Mohon tunggu...
Ni Luh Intan
Ni Luh Intan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Antropologi Universitas Airlangga

mahasiswa tingkat akhir yang sedang belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mudik Lebaran dan Aktivitas Bisnis ala Rumah Makan J-Star di Kabupaten Probolinggo

30 Mei 2023   12:00 Diperbarui: 7 Juni 2023   14:47 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagi sebagian masyarakat, lebaran selalu identik dengan tradisi mudik ke kampung halaman untuk bisa berkumpul dengan sanak saudara. Namun, sebagian masyarakat lainnya, mudik juga dimaknai sebagai momentum untuk mencoba makanan-makanan khas saat lebaran. Makanan memang tidak dapat terlepas dalam kehidupan sosial masyarakat, sama halnya saat momentum lebaran. 

Ketika momentum lebaran ada jenis-jenis makanan yang selalu hadir untuk melengkapi momentum tersebut, misalnya pada masyarakat DKI Jakarta etnis Betawi, mereka memiliki 23 jenis kuliner yang selalu hadir untuk melengkapi kegiatan religi, seperti lebaran, misalnya sayur godok, semur daging, rendang betawi, ayam sempyok, wajik, serta kolang kaling (Untari, 2018:317). Bagi pemudik yang tidak dapat menyempatkan waktunya untuk memasak makanan khas lebaran, terkadang mereka mengusahakan untuk membeli makanan di rumah makan yang mereka lewati saat sedang melakukan perjalanan mudik.

Bagi para pelaku bisnis kuliner, baik di kota-kota besar atau pun daerah-daerah, momentum lebaran bisa menjadi peluang bisnis bagi mereka. Bahkan tidak jarang, ada para pelaku bisnis kuliner yang menambahkan produk jualan, yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat di masa lebaran, misalnya saat lebaran orang-orang memilih untuk memasak masakan rumahan, sehingga mereka membutuhkan bumbu-bumbu sebagai bahan untuk memasak.

Membuka bisnis kuliner di luar kota merupakan tantangan besar bagi para pelaku bisnis kuliner. Para pelaku bisnis kuliner di luar kota, perlu memperhatikan lokasi yang strategis agar tempat usaha mereka dapat dilihat oleh para pengendara dari luar kota.

Lokasi yang sering dilewati oleh banyak orang atau lokasi padat penduduk merupakan lokasi yang strategis untuk mendirikan usaha agar bisa menarik perhatian konsumen untuk datang  (Cahyaningrum, 2022:1). Selain itu, pemilihan produk yang dijual juga mempengaruhi keputusan pengunjung untuk membeli produk tersebut. Kemudian yang terpenting ketika membuka bisnis kuliner di luar kota, yaitu para pelaku bisnis kuliner yang bisa melihat adanya peluang bisnis di momen-momen hari libur dan hari raya.

Kaitan antara mudik lebaran, bisnis makanan di masa lebaran, serta etnisitas

Mudik lebaran tidak mengenal etnis, agama, gender atau kelas tertentu dalam pelaksanaannya. Tujuan mereka sama, yaitu melakukan perjalanan ke kampung halaman atau daerah tempat asal. Pemudik lebaran dapat datang dari berbagai daerah dengan membawa pengalaman dan budaya mereka masing-masing. Lalu apa kaitannya antara mudik lebaran, bisnis makanan di masa lebaran, serta etnisitas?

Menurut Robert W. Hefner (2000 dalam Farid 2018), keberhasilan dan kegagalan dalam pasar berkaitan dengan variabel-variabel sosial dan budaya dan segala aktivitas manusia didalamnya. Budaya pasar yang digambarkan Robert W. Hefner berupa nilai-nilai moral, politik, serta organisasi sosial yang mempengaruhi aktivitas pasar di Asia.

Dari sudut pandang pelaku bisnis, budaya pasar sangat penting dijadikan sebagai acuan untuk melihat tren-tren pasar yang berkembang mengikuti aktivitas sosial dan budaya masyarakat. Memperhatikan simbol-simbol ekonomi yang terkesan canggih seperti dalam pembuatan kebijakan, misalnya suplai uang, tingkat suku bunga nilai tukar, dan biaya regulasi yang tidak efisien itu tidak lah cukup. Melainkan perlu mencoba menganalisis pasar dalam kaitannya dengan budaya dalam masyarakat, termasuk berdasarkan agama, etnis, jenis kelamin, serta kelas (Hefner, 2000:4).

Aktivitas budaya yang khas di Indonesia terkait dengan pulang kampung, yaitu mudik lebaran. Ketika mudik lebaran, seorang pemudik setelah melakukan aktivitas berkendara selama beberapa jam membutuhkan waktu untuk mengisi perut dan beristirahat sebentar di tempat istirahat atau di rumah makan. Pemudik yang datang dari berbagai daerah memiliki perbedaan dengan selera makan, tergantung dari pengalaman dan budaya yang mereka bawa.

Bagi para pelaku bisnis makanan, mereka tidak bisa hanya mengandalkan satu jenis masakan yang disajikan kepada para pengendara atau pemudik yang datang dari berbagai daerah ini. Oleh karena itu, menyajikan variasi menu makanan, misalnya dengan konsep makanan khas jawa dan makanan khas cina dilakukan agar kebutuhan pangan para pemudik dari berbagai daerah ini bisa terpenuhi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun