Dia menceritakan semua isi hatinya sambil menunduk tidak berani menatap kucing anggora. Pada kalimat terakhir, Â kucing jantan tidak bisa menahan tangisnya membayangkan betapa ngerinya jika dia harus mati di dalam karung.Â
Selama ini dia tidak pernah menceritakan kerasnya kehidupan liar pada kucing anggora. Barulah sekarang kucing jantan berani menceritakan kepahitan yang pernah dia alami agar kucing anggora menghentikan keinginan bodohnya untuk meninggalkan kandangnya.
"Anggora, terima nasibmu sebagai kucing peliharaan manusia. Hampir kebanyakan anusia akan menyukaimu sehingga kamu tidak akan pernah merasa susah. Anggora, tidak akan semudah itu kamu meninggalkan kandangmu dan hidup bebas bersamaku. Jikapun kamu berhasil keluar dari kandang ini, aku yakin manusia akan tetap mengejar dan menangkapmu sehingga kamu akan kembali masuk ke kandang lagi. Manusia tidak akan membiarkan kucing Anggora cantik sepertimu hidup di alam bebas," pungkas kucing jantan.
Kucing anggora merasa sedih mendengar semua penjelasan kucing jantan. Dia tidak pernah menyangka betapa kerasnya kehidupan yang dijalani oleh sahabatnya.
"Jadi selama ini kamu telah membohongiku, Jantan?" tanya kucing anggora.
"Maafkan aku, Anggora. Aku tidak ingin membuatmu sedih," ungkap kucing jantan.
Akhirnya mereka terdiam sesaat, larut dengan pikirannya masing-masing.
Tiba-tiba, pintu rumah terbuka dan tampak majikan kucing anggora sedang menyapu rumah dan membuang sampah-sampah debu keluar. Melihat ada kucing jantan di depan kandang Anggora miliknya, spontan majikan  tersebut mengusir kucing jantan itu sambil mengacung-acungkan sapu yang dipegangnya. Kucing jantan tetap diam saja tidak takut dengan ancaman majikan kucing anggora.
"Buk!" Satu lemparan sendal berhasil mengenai kepala Kucing Jantan.
Akhirnya, kucing jantan berlari meninggalkan kucing anggora yang meronta-ronta ingin keluar dari kandangnya.
"Anggora, jangan bersedih! Nikamti saja hidupmu!" teriak kucing jantan.