Mohon tunggu...
Ni Made Susanti
Ni Made Susanti Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa Pascasarjana Pendidikan IPA, Universitas Pendidikan Ganesha /Guru IPAS di SMK Negeri 2 Kintamani

Saya memiliki motivasi yang tinggi dalam mengembangkan kompetensi saya sebagai guru

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pengertian, Cabang, dan Karakteristik Filsafat, Serta Aspek Ontologi, Estimologi, dan Aksiologi

19 September 2023   03:00 Diperbarui: 19 September 2023   03:01 823
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 3.1. Pilar Filsafat ilmu. Sumber: (The Brundtland Comission of The United Nations) 

Ciri-ciri filsafat dibagi menjadi 3 karakteristik yaitu ekstensif, intensif, dan kritis (Zainal, 2014). 1) Ekstensif: seiring dengan adanya perubahan-perubahan, filsafat ini lebih mengajak manusia fokus terhadap pengalamannya sebagai indivu serta menempatkannya pada segala aspek maupun dimensi kemanusiaan. 2) Intensif: filsafat ini menggali tentang inti, hakikat, esensi, akar, maupun struktur dasar yang melandasi kenyataan yang ada. Segala sesuatu baik itu kepercayaan ataupun kebiasaan yang ada tidak diterima begitu saja, namun dipertimbangkan secara rasional. 3) Kritis : dalam menjalani kehidupan, banyak timbul pertanyaan yang belum ada kepastian terhadap kebenaran jawaban atas pertanyaan. Meski demikian, filsafat dapat meningkatkan pengetahuan kita tentang apa sesungguhnya hal tersebut. Pada karakteristik kritis ini merupakan penggabungan ciri antara ekstensif dan intensif dengan metode sintesa dan refleksi.

Karakteristik tertentu dihasilkan dari cara berpikir seseorang (Idris dan Ramli, 2016). Dalam mendapatkan karakteristik berpikir yang kuat, diperlukan syarat berpikir atau berfilsafat yaitu berpikir teliti dan berpikir mengikuti peraturan yang berlaku (Alisjahbana, 1981).  Karakteristik berpikir filsafat menurut Gazalba (1967) yaitu; radikal, sistematis, universal, spekulatif. Radikal yaitu berpikir sangat dalam sampai ke akar yang cenderung diduga membahayakan terhadap eksistensi kekuasaan. Berpikir radikal memaksa orang untuk berpikir hingga pada taraf tertentu sampai akar persoalan hingga pada titik yang tidak mungkin didijangkau manusia (Cecep, 2020). Sistematis yaitu berpikir secara rasional dan dapat dipertanggungjawabkan. Universal yaitu berpikir secara menyeluruh. Spekulatif yaitu kesanggupan melakukan dugaan awal atas fenomena yang terjadi.

D. Menganalisis Aspek Ontologis, Epistemologi, dan Aksiologi

Gambar 3.1. Pilar Filsafat ilmu. Sumber: (The Brundtland Comission of The United Nations) 
Gambar 3.1. Pilar Filsafat ilmu. Sumber: (The Brundtland Comission of The United Nations) 

Filsafat memiliki 3 komponen pondasi yaitu ontology, epistemology, dan aksiologi. 1) Ontologi merupakan hakikat keilmuan. Ontologi mempelajari tentang objek suatu peristiwa yang akan dikaji dalam ilmu pengetahuan. 2) Epistemologi menggunakan sumber, sarana, dan metode dalam mencapai ilmu pengetahuan. Epistemologi mengkaji cara memperoleh pengetahuan dengan benar dan dapat dipertanggungjawabkan. Ketika kita mencari sesuatu, maka kita akan mencari tahu melalui cara yang benar dan sesuai dengan kaidah keilmuan yang terus berkembang. 3) Aksiologi yaitu pemaknaan kebenaran melalui aspek nilai yang sesuai dengan  kondisi yang diharapkan dalam masyarakat. Aksiologi mempelajari tentang nilai dari kegunaan ilmu bagi manusia itu sendiri. Ilmu dan pengetahuan yang kita peroleh akan memberikan manfaat bagi kita. Dari ketiga aspek diatas, kita dapat mengenali berbagai pengetahuan yang ada, seperti ilmu, seni, dan agama yang mana dapat memperkaya kehidupan kita. Dengan mengenali ciri-ciri ilmu pengetahuan dengan benar, maka dapat memberikan manfaat untuk kita. Namun sebaliknya, jika ilmu tidak dapat kita kenali, maka kita menjadi salah menggunakan ilmu tersebut.

Pancasila sebagai system filsafat memiliki dasar ontology, epistemologis, dan aksiologis. Adapun kaitan ketiga aspek tersebut terhadap Pancasila yaitu; 1) Ontologis. Pada aspek ini, kajian Pancasila adalah untuk mengetahui hakikat dasar sila-sila Pancasila. Hakikat dasar ontology Pancasila yaitu manusia sebagai mahluk individu maupun sosial, karena manusia termasuk subjek hukum pokok dari Pancasila. Dalam hal ini, kelima nilai Pancasila ditujukan kepada manusia. 2) Epistemologis. Pada aspek ini yaitu mencari hakikat Pancasila sebagai system pengetahuan.  Adapun persoalan mendasar pada epistemologis yaitu sumber pengetahuan manusia, kebenaran akan teori suatu pengetahuan manusia, dan watak pengetahuan manusia (Kaelan dan Zubaid, 2007). 3) Aksiologis. Sila-sila Pancasila memiliki suatu kesatuan dasar aksiologi yaitu nilai-nilai Pancasila pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan.  

*Ni Made Susanti, Mahasiswa Program Pascasarjana Pendidikan IPA Universitas Pendidikan Ganesha*

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun