Mohon tunggu...
NurHafidah Upi
NurHafidah Upi Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Peran Farmasi untuk Mendukung Visi Misi Indonesia Sehat 2025

15 Januari 2018   23:49 Diperbarui: 15 Januari 2018   23:53 1443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita mulai dari mengupas judul-judul yang terpampang diatas. Farmasi? Apa itu? Hanya beberapa dari masyarakat awam yang tahu farmasi. Bila kita kaitkan dengan apotek bahkan ada yang mengatakan bahwa apoteker sendiri penjaga toko obat. Itu adalah suatu kesalahan berfikir. Farmasi sendiri menurut saya ilmu yang mempelajari cara cara memproduksi obat alami ataupun sintetik dimana itu dimulai dari membuat, mengolah, hingga sampai ke tangan pasien dan konsumen yang sesuai dengan anjuran yang telah ditentukan. Mengapa kita kaitkan farmasi dengan visi misi Indonesia Sehat 2025? Tentu saja ini sangat berkaitan. 

Karena hal ini merupakan bagian dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan yang dilangsungkan mulai dari tahun 2005-2025. Visi misi Indonesia sehat itu sendiri memfokuskan kepada masyarakat Indonesia agar tingkat kesehatan masyarakat Indonesia menjadi lebih baik dari tahun tahun sebelumnya dan angka kematian masyarakat menurun sekaligus diharapkan agar meningkatnya angka harapan hidup pada masyarakat Indonesia. Tentunya masih banyak lagi alasan dibalik visi misi Indonesia sehat 2025, namun hanya itu saja yang dapat saya jabarkan dahulu. Dalam visi misi Indonesia sehat 2025, tentunya kata sehat disitu ditekankan yang bermakna bahwa tenaga medis dan kesehatanlah yang berperan pada visi misi tersebut. Kedokteran, keperawatan, ilmu gizi, bidan, farmasi, serta bidang bidang yang berperan penting untuk menunjang kesehatan masyarakat yang mengacu pada visi misi Indonesia sehat 2025.

Disini, kesehatan sangat dijujung oleh pemerintah melalui visi misinya. Kesehatan seseorang itu tentunya sangatlah mahal. Seseorang dapat menilai mahalnya sehat bila orang tersebut sedang atau telah sakit. Sehat sendiri bisa dari sehat fisik atau jiwanya. Tak ada seseorang yang selalu sehat dan tak ada pula seseorang yang selalu sakit. 

Saat seseorang merasakan sakit, disitulah respon pertahanan tubuh akan bekerja semaksimal mungkin agar tubuh dapat terhindar dari bibit atau sumber penyakit. Bagaimana setelah pertahanan tubuh telah bekerja namun bibit atau sumber penyakit tidak kunjung berkurang? Disinilah peranan farmasi dalam penyedia obat bagi pasien atau konsumen diperlukan. Obat yang kita konsumsi tersebut akan memacu reseptor ataupun menghalangi reseptor yang akan mengganggu jalannya kinerja dan fungsi bagian tubuh itu.

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat kita ketahui pula bahwa obat yang disediakan oleh seorang farmasis (orang yang berkecimpung di dunia farmasi) dapat dikategorikan menjadi obat alami dan obat sintetik. Dalam sejarah farmasi, obat yang didapat terlebih dahulu ada yakni obat alami atau obat herbal atau yang sering dipanggil obat tradisional. 

Obat tersebut didapat dari alam yang bisa dari tumbuhan, hewan atau zat mineral lainnya. Pengetahuan mengenai obat obatan hanya berasal dari pengalaman saja dan pengujiannya dilakukan ke hewan yang diinginkan. Semakin bertambahnya tahun, semakin juga bertambah ilmu pengetahuan mengenai kefarmasian. Obat tidak hanya berasal dari alam saja, namun ada pula yang didapat dari proses bahan bahan kimiawi yang dirombak menggunakan alat alat khusus tanpa sentuhan manusia, yang dinamakan obat sintetik. 

Obat ini dapat ditemukan banyak sekali di toko apotek. Kelemahannya itu dapat membuat efek samping dari konsumsi obat tersebut, namun kinerja obat ini berlangsung lebih cepat dibandingkan obat alami. Tergantung dari Anda sendiri ingin obat yang mana, karena pada dasarnya tujuan dari penggunaan obat pada konsumen atau pasien adalah agar mereka tidak terganggu kinerja dan fungsi tubuh mereka.

Akses masyarakat terhadap obat khususnya obat esensial merupakan salah satu hak asasi manusia. Dengan demikian, penyediaan obat esensial tersebut merupakan kewajiban dari pemerintah dan institusi pelayanan masyarakat. Semua obat yang beredar harus terjamin mutu, khasiat, dan keamanannya agar bermanfaat bagi pengonsumsinya. 

Oleh karena itu, selain meningkatkan jumlah tenaga kesehatan yang terlatih, salah satu upaya agar obat edar tersebut terjamin mutu, khasiat, dan keamanannya hingga diterima konsumen adalah menyediakan sarana penyimpanan obat yang dapat menjaga keamanan fisik dan dapat juga menjaga kualitas obat. Tujuan ini semua, agar masyarakat terhindar dari bahaya oleh penyalahgunaan sediaan farmasi yang tidak tepat ataupun salah serta tidak memenuhi mutu keamanan dan pemanfaatan yang dilakukan sejak proses pembuatan obat terjadi, distribusi, serta hingga sampai ditangan pengguna obat.

Pembagian obat sintetik terbagi menjadi 4, yakni obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras dan psikotropika, serta obat narkotika. Pada obat bebas terdapat logo berbentuk lingkaran dengan warna hijau dengan garis tepi bewarna hitam yang artinya obat ini bebas diijual dipasaran dan dapat dibeli tanpa memakai resep dokter. Pada obat bebas terbatas terdapat logo berbentuk lingkaran dengan warna biru dan garis hitam di pinggirannya, obat ini sebenarnya tergolong obat keras, namun masih dapat dijual bebas tanpa memakai resep dokter, dan disertai dengan tanda peringatan. 

Pada obat keras dan psikotropika terdapat logo berbentuk lingkaran bewarna merah dengan tulisan k ditengah dan ujungnya huruf k meraih pinggiran lingkaran dengan garis pinggiran juga warna hitam, obat ini hanya dapat dibeli di apotek dan dengan resep dari dokter. Obat narkotika terdapat logo berbentuk lingkaran disertai warna putih dengan tanda + di tengah tengah lingkaran tersebut dan bewarna merah dan pinggirannya juga bewarna merah. Sebelum penggunaan obat, harus diketahui sifat dan cara pemakaiannya agar penggunaannya aman dan tepat. Informasi tersebut dapat diketahui di etiket yang berada dalam kemasan atau brosur pada kemasan atau sampul obat tersebut.

Penyalahgunaan obat juga marak terjadi di Indonesia, dan baru baru ini saja sudah ada berita mengenai penyalahgunaan obat mirip flakka di Kendari. Berkat kejadian itu, nama farmasi tercoreng akan hal tersebut. Tentu saja, segala sesuatu itu tak luput dari kesalahan. Maka dari itu, ini merupakan tantangan yang akan dihadapi farmasis kedepannya untuk mengubah pandangan masyarakat. Tantangan farmasi itu sendiri bukanlah hanya satu, semakin berlalu waktu yang dilalui seseorang, semakin banyak pula tantangan dan pencapaian yang didapatkan. Mulai dari MEA yang menghantui masyarakat Indonesia, khususnya para pekerja atau calon pekerja yang kekurangan skill, tidak adanya upah minimum untuk para farmasis yang bekerja, dan lain sebagaiannya.

Farmasi sendiri memiliki lambang khas, yakni ular dan cawan dimana ular tersebut melilitkan dirinya di cawan. Farmasi memiliki tahapan dimana seseorang memulainya dari SMF kemudian dapat berlanjut di S1, S2 atau apoteker, kemudian dilanjutkan dengan S3. Tidak diharuskan farmasis adalah siswa yang berasal dari SMF, namun juga dapat berasal dari SMA. Tidak diharuskan juga setelah S1 kemudian dilanjutkan ke S2, bisa ke apoteker dulu kemudian S2 dan tidak juga diharuskan untuk melanjutkan kuliah hingga ke S3. 

Bergantung pada diri seseorang itu sendiri. Farmasi sendiri merupakan salah satu jurusan yang membutuhkan ketelitian, kesabaran, manajemen waktu, dan juga kerja keras. Faramsi sendiri merupakan ilmu terapan dari ilmu exacta. Tidak hanya ilmu exacta yang dipelajari di farmasi, namun ilmu sosial, ekonomi, bahkan ada juga manajemen (tersirat). Masyarakat sendiri masih belum sepenuhnya mengetahui prospek kerja dari seorang farmasis, antara lain sebagai tenaga kesehatan (apoteker, asisten apoteker, dsb), dosen, peneliti, wirausaha, farmasi industri, politikus, penulis, bagian administrasi pelayanan obat di instansi pemerintahan, TNI, dan polri, dan pilihan terakhir yang aneh adalah dapat juga menjadi seorang pegawai bank.

Meskipun banyak tantangan yang dihadapi seorang farmasi, tentu saja ada pula pencapaian yang telah dicapai bagi farmasis pada masa lalunya. Seperti peranan farmasis yang sekarang tidak lagi menjadi seseorang dibalik layar. Maksud dari kalimat tersebut adalah kita sekarang ini telah memasuki masanya Pharmaceutical Care, dimana farmasis tidak hanya bekerja meracik obat namun juga dapat menjadi seorang konsultan layaknya seorang dokter pada umumnya. Tentu saja berakibat sangat baik kedepannya. Bahwa nantinya masyarakat dapat membedakan yang mana peranan dokter dan yang mana peranan farmasis dan farmasi nantinya akan diketahui masyarakat awam.

Banyak pihak sebenarnya yang berperan untuk mensukseskan visi misi Indonesia sehat 2025, masyarakat, tenaga kesehatan, dan pemerintah. Tidak ada yang bisa disalahkan bila terdapat kekurangan dalam pencapaian yang diharapkan. Semuanya saling berkesinambungan. Kesadaran akan kesehatan itu tentu awalnya dimulai dari diri sendiri, belanjut pada keluarga, kemudian lingkungan. Banyak sekali cara yang dapat dilakukan kita untuk mengatasi Indonesia sehat, kembali lagi dari awal, itu dimulai dari diri sendiri. Seperti yang pernah dikatakan, "Jangan harap kalian dapat mengubah dunia, namun kalian sendiri belum bisa mengubah diri kalian." Peranan farmasis untuk mendukung visi misi Indonesia sehat 2025 itu dibagi menjadi 2, yakni pencegahan dan penanganan.

Pencegahan terjadi saat seseorang belum dikatakan mengidap penyakit dan disitu seorang farmasis hendaknya bertindak menyeluruh agar tidak masuk ke fase penanganan. Pada fase ini, seperti namanya pencegahan. Maka yang dilakukan adalah tindakan-tindakan yang dapat membuat bibit atau sumber penyakit menjauh, seperti sosialisasi mengenai penyakit dan penggunaan obat yang benar, penyuluhan kebersihan, gotong royong membersihkan lingkungan, menjaga kebersihan diri, pemberian informasi obat, dan lainnya.

Kemudian, bila ternyata terdapat atau terdeteksi bibit atau sumber penyakit telah menyerang tubuh, maka dilakukan penanganan. Dimana penanganannya itu berupa pemberian obat sesuai dosis, penyuluhan tentang dagusibu, pengumpulan data mengenai survei tingkat kejangkitan penyakit sehingga para tenaga kesehatan dapat menyimpulkan dan mencarikan solusi untuk masalah tersebut.

Peranan seorang farmasis lainnya dapat dijalankan seperti praktik secara profesional dan etik, optimalisasikan penggunaan sediaan, dispensing sediaan dan alat kesehatan, pemberian informasi sediaan dan alat kesehatan, formulasi dan produksi sediaan, upaya preventif dan promotif kesehatan masyarakat, pengelolaan sediaan farmasi dan alat kesehatan, komunikasi yang dilakukan secara efektif, seorang farmasis diharapkan memiliki keterampilan organisasi dan juga hubungan internasional, serta seorang farmasis juga diharapkan tidak pernah putus dalam mengembangkan kompetensi diri.

Bagaimana cara kita agar dapat menghadapi tantangan yang tersedia? Jadilah pembelajar seumur hidup, seperti yang telah dituliskan pada nine star pharmacist. Tidak hanya itu, kita juga diharapkan dapat juga berkecimpung di dunia politik untuk mengubah undang-undang mengenai kefarmasian yang perlu diubah. Untuk permasalahan MEA 2015, lakukan persiapan pendidikan, tak lupa juga persiapkan juga soft skill yang benar benar nantinya akan bermanfaat di dunia pekerjaan, jangan lupa juga meningkatkan standar kompetensi diri. Peranan seorang farmasis itu juga menjadi cara-cara agar tantangan farmasi dapat dilalui.

Ingatlah farmasis untuk selalu terus berusaha dan terus berusaha. Fighting..!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun