Mohon tunggu...
Niko Hukulima
Niko Hukulima Mohon Tunggu... Human Resources - Karyawan Swasta dan Aktivis Credit Union Pelita Sejahtera

Hidup terlalu singkat untuk disia-siakan. Berusaha untuk lebih baik hari demi hari.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sekolah untuk Apa?

19 Agustus 2021   07:15 Diperbarui: 19 Agustus 2021   08:29 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Untuk mendalami ini, saya sangat terinspirasi dengan sebuainstitusi pendidikan yang menetapkan 7 core values.

Menghormati (respect) sebagai nilai pertama. Bila orang menghormati orang lain (siapapun juga), maka ia membuka jalan, menjadikan orang lain sebagai rekan. Di sana orang tidak saja berdiri pada dirinya sebagai takaran tetapi turun dan mau hidup dan belajar bersama orang lain dalam suasana yang harmonis (harmnoy).

Masih pada bagian ini, nilai respect dan harmony yang dijiwai tidak bisa tidak berujung pada kemurahan hati (generosity). Orang tidak hanya empati dengan roang lain, dan tidak sekadar mempertahankan harmoni demi harmoni. Ia juga terpanggil untuk melakukan sesuatu dalam skala apappun sejauh ada dalam jangkauannya. 

Malah generosity seperti ini terutama di masa pandemi tidak lagi menjadi seruan moral tetapi menjadi sebuah kewajiban. Ketimpangan sosial semakin besar mendorogn seseorang untuk merancang sebuah tatanan dunia yang lebih baik dengan menetapkan standar keadilan yang lebih didamakan untuk menjadikan dunia lebih nyaman dihuni bersama.

Nilai berikut adalah tanggungjawab (responsibility).  Tanggungjawab tidak saja pada tugas yang diberikan tetapi menemukan pendasaran terhadap alasan melaksanakan sesuatu. Ia bisa menjelaskan dengan alasan yang kuat dan dasar yang baik tentang apa yang ia putuskan untuk dilaksanakan dalam hidup. 

Ia lakukan seusatu karena baik. Inilah yang menjadi komitmen dalam dunia kerja yang menjadiakn seseorang tidak sekadar diawasi tetapi memiliki rasa tanggungjawab dari dalam.

Pada sisi ini maka integrity akan lahir sebagai jawabannya. Tanggungjawab yang dilakukan atas akan kian kuat dan mendalam sehingga menjadikannya sebagai karakteristik diri. Ia disebut integritas karena apa yang dilakukan sesuai yang dikatakan. 

Atas kesadaran diri seperti ini maka dalam keadaan apapun termasuk dalam keadaan krusial seperti bencana ia akan tetap tangguh (resilience). Ia tahu setiap tantangan ada untuk bisa diatasi. Selagi ada nafas maka selalu ada harapan untuk berjuang (dum spiro spero, kata orang Laitn).

Ketangguhan untuk terus berusaha bukan sekadar seruan. Ia percaya bahwa semua yang ada memiliki tujuan dan dikehendaki oleh Dia yang telah merancang semuanya. Tuhan tidak saja menjadi tempat untuk besandar di saat kesulitan tetapi lebih dari itu ada kepercayaan bahwa dalam Tuhan, semua akan berakhir baik dan menyenangkan meski untuk sementara kita akan berhadapan dengan aneka tantangan.

Inilah nilai karakter yang perlu diyakinkan ada di setiap lembaga pendidikan. Mereka tidak pertama-tama berjuang untuk memberikan pengetahuan kepada siswa (hal mana siswa bisa peroleh di luar sekolah). Mereka tidak hanya menanamkan teori, tetapi memberikan mereka kemampuan yang memungkinkan mereka untuk mencari sendiri dalam dunia.

Apakah  nilai-nilai ini sudah ada dalam pendidikan kita? Apakah sekolah kita sudah memungkinkan lahir dan berkembangnya nilai-nilai ini? Kalau kita masih berkutat pada pengetahuan saja maka pandemi akan menggoyahkan kita dan terbukti banyak lembaga yang runtuh karena ketiadaan nilai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun