Mohon tunggu...
Ni Made Susanti
Ni Made Susanti Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa Pascasarjana Pendidikan IPA, Universitas Pendidikan Ganesha /Guru IPAS di SMK Negeri 2 Kintamani

Saya memiliki motivasi yang tinggi dalam mengembangkan kompetensi saya sebagai guru

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pengertian, Cabang, dan Karakteristik Filsafat, Serta Aspek Ontologi, Estimologi, dan Aksiologi

19 September 2023   03:00 Diperbarui: 19 September 2023   03:01 823
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 3.1. Pilar Filsafat ilmu. Sumber: (The Brundtland Comission of The United Nations) 

A. Pengertian dan Cabang-Cabang Filsafat

Manusia sebagai mahluk individu maupun sosial ingin menjalani hidupnya di jalan yang baik dan benar. Kebaikan dan kebenaran tersebut relative tergantung dari patokan yang mendasari individu maupun sekelompok masyarakat tertentu dalam memandang hal tersebut. Manusia secara individu maupun berkelompok berfilsafat dalam mencari suatu kebenaran dalam hidupnya. Berbagai hal yang terjadi di muka bumi ditelusuri sebab-akibat, asal-muasalnya oleh para ahli filsafat

Filsafat merupakan suatu kata yang berasal dari Bahasa Yunani yang merupakan penggabungan dari kata “Philos” memiliki arti cinta dan “Sophia” memiliki arti kebenaran, kebijaksanaan. Philosopia memiliki arti cinta terhadap kebenaran maupun kebijaksanaan.  Filsafat yaitu pencarian suatu kebenaran yang dapat kita jadikan pedoman dalam kehidupan. Filsafat mempunyai tujuan untuk memahami diri sebagai manusia baik dalam hal budaya, ilmu pengetahuan, maupun ideologinya.

Filsafat mengkaji yang mana dikatakan benar dan yang salah, yang dianggap baik dan buruk, serta yang bagus dan jelek. Dari ketiga hal tersebut, bertambah lagi kajian filsafat yaitu teori tentang “ada” (zat, pikiran, dan kaitan antara zat dan pikiran), “politik” (tentang organisasi pemerintahan). Semua kajian-kajian di atas berkembang menjadi cabang-cabang filsafat yang mengkaji tentang filsafat ilmu.

Adapun cabang-cabang dari filsafat yaitu ;

1. Filsafat Metafisis. Filsafat ini sangat sukar dipahami. Filsafat ini mengkaji tentang :a) Kosmology yaitu semua yang ada di alam semesta, asal-usul dan unsur pembentuk alam semesta. b) Humanology yaitu tentang hakikat manusia, hubungan jiwa dan tubuh manusia, kebebasan dan keterbatasan manusia. c) Teologi yaitu pendekatan akal budi tentang Tuhan

2. Filsafat Epistemologi. Filsafat ini mempelajari tentang hakikat dan lingkup pengetahuan. Epistemologi memiliki 3 aliran yaitu a) Empirisme yaitu pengetahuan diperoleh melalui pengalaman. b) Rasionalisme yaitu pengetahuan diperoleh melalui akal. c) Idealisme yaitu hakikat dipahami melalui jiwa dan roh

3. Filsafat Metodologis. Filsafat ini mempelajari tentang banyak metode, diantaranya; a) Metode ilmu mengkaji tentang metode ilmiah. b) Metode filsafat mengkaji tentang metode filsafati. c) Metode logika mengkaji tentang deduksi (salah satu cara dalam menarik kesimpulan)

4. Filsafat Logika. Filsafat ini mempelajari tentang logika agar seseorang dapat membedakan penalaran yang benar dan penalaran tidak benar.

5. Filsafat Etis. Filsafat ini mempelajari tentang moralitas dan etika. Adapun 3 bidang moralitas dan etika yaitu; a) Etika deskriptif berisi tentang moral yang mana dijadikan pegangan dalam menuntun hidup manusia sebagai mahluk individu maupun bermasyarakat. b) Etika normative berisi tentang prinsip moral yang harus dilaksanakan. c) Meta etika berisi tentang konsep benar tidaknya suatu etika melalui menganalisa, mengartikan konsep tindakan tersebut, bahasa yang digunakan, dan cara berpikir.

6. Filsafat Estetis. Filsafat estetis mengkaji tentang keindahan. Ada 3 macam persoalan estetis yaitu pengalaman estetis, seni, dan perilaku seniman.

B. Ada beberapa cabang filsafat berdasarkan penerapannya yaitu

1. Filsafat Pendidikan. Filsafat ini menghasilkan pemikiran manusia baik itu mengenai realitas, pengetahuan, maupun nilai. Filsafat ini terdiri dari 2 kelompok yaitu; a) Filsafat Pendidikan progresif yang didasari oleh filsafat pragmatisme. b) Filsafat Pendidikan konservatif yang didasari oleh filsafat idealisme, realisme, humanisme, dan supernaturalisme

2. Filsafat Hukum. Filsafat ini menjadikan hukum sebagai objek yang dipelajari. Filsafat ini merupakan salah satu bagian dari teori hukum. Sehingga filsafat ini berbeda dengan teori hukum dan bukan cabang dari ilmu hukum.

3. Filsafat Ilmu. Filsafat ini mengkaji tentang pembandingan ilmu masa lampau dan masa sekarang melalui fakta ilmiah.

4. Filsafat Sejarah. Filsafat ini mengkaji tentang perkembangan manusia sebagai mahluk sosial

5. Filsafat Kebudayaan. Filsafat ini berperan penting dalam mengarahkan manusia berkembang untuk mencapai tujuan akhir hidupnya.

6. Filsafat Politik. Filsafat ini mengkaji tentang bagaimana mengatur kehidupan manusia yang seimbang mencakup tata politik, bentuk negara, pengaturan pajak, dan ekonomi.

7. Filsafat Agama. Filsafat agama mengkaji ilmu yang bersifat deskriptif diantaranya ilmu antropologi budaya, sosiologi agama, dan psikologi agama. Filsafat agama memfokuskan agama sebagai objek pemikiran dari filsafat ini. Filsafat ini menggali tentang hubungan antara Tuhan, manusia, dan dunia, akal budi dan wahyu, pengetahuan dan iman, baik dan jahat, mitos dan lambang, kerasionalan iman pada Tuhan, dan theodicea.

8. Filsafat Kesenian. Filsafat ini menjelaskan seluk beluk kesenian dan berkaitan dengan moralitas, lingkungan hidup, pendidikan, pergaulan, dan realita kehidupan.

9. Filsafat Bahasa. Filsafat ini mengkaji tentang Bahasa sebagai alat dasar dan utama dari filsafat.

C. Karakteristik Filsafat

Ciri-ciri filsafat dibagi menjadi 3 karakteristik yaitu ekstensif, intensif, dan kritis (Zainal, 2014). 1) Ekstensif: seiring dengan adanya perubahan-perubahan, filsafat ini lebih mengajak manusia fokus terhadap pengalamannya sebagai indivu serta menempatkannya pada segala aspek maupun dimensi kemanusiaan. 2) Intensif: filsafat ini menggali tentang inti, hakikat, esensi, akar, maupun struktur dasar yang melandasi kenyataan yang ada. Segala sesuatu baik itu kepercayaan ataupun kebiasaan yang ada tidak diterima begitu saja, namun dipertimbangkan secara rasional. 3) Kritis : dalam menjalani kehidupan, banyak timbul pertanyaan yang belum ada kepastian terhadap kebenaran jawaban atas pertanyaan. Meski demikian, filsafat dapat meningkatkan pengetahuan kita tentang apa sesungguhnya hal tersebut. Pada karakteristik kritis ini merupakan penggabungan ciri antara ekstensif dan intensif dengan metode sintesa dan refleksi.

Karakteristik tertentu dihasilkan dari cara berpikir seseorang (Idris dan Ramli, 2016). Dalam mendapatkan karakteristik berpikir yang kuat, diperlukan syarat berpikir atau berfilsafat yaitu berpikir teliti dan berpikir mengikuti peraturan yang berlaku (Alisjahbana, 1981).  Karakteristik berpikir filsafat menurut Gazalba (1967) yaitu; radikal, sistematis, universal, spekulatif. Radikal yaitu berpikir sangat dalam sampai ke akar yang cenderung diduga membahayakan terhadap eksistensi kekuasaan. Berpikir radikal memaksa orang untuk berpikir hingga pada taraf tertentu sampai akar persoalan hingga pada titik yang tidak mungkin didijangkau manusia (Cecep, 2020). Sistematis yaitu berpikir secara rasional dan dapat dipertanggungjawabkan. Universal yaitu berpikir secara menyeluruh. Spekulatif yaitu kesanggupan melakukan dugaan awal atas fenomena yang terjadi.

D. Menganalisis Aspek Ontologis, Epistemologi, dan Aksiologi

Filsafat memiliki 3 komponen pondasi yaitu ontology, epistemology, dan aksiologi. 1) Ontologi merupakan hakikat keilmuan. Ontologi mempelajari tentang objek suatu peristiwa yang akan dikaji dalam ilmu pengetahuan. 2) Epistemologi menggunakan sumber, sarana, dan metode dalam mencapai ilmu pengetahuan. Epistemologi mengkaji cara memperoleh pengetahuan dengan benar dan dapat dipertanggungjawabkan. Ketika kita mencari sesuatu, maka kita akan mencari tahu melalui cara yang benar dan sesuai dengan kaidah keilmuan yang terus berkembang. 3) Aksiologi yaitu pemaknaan kebenaran melalui aspek nilai yang sesuai dengan  kondisi yang diharapkan dalam masyarakat. Aksiologi mempelajari tentang nilai dari kegunaan ilmu bagi manusia itu sendiri. Ilmu dan pengetahuan yang kita peroleh akan memberikan manfaat bagi kita. Dari ketiga aspek diatas, kita dapat mengenali berbagai pengetahuan yang ada, seperti ilmu, seni, dan agama yang mana dapat memperkaya kehidupan kita. Dengan mengenali ciri-ciri ilmu pengetahuan dengan benar, maka dapat memberikan manfaat untuk kita. Namun sebaliknya, jika ilmu tidak dapat kita kenali, maka kita menjadi salah menggunakan ilmu tersebut.

Pancasila sebagai system filsafat memiliki dasar ontology, epistemologis, dan aksiologis. Adapun kaitan ketiga aspek tersebut terhadap Pancasila yaitu; 1) Ontologis. Pada aspek ini, kajian Pancasila adalah untuk mengetahui hakikat dasar sila-sila Pancasila. Hakikat dasar ontology Pancasila yaitu manusia sebagai mahluk individu maupun sosial, karena manusia termasuk subjek hukum pokok dari Pancasila. Dalam hal ini, kelima nilai Pancasila ditujukan kepada manusia. 2) Epistemologis. Pada aspek ini yaitu mencari hakikat Pancasila sebagai system pengetahuan.  Adapun persoalan mendasar pada epistemologis yaitu sumber pengetahuan manusia, kebenaran akan teori suatu pengetahuan manusia, dan watak pengetahuan manusia (Kaelan dan Zubaid, 2007). 3) Aksiologis. Sila-sila Pancasila memiliki suatu kesatuan dasar aksiologi yaitu nilai-nilai Pancasila pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan.  

*Ni Made Susanti, Mahasiswa Program Pascasarjana Pendidikan IPA Universitas Pendidikan Ganesha*

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun