing yang paling beruntung dan teman-teman jantan yang lainnya akan merasa iri padanya. Dia kembali tertawa mengingat semua khayalannya.  

"Asal kamu tahu Anggora, kehidupan bebas yang aku jalani tidak seasyik yang kamu pikirkan," ucap Kucing Jantan.

Kucing jantan tidak pernah menyangka jika ucapan ini akan terlontar dari mulutnya. Sebenarnya dia merasa berat mengatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan isi hatinya.

"Aku takut kamu tidak akan bisa menghadapi kerasnya alam bebas sehingga kamu akan menyesal nantinya. Sebaiknya kamu tetap tinggal dikandangmu dan juga majikan baikmu. Hidupmu sudah sangat enak, Anggora," kata kucing jantan.

"Aku bosan tinggal di kandang ini, Jantan," tegas kucing anggora tidak mau kalah.

"Dasar wanita, selalu keukeuh kalau punya keinginan," gerutu kucing jantan dalam hati.

"Anggora! Dengarkan aku baik-baik!" tegas kucing jantan.

"Seharusnya kamu bersyukur memiliki kandang dan tempat tidur, sehingga kamu bisa selalu tidur dengan nyaman. Sementara di luar sini, kami para kucing liar terpaksa harus tidur dimana saja tanpa alas. Sekalinya kami ingin tidur di sofa yang empuk, manusia selalu mengusir kami. Mereka tidak segan untuk memukul kami jika kami tidak mau pergi. Kamu juga harus bersyukur bisa selalu makan enak setiap waktu, kapanpun kamu mau. Sementara di luar sini, kami harus berjuang mencari makan. Sekalinya kami mau makan enak, kami harus menunggu manusia untuk melempar tulang daging dan ikan sisa mereka. Kamu tahu? Demi mencari makan, kami harus merasakan sakit dilempari batu atau sandal jika kami ketahuan mengambil sedikit saja makanan manusia. Selama ini, kamu tidak pernah tahu kalau manusia itu tidak semuanya baik pada kami bangsa kucing liar. Mereka selalu merasa terganggu dengan keberadaan kami. Bahkan manusia tidak segan-segan memasukkan kami ke dalam karung dan melempar kami kemana saja yang mereka mau. Beruntung jika manusia melepas ikatan karung itu, sehingga kami masih bisa berlari dan tetap hidup. Tetapi jika karung itu tidak mereka lepas ikatannya, kami akan mati di dalam sana," jelas kucing jantan.

Dia menceritakan semua isi hatinya sambil menunduk tidak berani menatap kucing anggora. Pada kalimat terakhir,  kucing jantan tidak bisa menahan tangisnya membayangkan betapa ngerinya jika dia harus mati di dalam karung. 

Selama ini dia tidak pernah menceritakan kerasnya kehidupan liar pada kucing anggora. Barulah sekarang kucing jantan berani menceritakan kepahitan yang pernah dia alami agar kucing anggora menghentikan keinginan bodohnya untuk meninggalkan kandangnya.

"Anggora, terima nasibmu sebagai kucing peliharaan manusia. Hampir kebanyakan anusia akan menyukaimu sehingga kamu tidak akan pernah merasa susah. Anggora, tidak akan semudah itu kamu meninggalkan kandangmu dan hidup bebas bersamaku. Jikapun kamu berhasil keluar dari kandang ini, aku yakin manusia akan tetap mengejar dan menangkapmu sehingga kamu akan kembali masuk ke kandang lagi. Manusia tidak akan membiarkan kucing Anggora cantik sepertimu hidup di alam bebas," pungkas kucing jantan.

Kucing anggora merasa sedih mendengar semua penjelasan kucing jantan. Dia tidak pernah menyangka betapa kerasnya kehidupan yang dijalani oleh sahabatnya.

"Jadi selama ini kamu telah membohongiku, Jantan?" tanya kucing anggora.

"Maafkan aku, Anggora. Aku tidak ingin membuatmu sedih," ungkap kucing jantan.

Akhirnya mereka terdiam sesaat, larut dengan pikirannya masing-masing.

Tiba-tiba, pintu rumah terbuka dan tampak majikan kucing anggora sedang menyapu rumah dan membuang sampah-sampah debu keluar. Melihat ada kucing jantan di depan kandang Anggora miliknya, spontan majikan  tersebut mengusir kucing jantan itu sambil mengacung-acungkan sapu yang dipegangnya. Kucing jantan tetap diam saja tidak takut dengan ancaman majikan kucing anggora.

"Buk!" Satu lemparan sendal berhasil mengenai kepala Kucing Jantan.

Akhirnya, kucing jantan berlari meninggalkan kucing anggora yang meronta-ronta ingin keluar dari kandangnya.

"Anggora, jangan bersedih! Nikamti saja hidupmu!" teriak kucing jantan.

Anggora merasa tidak terima atas perlakuan majikannya terhadap kucing jantan sahabatnya. Dia berlari kesana kemari di dalam kandangnya yang sempit.

"Dasar kucing jantan penggangu," gerutu majikan kucing anggora.

"Anggora sayang, sebaiknya kamu saya simpan di dalam rumah saja, ya. Dengan begitu, tidak akan ada satu hewan pun yang berani mengganggumu lagi," ucap majikan tersebut sambil mengelus-elus bulu kucing anggora.

Mendengar ucapan majikannya, kucing anggora menangis dan meronta-ronta. Seandainya saja dia bisa berbicara dengan majikannya, tentu saja dia akan menolak keinginan majikannya tersebut. 

Tetapi apalah daya, dia hanya seekor kucing yang harus mengikuti semua keinginan majikannya. Satu hal yang dia ingat dari kucing jantan sahabatnya adalah bahwa hidup itu harus dinikamti dan disyukuri. Hal itulah yang akhirnya membuat kucing anggora tetap bertahan di dalam kandangnya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun