Mohon tunggu...
ngopi dulu
ngopi dulu Mohon Tunggu... -

Senang ngobrol hal2 yang ringan aja, karena otak nggak nyampe untuk dipakai mikir yang terlalu berat.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Metode Ilmiah Vs Pseudoscience

2 Januari 2010   06:07 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:40 1430
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita sering sekali mendengar ucapan, "Wah, itu tidak ilmiah!" terutama apabila seseorang menunjukkan ketidak setujuan terhadap sesuatu. Contohnya, wah, mobil berbahan bakar air itu tidak ilmiah, atau aktifitas paranormal, UFO itu semua tidak ilmiah. Lalu, apa sih yang disebut ilmiah itu? Artikel singkat ini bertujuan untuk menggambarkan proses yang dilalui dalam metode ilmiah. Ilmu pengetahuan itu sendiri ada dua macam: ilmu alam dan ilmu sosial. Sebelumnya saya ingin membatasi dahulu, yang kita bicarakan di sini adalah metode ilmiah dalam ilmu alam, bukan ilmu sosial, karena ada sedikit perbedaan antara keduanya.

Secara umum, metode ilmiah adalah kaidah, juklak, prosedur yang harus diikuti untuk mendapatkan kebenaran atau jawaban atas suatu pertanyaan. Bagaimana prosedurnya? Mari kita lihat tahapan-tahapannya. Yang pernah membuat skripsi tentunya akrab dengan tahapan-tahapan semacam ini.

1. Pertanyaan. Suatu teori ilmiah harus dimulai dari pertanyaan. Dengan pertanyaanlah kita bisa berkembang dan menemukan sesuatu yang baru. Pertanyaan ini bisa berasal dari observasi, ataupun dari hal-hal yang belum sepenuhnya dijawab dalam penelitian sebelumnya.

2. Studi literatur. Apakah pertanyaan ini sudah dijawab oleh orang lain? Atau adakah landasan teori untuk pertanyaan ini? Semua itu akan terjawab dengan melihat hasil penelitian orang lain.

3. Hipotesa dan prediksi. Tahap kedua adalah membentuk hipotesa, atau kemungkinan jawaban atas pertanyaan tersebut. Tanpa adanya hipotesa, tentunya penlitian tidak akan terarah. Dalam kehidupan sehari-hari pun kita selalu berhipotesa. Seandainya mobil kita mogok, kita akan menebak-nebak apa penyebab mobil itu mogok, sebelum kita mengecek mesinnya. Tanpa membuat hipotesa, kita akan mengecek semua bagian mesin, tentunya merepotkan sekali.

4. Eksperimen. Setelah kita memformulasikan hipotesa, membuat prediksi, lalu kita melakukan uji eksperimen untuk menguji apakah hipotesa yang kita buat sudah benar. Apabila salah, berarti kita harus mengulang membuat hipotesa baru, dan mengujinya kembali.

5. Kesimpulan. Setelah menguji hipotesa, apabila terbukti benar, kita bisa menarik kesimpulan.

Selesaikah? Belum!! Kebanyakan orang cukup akrab dengan tahapan 1-5 di atas, tapi metode ilmiah tidak berhenti sampai di situ saja. Ada sedikit lagi tahapan yang ternyata amat sangat penting. Saya bertanya kepada beberapa orang yang saya kenal (yang pernah menulis skripsi tentunya), dan pada umumnya selesai sampai 5 tahap di atas tadi, dan kurang akrab dengan tahapan-tahapan berikutnya:

6. Peer review. Ini adalah proses di mana hasil penelitian dan kesimpulan di-review oleh rekan sesama ilmuwan, yang berfungsi untuk mengevaluasi secara obyektif. Kenapa? Karena manusia pada dasarnya adalah subyektif. Bayangkan peneliti yang berbulan-bulan mengerjakan penelitian yang dia mulai sendiri, tentunya ada unsur subyektifitas di situ. Mungkin saja eksperimennya bukan lagi menguji hipotesa secara obyektif, tapi malah menggiring eksperimen supaya sejalan dengan hipotesa dia sendiri!! Namanya juga manusia!! Kita menyadari kelemahan kita sendiri sebagai manusia, karena itulah kita menciptakan mekanisme untuk menutupi kelemahan kita sendiri.
7. Publikasi. Hasi karya yang sudah lolos peer review tentunya layak menjadi hasil karya ilmiah yang bisa dipublikasikan dalam jurnal penelitian ilmiah. Selamat!! Sayangnya belum selesai, masih ada satu tahapan lagi!!
8. Pengujian ulang. Setelah dipublikasikan, tentunya karya itu akan dibaca banyak orang, dan besar kemungkinan akan menghasilklan pertanyaan-pertanyaan baru. Sebagian orang akan menguji kembali hasil penelitian tersebut, mungkin dengan menambahkan variabel yang berbeda. Kalau penelitian itu dapat diulang kembali dan memberikan hasil yang sama, maka kesimpulan dari penelitian tersebut akan bertambah kuat dan bukan tidak mungkin suatu saat akan menjadi teori baru.
Sayangnya tidak semua orang akrab dengan metode ilmiah, terutama untuk tahapan 6, 7 dan 8 di atas. Sehingga masyarakat mudah sekali terjebak dalam ilmu jadi-jadian alias pseudoscience. Syarat dari suatu klaim ilmiah adalah:


  • Penelitiannya dapat direplikasi, atau diulangi lagi, dan tetap memberikan hasil yang sama. Jadi apabila ada yang mengklaim menemukan pupuk super, namun formulanya rahasia, dan hanya dia yang bisa menggunakannya, tentu saja ini omong kosong belaka. Demikian pula apabila ada yang bisa menciptakan bahan bakar air di laboratorium rahasia di rumahnya, tentu saja ini lebih omong kosong lagi. Pada era tahun 1990-an ada yang mengklaim menemukan reaktor fusi dingin. Namun tidak ada satupun yang bisa mereplikasi penemuan itu, sehingga tentu saja itu hasilnya tidak diterima secara ilmiah.
  • Penelitiannya dapat difalsifikasi (dibuktikan kesalahannya). Apa maksudnya? Misalnya saya bilang bahwa saya melihat cahaya aneh kemarin malam jam 8:15, dan terbang ke arah utara. Lalu saya bilang bahwa itu adalah pesawat makhluk angkasa luar. Adakah yang bisa membuktikan bahwa saya salah? Tentu saja tidak, karena untuk membuktikan saya salah ya harus mengejar cahaya aneh itu dan membuktikan bahwa itu bukan pesawat alien. Klaim UFO tidak bisa difalsifikasi sehingga itu bukanlah bukti ilmiah.


Saya ambil satu contoh klaim ilmiah yang bisa difalsifikasi. Misalnya saya mengklaim secara ilmiah bahwa benda berat dan ringan akan memiliki kecepatan jatuh yang sama. Bagaimana cara memfalsifikasinya? Mudah sekali. Ambil dua buah bola, satu dengan bobot 10kg dan satu lagi dengan bobot 100 gram. Jatuhkan secara bersamaan, apabila bola dengan bobot 10 kg jatuh terlebih dahulu dibanding bola yang berbobot 100 gram, maka klaim ilmiah saya terbukti salah. Mari bandingkan dengan klaim UFO di atas.


Penting sekali bagi kita untuk memahami prinsip dasar dalam dunia ilmiah, minimal supaya kita tidak terjebak dalam pseudoscience atau ilmu jadi-jadian. Ilmu jadi-jadian adalah ilmu yang diklaim mengikuti kaidah-kaidah ilmiah, tapi sebenarnya sama sekali tidak ilmiah. Kebanyakan ilmu-ilmu seperti ini tidak melewati tahap 5, 6 dan 7, sehingga mudah sekali dibelokkan ke kesimpulan dan eksperimen yang keliru. Contohnya? Sudah saya berikan beberapa contohnya, seperti UFO, astrologi, bahan bakar air, perpetual motion engine, paranormal, foto aura, penyembuhan menggunakan magnet, kristal air, dan masih banyak lagi.
Bangsa kita tidak akan maju sedikitpun apabila kita masih terus saja percaya pada ilmu jadi-jadian atau pseudoscience seperti itu. Yang ada hanyalah delusi, berpikir seolah-olah kita sudah maju, padahal hasilnya nol besar. Memang pseudoscience ini bukanlah monopoli negara kita saja, di negara seperti Amerika pun juga marak. Namun, karena mereka sudah maju jauh di bidang teknologi, sehigga kerusakannya tidak seberapa besar. Bagaimana dengan kita? Kita sudah ketinggalan puluhan bahkan ratusan tahun, tapi masih mau dirusak pula oleh hal-hal seperti ini?
Sebagai penutup, saya ingin merekomendasikan suatu buku yang ditulis oleh Prof. Richard Feynman, salah satu pemenang nobel di bidang fisika. Buku ini berjudul "Surely you're joking, Mr. Feynman!." Buku ini sangat ringan untuk dibaca, ditulis dengan nada humor tentang kehidupannya dia sehari-hari. Dalam buku itu juga banyak sekali penggambaran tentang pola berpikir secara ilmiah, tentunya dengan topik yan sangat ringan. Di Indonesia sudah diterjemahkan oleh Penerbit Mizan denga judul "Cerdas Jenaka Cara Nobelis Fisika". Di bagian akhir buku itu ada satu bab berisi pidato dia di Universita Caltech, yang isinya tentang pseudoscience. Selamat membaca.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun