Mohon tunggu...
Gede Ngurah Dananjaya Kajeng
Gede Ngurah Dananjaya Kajeng Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang remaja umur 18 Tahun yang sedang menempuh pendidikan di Universitas Pendidikan Ganesha, Fakultas Teknik Kejuruan, Jurusan Teknik Informatika dan Program Studi Pendidikan Teknik Informatika

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Mengenal Brahma Widya, Ilmu Pengetahuan Tentang Ketuhanan Menurut Agama Hindu

14 Maret 2024   01:14 Diperbarui: 14 Maret 2024   02:47 975
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam Agama Hindu, kita dapat lebih mendalami pemahaman dan lebih mengenali Tuhan yaitu Ida Sang Hyang Widhi melalui konsep Brahma Widya. Brahma Widya itu sendiri merupakan ilmu yang mengandung pengetahuan tentang ketuhanan itu sendiri beserta dengan sifat sifatnya dan cara penerapan tiap tiap ajarannya. 

Bisa kita simpulkan, Brahma Widya merupakan sebuah konsep ilmu agama, khususnya ilmu Agama Hindu yang berisikan dasar dasar mengenai keagungan serta kesejatian Ida Sang Hyang Widhi dalam Agama Hindu. Jika dilihat secara Etimologi, Brahma Widya tersebut terdiri dari 2 kata. 

Brahma atau Brahman yang artinya Tuhan menurut kepercayaan Agama Hindu, serta Widya yang diartikan sebagai pengetahuan. Jika disimpulkan Brahma Widya adalah ilmu yang membahas tentang kesejatian Tuhan dalam kepercayaan Agama Hindu. Pentingnya mempelajari Brahma Widya dimaksudkan agar kita sebagai umat Hindu tidak salah dalam memahami dan mengartikan Tuhan itu sendiri. Dalam usaha untuk mempelajari Tuhan dapat dilakukan dengan membaca buku buku sugi Agama Hindu misalnya Weda baik itu Weda Sruti, Smrti, atau bahkan Bhagawad-Gita.

            Sebagai ajaran tentang Ketuhanan dalam Agama Hindu, Brahma Widya termuat di dalam kitab Suci Weda Sruti yaitu Mantra, Brahmana, dan Aranyaka. Tidak hanya di dalam Weda Sruti dan kitab Mantra, ajaran Brahma Widya juga tertuang di dalam kitab Rg. Weda, Sama Weda, Yajur Weda, dan juga Atharva Weda. Kitab suci Weda Sruti itu adalah kitab suci yang dipercaya ditulis langsung oleh Sapta Rsi (7 Rsi) yang didapat langsung dari Wahyu Tuhan. Wahyu Tuhan yang diterima Sapta Rsi tersebut ditulis menjadi 2 Kitab Suci yaitu Weda Sruti dan Weda Smrti.

            Dari 4 Kitab Suci Weda di atas, mantra yang tertuang di dalam Kitab Suci Atharva Weda diyakini memiliki kekuatan yang paling dahsyat. Umat Hindu percaya bahwa mantra yang tertuang di dalam Atharva Weda jika di ucapkan dapat langsung menjadi kenyataan. Oleh karena kekuatan yang luar biasa inilah Kitab Suci Atharva Weda tidak disebarluaskan untuk mencegah terjadinya hal yang tidak diinginkan, seperti penyalahgunaan mantra yang tercantum di dalamnya oleh pihak pihak yang tidak bertanggung jawab. 

Sebagai alternatif lainnya ada juga kitab Bhagawad Gita yang berisikan isi Weda namun dalam versi yang sudah di terjemahkan dari Bahasa Sansekerta menjadi Bahasa Indonesia. Selain itu ada juga Kitab Mahanirwana Tantra, Jnana Siddhanta, dan Brahma Sutra. Khususnya Brahma Sutra yang mana kitab ini paling banyak membahas tentang ketuhanan menurut umat Hindu.

            Dalam pengetahuan tentang ketuhanan yang tercantum di dalam Brahma Widya, Tuhan dipercaya memiliki 2 model. Model yang pertama, Tuhan dipercaya dengan istilah Nirguna Brahma atau Trancedental atau bisa di artikan Impersonal God, yaitu Tuhan bersifat "acintyarupa" atau diluar kemampuan pikiran manusia. 

Lalu model yang kedua, Tuhan dipercaya juga dengan istilah Saguna Brahma atau Immanen yang bisa diartikan personal God, yaitu Ida Sang Hyang Widhi dipuja dalam posisi yang memiliki wujud yang memungkinkan dicapai oleh pemikiran manusia. Menurut kepercayaan Saguna Brahma, Tuhan disini disebut dengan "namarupa" yang artinya Beliau dipuja dalam seribu gelar / nama "sahasrana". 

Dalam kepercayaan Saguna Brahmana, pemujaan yang dilakukan disebut dengan pemujaan "Saguna Upasana". Beberapa contoh nama untuk melambangkan Ida Sang Hyang Widhi yang umum digunakan diantaranya ada Sang Hyang Acintya (Ia yang tidak dapat dipikirkan), Sang Hyang Jagatnatha (Ia yang menjadi raja dari segala raja), dan Sang Hyang Jagatkarana (Ia yang menciptakan alam semesta).

Agama Hindu percaya dalam kehidupan kita memiliki 5 keyakinan atau kepercayaan dalam kehidupan yang disebut dengan Panca Sraddha. Secara etimologi, Panca Sraddha berasal dari Bahasa Sansekerta yang terdiri dari kata Panca artinya 5 dan Sraddha yang artinya kepercayaan. Panca Sraddha lah yang menjadi dasar Agama Hindu dalam menjalani kehidupan, bagian bagian yang tercantum di dalam Panca Sraddha diantaranya:

  • Brahman

Ajaran pertama ini berfokus pada keyakinan kita terhadap Ida Sang Hyang Widhi atau Brahman atau Tuhan. Dengan adanya fakta ini, maka bisa disimpulkan bahwa umat Hindu meyakini dengan benar bahwa Tuhan itu ada dan Maha Esa, Maha Kuasa, dan Maha Segalanya.

  • Atma

Ajaran ini mengajarkan kita bahwa disetiap dalam diri suatu makhluk hidup, terdapat percikan kecil Tuhan yang disebut dengan Atma yang memberikan kehidupan pada wadah kasar atau badan tersebut. Ajaran ini mengajarkan untuk lebih menghargai sesama tidak hanya sesama manusia tapi juga semua makhluk hidup yang ada.

  • Karmaphala

Keyakinan yang ketiga adalah adanya Karmaphala. Karmaphala itu sendiri merupakan kepercayaan mengenai adanya hukum sebab akibat dari semua perbuatan dan prilaku. Karmaphala memiliki 3 bagian, yaitu karma masa kini, masa nanti, dan masa depan.

  • Samsara

Samsara mengajarkan tentang Agama Hindu yang percaya dengan adanya kelahiran kembali atau reinkarnasi yang disebut dengan Punarbawa yang artinya kelahiran berulang ulang. Dalam kepercayaan mengenai punarbawa dibagi menjadi 2 bagian. Bagian yang pertama adalah Surga Cyuta, yang dianggap dengan kelahiran kembali dari surge yang dimana pribadi tersebut dikehidupan sebelumnya berprilaku baik dan menjalankan ajaran Dharma, sehingga saat terlahir kembali dirinya lahir dengan kondisi yang normal, sehat, bahagia, dll. 

Bagian yang lainnya adalah Neraka Cyuta yang dipercaya pribadi tersebut di kehidupan sebelumnya sering melakukan kegiatan adharma (tidak baik), sehingga pada saat terlahir kembali pribadi tersebut lahir dalam kondisi yang kurang sempurna, kesusahan, dan sebagainya. Ajaran ini juga berkaitan dengan konsep Karmaphala yaitu hukum sebab akibat.

  • Moksa

Keyakinan yang terakhir adalah mengenai Moksha, yaitu kedamaian abadi dan terakhir ketika Atman yang ada di dalam tiap tiap diri Makhluk yang telah bergabung dengan Brahman (Tuhan). Dalam Agama Hindu percaya dalam moksartham jagadhita ya ca iti dharma yaitu tujuan hidup untuk mencapai kesejahteraan di dunia ini maupun mencapai moksa yaitu kebahagiaan di akhirat kelak atau jalan untuk mencapai moksa.

Dalam kehidupan sosial bermasyarakat ajaran Agama Hindu tidaklah luput dari halangan halangan dalam penerapan ajaran ajarannya di wilayah tertentu. Agama Hindu tidak bisa dipisahkan dengan upacara upacara sebagai salah satu metode pemujaan kami untuk menghaturkan rasa Bhakti kami kehadapan Ida Sang Hyang Widhi. Sesuai dengan yang di tercantum dalam Bhrama Widya, salah satu cara dalam menunjukan rasa bhakti kepada Tuhan yang Maha Esa adalah dengan melantunkan mantra.

Permasalahan sosial yang paling umum dialami oleh umat Hindu dalam melaksanakan upacara pemujaan kepada Tuhan yang maha Esa adalah adanya pihak luar yang merasa terganggu dengan upacara tersebut. Sebagai contoh pihak tetangga yang merasa terganggu karena suara bising atau aroma dupa yang dinyalakan saat melakukan suatu upacara. 

Salah satu contoh kasusnya adalah yang terjadi pada keluarga Utiek di Kabupaten Bantul, Provinsi D.I. Yogyakarta, yang kala itu melaksanakan upacara untuk mendoakan leluhur sesuai kepercayaan umat Hindu, namun dihadang oleh 40 orang banyaknya. Berita ini sudah pernah diulas oleh BBC News Indonesia pada Tanggal 14 November 2019 yang bisa di akses di laman https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-50408575 .

Permasalahan seperti ini muncul akibat adanya kesalahpahaman serta kurangnya edukasi mengenai toleransi toleransi beragama. Pada kasus yang sebutkan sebelumnya, warga memiliki ketakutan mengenai upacara apa yang dilaksanakan oleh keluarga Utiek tersebut. Mereka mengkhawatirkan apakah upacara yang dilaksanakan tersebut merupakan upacara keagamaan atau yang lainnya. Kekhawatiran ini memang tidak bisa dipungkiri adanya. 

Apalagi upacara upacara yang tidak dilakukan secara rutin dalam kurun waktu yang singkat. Selain itu faktor pendukung lainnya adalah posisi Umat Hindu pada kasus diatas merupakan pihak Minoritas atau pemeluk Agama Hindu di wilayah tersebut jumlahnya sedikit. Akibat jumlah pemeluk Agama Hindu disana tidaklah banyak, otomatis pengetahuan mengenai upacara yang dilakukan tersebut tidak diketahui oleh semua warga yang ada disekitar.

Kesalahpahaman, kurangnya edukasi serta toleransi beragama merupakan alasan terjadinya permasalahan yang diatas. Pendidikan mengenai toleransi beragama harus lebih digencarkan lagi di dunia Pendidikan baik dari sekolah dasar sampai ke perguruan tinggi. Selain itu, komunikasi antar warga juga harus dilakukan dengan baik. 

Dengan berkomunikasi yang baik contohnya menginformasikan mengenai upacara yang akan dilakukan kepada warga sekitar, kesalahpahaman antar pihak dapat dicegah untuk terjadi. Selain pelajaran mengenai toleransi beragama di jenjang sekolah, pengenalan upacara atau budaya milik Agama lain yang ada di Indonesia juga bisa menjadi salah satu metode pencegahan ketersinggungan antar umat beragama. Tidak hanya mencegah ketersinggungan antar beragama, langkah ini juga bisa membantu kita melestarikan budaya yang ada di Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun